T.L.O.L | The Truth about Luke

28.2K 2.7K 128
                                    

T.L.O.L-Part 28 | The Truth about Luke

Aku tidak takut dengan semua ancaman di dunia ini, tapi kenapa aku bisa patuh terhadap satu ucapanmu yang begitu singkat?-Dominic Payne.

Dominick menatap sepasang lengan mungil yang memeluknya dari belakang, ia tahu kalau lengan wanita itu bergetar. Ia sudah kehilangan akal, dan sedikit lagi, Dom akan kehilangan seluruh akal sehatnya. Ia akan kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.

Ia menutup matanya dan mendesah keras, "Lepaskan tanganmu, El," bisik Dom pelan. Dom harus mengakhirnya sekarang, kalau tidak begitu ia yakin pria bernama Luke Manton ini akan terus mengganggu hubungannya dan terlebih lagi mungkin pria brengsek itu akan melukai Elena-nya. Ia tidak bisa menerima kemungkinan buruk itu.

"Kalau pria ini tidak mati sekarang juga, dia bisa saja melukaimu!"

"Dia tidak akan melukainya, Dom," bisik Elena pelan. Kedua tangannya masih memegang pinggang pria itu, ia bisa merasakan seluruh tubuh Dom menegang.

Lalu matanya terpaku pada benda yang bisa saja membunuh orang tengah berada di tangan kanan Dom. Perlahan, ia meraih tangan kanan Dom, berusaha dengan lembut melemaskan jemari yang mencengkram benda dingin itu. Benda menakutkan yang pasti sangat di takuti oleh orang waras-sepertinya.

"Lepaskan, Dom," bisik Elena berusaha membujuk pria keras kepala miliknya.

Dom tidak bergeming. Tangannya masih mencengkram erat-erat senjata api namun ketika Elena mengelus tangannya dengan lembut dan dengan perlahan melemaskan jemarinya agar melepaskan pistol tersebut, Dom luluh.

Ia memutar sedikit tubuhnya untuk menatap kekasihnya. Dom tidak bisa mengatakan tidak kepada Elena, ada begitu banyak rasa di dalam hatinya. Ia bisa saja membunuh Luke sekarang dan Elena tidak akan pernah terluka, walaupun wanita itu akan membencinya karena melukai seseorang tapi bukankah itu semua sepadan dengan keselamatan wanita itu?

Bukankah melihat Elena selamat adalah satu-satunya alasan mengapa ia masih berdiri di sini dan berubah menjadi dirinya yang hampir setengah gila?

Perlahan Dom menarik nafas panjang, tangannya yang lain terulur menangkup wajah Elena. Ia menempelkan kening mereka berdua lalu Dom menghela nafas panjang sebelum berkata, "dia akan melukaimu lagi, dan aku tidak bisa melihatmu terluka El, itu membunuhku, tidakkah kau tahu hal itu?"

"Dan melihatmu terluka adalah satu-satunya alasan untuk melukaiku, Dom. Aku tidak perduli berapa banyak peluru yang akan di hantamkan ke tubuhku, asalkan aku bersamamu, bernafas denganmu dan berlari bersamamu. Apakah kau masih tidak mengerti, Dom-ku yang bodoh?"

"El..."

"Kalau kau kembali ke tempat terkutuk itu, hal itu akan melukaiku. Hanya hal yang membuatmu sakitlah yang bisa melukaiku, Dom..." bisik Elena dan menyadari bahwa air matanya telah mengalir.

Kemudian Shahid yang sedaritadi diam-diam berjalan ke belakang Elena bergeser ke sebelah Dom dan mengulurkan tangan untuk mengambil senjata api itu dari tangan Elena yang kini memegang benda berbahaya itu. "berikan kepada saya nona."

Elena memberikan pistol tersebut kepada Shahid dan dengan cepat pria setengah baya itu mundur, kembali kesebelah Cassius yang diam-diam menghela nafas lega. "Ingatkan aku untuk menaikkan upahmu, Shahid. Kau pantas mendapatkannya."

"Tolong berikan saya kesempatan untuk berlibur Tuan. Karena kejadian ini telah membuat umur saja bertambah sepuluh tahun lebih tua."

"Baik, kuijinkan, setelah ini kau ambillah cuti-mu sesuka hatimu." Jawab Cassius setuju karena ia juga membutuhkan liburan panjang di salah satu pulau di Yunani miliknya. Ia akan mengambil liburan dan menjauh dari kegilaan sepupu serta sahabatnya yang gila.

The last of love [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora