Delapan Belas

1.8K 40 0
                                    

Ketika sedang asyik-asyiknya Bella duduk santai dibalkon kamarnya tiba-tiba ponsel Bella bergetar menandakan ada telpon yang masuk. Bella melihat nama yang tertera disana,tak ada nama melainkan hanya nomor yang tak dikenali oleh Bella. Tak pikir panjang Bella pun menjawab panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum?" ucap suara orang disebrang sana

Bella tampak sedikit bingung dengan suara itu,suara perempuan itu...

"Ah iya,wa'alaikumsalam. Ini siapa?"

"Ini Mamak Tia,keluarga yang disini rindu sama kamu sayang. Kamu kapan mau kesini lagi? Mamak & Bapak mu pun juga rindu pada mu Tia."

Sungguh Bella tak mampu berbicara lagi,jujur dia memang merindukan keluarga angkatnya tersebut,tetapi luka yang diberikan oleh keluarga itu terlalu susab buat Bella memaafkannya.

"Iya Mak,Tia baik kok. Gak tahu juga mak,Tia disini sibuk sekolah"

Setelah Bella berkata telpon dimatikan secara sepihak. Dan kini semua kenangan indah dan pahit itu kembali memenuhi pikiran Bella. Bella tak kuasa menahan air matanya. Kini ia menangis teesedu-sedu dibalkon kamarnya ditemani oleh angin sepoi-sepoi disore hari.

Bagas memasuki kamar Bella,mencari Bella didalam kamar nya tidak ada. Maka Bagas pegi kebalkon kamar Bella,benar saja Bella berada disana. Tetapi ada satu hal yang membuat Bagas harus menahan emosinya "Bella kenapa nangis sampai segitunya?siapa yang berani ngebuat Bella kek gitu?" batin Bagas.
Bagas mendekati adiknya itu,lalu memegang bahu Bella yang membuat Bella menoleh kearah kakaknya tersebut. Langsung saja Bella memeluk Bagas erat,Bella tak mampu menyimpan semua ini sendirian. Bella terlalu rapuh untuk masalah ini.

"Kamu kenapa dek?" tanya Bagas lembut sembari mengelus puncak rambut adik yang berada didalam pelukannya tersebut.
"T-ta-dii..... Keluarga angkatku dulu menelpon kak,lalu yang berbicara itu Mamak Bella dulu." ucapnya sembari menangis.

Bagas mengerti akan hal ini,ia tahu bagaimana sakitmya perasaan Bella.
"Semua udah berakhir bukan? Gak semua dari mereka jahat dek,contohnya Mamak & Bapak kamu. Mereka gak bakal sejahat orang yang udah jahatin kamu itu." jelas Bagas berusaha memberikan ketengan kepada Bella.
Kini Bella sudah melepaskan pelukannya dari sang kakak. "Udah jangan nangis lagi,makin jelek gembul." ucap Bagas sambil menghapus air mata dipipi Bella tak lupa mencubit juga pipi gembul Bella. "Uh kak Bagas. Oh iya kak,lagu apa ya yang cocok buat aku lombain nanti?" tanya Bella yang kini mulai serius.
"Hm,kakak juga gak tahu dek. Pikir-pikir aja dulu,jangan terburu-buru. Lagian lombanya masih 2 hari lagi kok." jelas Bagas kepada Bella. Bella hanya menggangguk mengerti.

"Kak,Bella boleh gak jalan-jalan ketaman diujung perumahan?" tanya Bella.
"Boleh,tapi gak usah lama-lama ya?" ucap Bagas sembari tersenyum kepada Bella. "Yeayy,Bella pergi dulu ya kak" ucap Bella sembari mencium pipi kakaknya dan berlari kekamarnya.
Bella memakai sweter warna birunya yang bergambar Doraemon,tak lupa ia mengikat rambutnya. Lalu Bella mengambil headsetnya dan turun kebawah hendak berjalan-jalan santai disore hari.

Kini Bella berjalan sendirian,ia hampir sampai ditaman ujung perumahannya. Jujur saja,ini baru pertama kalinya Bella ketempat itu walaupun sudah hampir 2 tahun tinggal dikalangan tersebut.
Tentunya orang yang berada disana heran melihat Bella,karna mereka tidak pernah melihat Bella,
Bella menuju sebuah toko didekat situ hendak membeli minuman.

"Hm,tebs maroon nya 1 mas" ucap Bella kepada sang penjual. "9.000 neng. Baru ya tinggal disini?" tanya sang penjual. Bella memberikan uang kepada mas tersebut lalu berkata "Aa gak kok mas,udah 2 tahunan disini,cuma baru sekali ini aja kesini,hehe". "Oh begitu. Hm anaknya keluarga Wirawanto ya neng?". "Heheh iya mas".
Bella lalu keluar dari toko tersebut,lalu duduk disalah satu kursi taman tersebut yang berada dibawah pohon rindang.

A New Life (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang