Micell bertanya-tanya di dalam kepalanya. Bukankah itu berita tentang hujan meteor? Mengapa pemuda itu mendengar berita seperti itu? Apakah ia bercita-cita sebagai astronom?

Micell beranjak ke kursinya, setelah ia mendengar beberapa candaan teman-temannya dari luar kelas. Gadis itu mengeluarkan buku tugasnya dan berpura-pura mengerjakan soal-soal yang ada di buku itu, yang sebenarnya telah selesai ia kerjakan semalam.

"Wooww... Benarkah ini Micell?" Thomas, teman sekaligus ketua kelasnya, mendekati Micell.

"Sepertinya aku tidak satu jadwal piket denganmu.." kata Leo sambil mengingat-ingat jadwal piketnya karena ia yakin bahwa hari ini adalah jadwal piketnya.

Micell menghembuskan napasnya, "Iya benar aku Micell. Dan aku tidak piket hari ini, Leo"

"Lalu, apa yang kau lakukan?" ucap mereka yang hampir serempak.

Micell mengangkat buku tugasnya, "Lihat! Aku belum mengerjakan PR!"

Leo memukul keningnya, "Sial! Aku lupa!" Leo melirik ke arah Thomas. "Thom..."

"APA?" ujar Thomas ketus.

Leo kembali memandang Thomas sambil memasang wajah memelasnya. "Ayolah Thom...!!!" rengeknya.

"Ck! Dasar kau!" Thomas mengeluarkan buku tugasnya dari tas, "Ini!" Ia melemparkan bukunya ke wajah Leo.

"Thank you, honey!" Leo mencoel dagu Thomas yang langsung ditepis oleh Thomas.

Micell menggelengkan kepalanya. Kelakuan teman-temannya memang sedikit aneh. Ia kembali menatap bukunya dan masih berpura-pura mengerjakan tugas hingga jam pelajaran dimulai.

"Anak-anak! Hari ini ibu akan memberikan kabar gembira untuk kalian" ujar Bu Stefani, sang wali kelas, saat hendak menutup pelajaran.

"Kabar apa bu?" tanya seorang siswi.

"Apa hari ini guru-guru akan rapat?"

"Jadi kami akan belajar di rumah, bu?" ucap Leo menimpali.

Sang guru mengetuk mejanya dengan spidol, "Harap tenang anak-anak!" Bu Stefani menatap satu persatu murid-murid yang tadi menyela perkataannya. "Sayangnya kabar gembiranya tidak sesuai keinginan kalian"

"Yah!!!" semua murid menjawab dengan kompak.

Bu Stefani berjalan ke tengah kelas, "Berhubung kita sudah memasuki bulan Februari, seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah kita akan mengadakan acara Valentine's day. Kalian bebas untuk berkreasi dalam acara tersebut. Ibu harap kalian bisa menunjukkan yang terbaik!"

Sang ibu guru kembali ke depan kelas, "Untuk itu, kalian harus membentuk sebuah panitia. Dan sebagai ketua panitianya ibu akan menunjuk seorang perwakilan dari kalian. Dia adalah..." Bu Stefani mengedarkan pandangannya, "Micell!!"

Micell yang sedari tadi tidak memperhatikan penjelasan sang guru dan sibuk memainkan pulpennya, tidak menyadari bahwa semua mata teman-temannya tengah memandang ke arahnya.

"Micell!!!" panggil Bu Stefani.

"Ya Bu!!!"

"Kau mau kan?"

"Ya Bu!!!" jawab Micell cepat.

Sang guru tersenyum, "Anak-anak, beri tepuk tangan untuk Micell!"

Micell bingung dengan apa yang sedang terjadi. Apa lagi dengan melihat teman-temannya yang sedang bertepuk tangan. Micell memandang teman yang ada di sampingnya, Nadya. Ia memohon penjelasan dari temannya lewat pandangan matanya. Namun temannya itu justru tertawa sambil menepuk bahu Micell.

"Micell kemarilah!"

Micell mengikuti perintah Bu Stefani. "Sebagai ketua panitia acara Valentine's day, kau berhak memilih anggotamu".

"Hah? Saya, Bu?"

"Iya!" Guru itu mengambil buku-buku tugasnya tugas siswanya. "Masih ada waktu selama 30 menit sebelum jam istirahat. Kalian boleh menggunakannya untuk membicarakan hal-hal yang kalian perlukan untuk acara itu. Selamat pagi, anak-anak!"

Semua siswa berdiri, memberi salam sambil menunduk. Setelah sang guru keluar, keadaan kelas berubah menjadi riuh. Mereka memulai aktivitas mereka saat tidak ada guru. Ada yang mengobrol, ada yang bernyanyi sambil bermain gitar, bahkan ada pula yang berteriak-teriak. Suasananya seperti itu sebelas dua belas dengan suasana pasar yang ada di depan terminal di kota.

Sementara teman-temannya sibuk dengan kegiatan mereka, Micell hanya berdiri kikuk di depan kelas. Ia masih mencoba mencerna apa yang terjadi. Ia yang selama ini anti dengan kegiatan organisasi, justru harus menerima nasib sebagai ketua panitia. Ia harus segera membentuk panitia agar kelasnya dapat menyuguhkan penampilan menarik pada acara yang akan diadakan 14 hari lagi.

Micell mulai membuka suaranya, "Teman-teman!" panggilnya. Tidak ada satu pun dari teman-temannya itu yang menggubris Micell. Suara Micell memang sudah cukup keras, namun suasana kelas yang sangat berisik, tentu saja dapat mengalahkan suara Micell.

"Teman-teman, tolong dengarkan aku sebentar!" kata Micell. Lagi-lagi teman-temannya masih tidak menghiraukan Micell. "Teman-teman!" Micell menundukkan kepala setelah ucapan ketiganya tidak didengarkan. Ia lelah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

 Ia lelah dan tidak bisa berbuat apa-apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brakkkk!!!

Tiba-tiba seseorang menendang mejanya. Membuat suara keras yang menyita perhatian. Semua orang, termasuk Micell, sontak memandangnya. "Berisik!!! Suara kalian mengangguku!!!" ucap orang itu.

 "Berisik!!! Suara kalian mengangguku!!!" ucap orang itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Micell dan lainnya terperangah. Apalagi setelah mengetahui siapa yang membuat suara itu adalah orang yang mendapatkan julukan pemuda bisu, semakin membuat mereka takjub. Sedangkan Jeffrey, sang pembuat suara, hanya bersikap santai sambil kembali memasang headsetnya.

Micell segera menyadarkan dirinya. Ia memandang teman-temannya yang terdiam. Micell tersenyum. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan suara lantang ia membuka suara untuk memulai diskusi. Kali ini semua mendengarkan yang ia ucapkan dengan seksama. Dan hanya dalam waktu 30 menit saja, mereka sudah berhasil membentuk panitia dan menentukan tema serta penampilan apa yang akan mereka tampilkan pada acara tersebut. Setelah selesai, ia mengucapkan terima kasih kepada teman-temannya. Namun sebelum kembali ke tempat duduknya, Micell memandang Jeffrey sekilas. Gadis itu kembali tersenyum.

Benarkan? Dia memang malaikat penyelamatku!

***************

Maaf telat update... Kemaren sempet nulis satu part, tapi lupa ke save... Hadeh!!!😂

Semoga part ini masih nyambung... Hehehe ^_^

Remember to vote and comment!!! Danke!!! 😊😍

Moribund LoveWhere stories live. Discover now