Part 28

1.3K 120 23
                                    

Seorang gadis berlari ditengah salju  dengan langkah terseok-seok tanpa mantel yang membalut tubuhnya. Mutiara berjatuhan dari matanya. Setengah jiwanya telah menghilang. Ia kehilangan arah dan tujuan. Bibirnya pucat pasih, ia mencari seseorang, seseorang yang telah tiada. Sampai akhirnya tubuhnya terjatuh, kakinya tak sanggup menahan beban ini. Seorang laki-laki pun menghampiri gadis itu

"Apa kau baik-baik saja?"

Ia tak menjawab pertanyaan laki-laki asing itu dan terus menangis. Mereka diam beberapa saat sampai akhirnya laki-laki itu menghapus air matanya. sorot matanya memancarkan kepedihan yang mendalam. Gadis itu pun berdiri lalu meninggalkan laki-laki tadi yang hanya menatap kepergiannya.

***

"Hai Justin.. Lama tidak bertemu"

Justin tak bergeming, tatapannya lurus ke depan, nafasnya tercekat. Sesekali ia mengerjapkan matanya namun tubuhnya terasa sangat kaku. Dunia di sekelilingnya seakan berhenti berputar. Pikirannya melayang ke masa lalu, tepatnya 10 tahun yang lalu.

"Aku merindukanmu" gadis itu memeluknya. Justin tak membalas dan juga tak menolak, ia tetap diam tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia terlalu terguncang akan kehadiran gadis yang telah lama menghilang ini. Dan bahkan sudah sangat lama ia mengubur rasa itu dan menganggapnya telah mati bersama kenangannya yang juga mati.

Seketika Justin kembali terlempar ke dunia nyata. Ia menyadari gadis ini bukan lagi gadis yang ia harapkan. Justin pun mendorong tubuh gadis itu dengan kasar.

"Mau apa kau kembali? Dan dari mana kau mengetahui alamat rumah ini?" Ucapnya getir

"Kau tahu, aku akan selalu mencintaimu"

"Aku sudah lama melupakanmu, Hailey. Bahkan aku tak mengingat sedikitpun tentang dirimu. Bagiku kau sudah mati"

"Apakah semua ini karena gadis di taman tadi?" Gadis bernama Hailey ini menggenggam erat tangan Justin.

"Ya dan juga tidak. Kau menghilang 10 tahun dan kau pikir aku akan menunggumu? Awalnya aku memang berniat untuk menunggu selama apapun itu. Namun, mendengar kabarmu mempunyai kekasih lain, kurasa kau mengenalku dengan baik. Sekarang pergilah"

"Justin maafkan aku.. Aku terpaksa melakukan itu semua.. Aku terpaksa mencintai Ryan.. Karena ayahku.. Tetapi ternyata Ryan bukanlah laki-laki yang baik.. Aku kembali padamu bukan karena Ryan telah mati dibunuh seseorang beberapa bulan yang lalu. Tetapi karena aku mencintaimu" gadis itu perlahan mengeluarkan buliran-bulirłan air matanya. Justin hanya tersenyum getir, karena Ryan yang gadis ini maksud adalah orang yang ia bunuh beberapa bulan yang lalu

"Aku tak memintamu untuk menjelaskan apapun, kumohon pergilah. Aku tidak ingin menyakitimu, Hailey" kini tatapan Justin yang menjadi sendu. Ia melepaskan genggaman gadis itu.

"Tidak. Aku tahu kau masih mencintaiku, Justin" Justin hanya diam lalu menggeleng

"Aku mencintai Maddison. Hanya Maddison. Aku harap kau bisa menemukan orang yang tepat untukmu. Pulanglah" Justin pun menutup pintu. Gadis itu mengetuk pintu berkali-kali namun tak ada jawaban. Justin mengunci pintu lalu mengintip ke luar dari balik jendela. Gadis itu masih berdiri disana dengan berlumuran air mata. Justin pun menutup tirai, ia menundukkan kepalanya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke ruang keluarga dengan perasaan yang masih sedikit terguncang. Ia tak pernah menyangkah bahwa gadis yang telah ia lupakan itu akan kembali ke kehidupannya lagi.

"Selamat hari natal, Justin" ucap Maddison saat ia telah kembali duduk. Justin tersenyum, ia menatap kearah Zayn yang menggelengkan kepalanya entah apa yang ia maksud.

Lifesaver ( Justin Bieber Love Story ) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang