"Kau lagi!!?" ucap Jeffrey. Ia mendekati gadis itu, "Apa kau sedang menguntitku?"

Berada dengan Jeffrey, dalam jarak sedekat itu, membuat jantung sang gadis berdegup kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berada dengan Jeffrey, dalam jarak sedekat itu, membuat jantung sang gadis berdegup kencang.

Ah wajahnya! Tidak salah jika ia dijuluki sebagai malaikat!

Jeffrey mendekatkan wajahnya ke wajah Micell. Menatap Micell dengan lekat, "Dasar penguntit!" ucapnya sambil meninggalkan Micell yang masih bergeming di ambang pintu.

Gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Pertama, awalnya ia kesal saat melihat jadwal piket yang mengharuskannya bangun jauh lebih awal untuk membersihkan kelas dan membawa buku tugas dari meja guru ke kelasnya. Namun, saat hendak membuka pintu, Micell terkejut melihat apa yang ada di dalam kelas. Malaikat penyelamatnya sedang duduk dan menatap langit. Sungguh! Itu adalah pemandangan terindah yang pernah Micell saksikan seumur hidupnya.

Kedua, ia tidak pernah menyangka bahwa Jeffrey-sang pemuda tampan- berjalan mendekatinya. Bahkan wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.

Dan terakhir adalah, malaikatnya itu berbicara kepadanya. Ya! Dia berbicara setelah satu minggu dianggap bisu oleh semua orang yang berada di kelasnya!

Micell memegang dadanya. Ia sangat beruntung hari ini. Dan semua berkat ibunya. Seandainya saja ibunya telat membangunkannya atau seandainya ibunya tidak mengingatkannya tentang jadwal piket, tentu saja ia akan kehilangan moment langka hari ini.

"Mommy! Aku sangat mencintaimu!" ucap Micell di dalam hatinya.

"Micell! Apa yang kau lakukan? Ya ampun!" Seorang siswi menarik tangan Micell, "Micell! Cepat bereskan! Kau ini malah melamun lagi!"

Micell terduduk. Ia membantu temannya untuk memunguti buku yang berserakan di lantai. "Nadya, kau melihatnya?" tanya Micell sambil memandang temannya yang sedang sibuk mengurutkan buku-buku itu sesuai absen.

"Melihat apa?"

"Kau tidak melihat apa-apa?"

Nadya menatap Micell dengan kesal, "kau sedang membicarakan tentang apa? Sudahlah! Kita harus membereskan semua ini! 10 menit lagi Pak Brian akan masuk! Aku tidak mau mendapat siraman rohani darinya!"

Micell bingung mendengar penuturan temannya. Seingatnya, ia berada di depan pintu kelasnya tepat pukul enam pagi. Jika Pak Brian masuk 10 menit lagi, itu berarti saat ini pukul 6.50. Dan itu artinya ia telah berdiri selama 50 menit.

Ha? Yang benar saja?

Hari ini Micell benar-benar memecahkan rekor. Ia tidak pernah berdiri selama itu. Bahkan saat upacara penerimaan siswa baru maupun saat upacara bendera, ia hanya bisa bertahan berdiri selama 30 menit. Selanjutnya ia akan tumbang dan ujung-ujungnya ia akan berada di ruang UKS sampai jam sekolah telah usai.

Teng! Teng!

Lonceng istirahat telah berbunyi. Semua siswa-siswi berhamburan untuk keluar dari kelas. Lonceng istirahat di jam pelajaran Pak Brian memang terasa berbeda. Terasa seperti lonceng surga yang terdengar di tengah panasnya api neraka. Sedikit berlebihan memang, tapi jika melihat ekspresi para siswa yang sangat bahagia, perumpaan tentang lonceng surga itu dirasa sudah sangat tepat.

Micell menoleh ke samping kirinya. Lagi-lagi pemuda itu tidak beranjak dari kursinya. Ia hanya membaca buku sambil mengerjakan soal-soal yang sebenarnya akan menjadi tugas rumah bagi para siswa.

Apa dia tidak merasa lapar? Atau dia memang sangat mencintai pelajaran pak Brian?

"Jeffrey! Ikut saya sebentar!" ujar pak Brian saat hendak keluar dari kelas.

Pemuda yang dipanggil itu menundukkan kepalanya sebentar. Menghembuskan napas panjangnya dan menutup buku-bukunya. Ia beranjak dari kursinya dan berjalan mengikuti pak Brian.

Micell yang melihat pemandangan itu merasa heran. Sepertinya Jeffrey sangat tidak suka dipanggil oleh guru. Ya... Semua murid memang tidak suka dipanggil oleh guru. Tidak suka dipanggil jika mereka mempunyai masalah. Namun yang terjadi dengan Jeffrey berbeda. Ia bukan terlihat seperti siswa yang akan mendapatkan hukuman. Dia lebih terlihat seperti siswa yang sangat terbebani.

Kriiuukk... Kriiiuukk...

Tampaknya memikirkan Jeffrey sangat menguras tenaga Micell. Gadis itu membuka kotak bekalnya. Nasi goreng! Kali ini ayahnya kalah dalam berdebatan menu sarapan. Mungkin saja ibunya mengikuti keinginannya karena putri kecilnya yang malang itu tidak sempat sarapan pagi.

Setelah menghabiskan kotak bekalnya, Micell berjalan menuju papan tulis. Tugas piketnya hari ini belum berakhir. Ia masih harus membersihkan papan tulis dan kelas.

Saat hendak berjalan menuju papan tulis, Micell terkejut melihat Portable Player yang tergeletak di lantai di depan kelasnya. Micell mengambil alat pemutar musik itu dan membawanya ke kursinya. Ia ingat alat itu adalah alat yang dipakai oleh Jeffrey setiap hari. Micell yang begitu penasaran dengan isinya mengambil headset dari dalam tasnya dan memasangkannya ke alat itu dan ke telinganya. Ia mulai membuka aplikasi pemutar musik dan mendengar sebuah lagu. Lagu yang direkam dan dinyanyikan oleh seorang gadis kecil. Micell memutar lagu lain. Dan semua lagu yang ada di Portable Player itu adalah rekaman nyanyian dari gadis yang sama.

 Dan semua lagu yang ada di Portable Player itu adalah rekaman nyanyian dari gadis yang sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Micell mencabut headsetnya dan mematikan alat itu. Ia memasukkan alat milik pemuda itu ke dalam saku bajunya dan kemudian melanjutkan pekerjaannya menghapus papan tulis.

Siapa? Siapa gadis dalam rekaman itu?

$$$$$$

Demi teman yg sangat menyiksaku... 😆
Aku benar-benar harus kebut untuk menyelesaikan novel ini....😂

Jadi, jangan lupa untuk comment dan vote ya!☺😊😳

Danke!!!😍
😘

Moribund LoveWhere stories live. Discover now