T.L.O.L | EMPAT BELAS-1

36.7K 3.6K 122
                                    

"Lalu?" tanya Dom pelan, ia memberikan kedua orangtuanya wajah tanpa ekspresi sementara hatinya berdenyut-denyut sangat berbeda dengan apa yang dirasakannya sekarang.

Lindsey menatap putranya dengan tatapan tidak percaya dan bangkit berdiri, "kau tidak seharusnya berkata seperti itu, seharusnya—"

"Seharusnya apa Ma? Aku seharusnya mengakui kalau ini semua bukan kesalahan Elena? Aku sudah tahu" jawab Dom. Ia menyisir rambutnya dengan jemari panjangnya dan mendesah keras, "tapi bukan itu permasalahannya. Dia sudah meninggalkanku, itulah permasalahannya"

"Dom, dia tidak meninggalkanmu"

"Dia meninggalkanku Ma" Dom menatap ibu dan ayahnya dengan tatapan terluka, "sejak ia tidak mengatakan kepadaku perasaannya, ketakutannya dan segala hal buruk yang tengah ia rasakan, dia sudah meninggalkanku"

"..."

"Kami berjanji—dia sudah berjanji untuk membagi seluruh perasaannya padaku. Ketakutannya, kegelisahannya dan dia menutupi segalanya dariku!" teriak Dom, sementara nafasnya memburu, kepalanya terasa berdenyut-denyut. "Itulah yang membuatku tidak bisa menerimanya, tidak lagi..."

Scott mengulurkan tangan dan memeluk pundak istrinya seolah menenangkan, tentu saja ia juga tidak berpikir kalau putranya akan menjawab seperti itu. "Son, kau akan menyesal nanti"

"Dan kenapa aku harus menyesal?"

Kemudian mendadak Lilya yang sedaritadi diam mendadak berdiri dan melempar benda asing kearah Dom dengan sangat keras. "Karena kau harus menyesali tingkah laku dan kebodohanmu! Dasar idiot!" teriak Lilya

Dom menangkap benda itu yang ternyata merupakan sepucuk surat yang di ikat menjadi satu, ia mengernyitkan alisnya dan menatap kearah adiknya yang rambut coklatnya melambai ketika gadis itu berteriak di depannya.

"Baca surat itu dan segera sesali keputusanmu! Dasar kau kakak idiot!"

"Lilya, jaga ucapanmu" tegur Scott walaupun sebenarnya ia juga ingin mengatakan hal yang serupa dengan putrinya. "Jangan mengatakan kakakmu idiot, dia tidak idiot, hanya sedikit idiot" bisik Scott pelan dan mendapat pukulan dari Lindsey tepat di lengan atasnya sehingga ia terdiam.

"Tentu saja dia idiot Pa! Dia sudah mendengar semuanya, Elena bukan dalangnya. Jadi kenapa dia harus melanjutkan kebenciannya pada gadis itu?!"

"Itu sama sekali bukan urusanmu, Lilya!" bentak Dom

"Oh ya? Dan apa itu merupakan urusanmu?! Aku sudah mengatakan padamu kalau aku membencinya, aku sangat membencinya! Aku membenci Elena karena dia terlalu lemah!"

"..."

"Karena dia terlalu bodoh dan terlalu mencintaimu! Dia idiot!"

"..."

Lilya menarik nafas, memejam matanya sejenak dan menghela nafasnya kembali, "tapi dia tidak pernah melukaimu dan aku berhutang maaf kepadanya untuk itu. Ketika aku mendengar bahwa Elena tidak melakukannya karena sengaja, maka... aku sudah bersalah kepadanya" bisik Lilya pelan. "Kembalilah padanya Dom, dia akan jujur padamu ketika waktunya tepat. Dia pasti akan melakukannya, bukankah dia selalu melakukannya selama ini?"

"Tidak lagi Lilya..."

"Dom, please..."

Bukan itu permasalahannya. Dom telah memberikan kesempatan kepada Elena untuk melakukannya—untuk jujur kepadanya. Selama tujuh tahun ini, ia membenci gadis itu dan kesal karena sikapnya.

Elena merasakan sakit di dalam hatinya, dan gadis itu tidak berusaha membaginya selama tujuh tahun ini kepadanya. Dan hal itu telah membuatnya menjadi pria paling menyedihkan di dunia karena ia bahkan tidak mampu membuat kekasihnya sendiri nyaman dengan kehadirannya. Kalau gadis itu nyaman di sampingmu, dia akan mengatakannya kepadamu, Dom

Ia marah dan terlalu kecewa untuk mengakuinya, mereka telah berjanji untuk tidak menyembunyikan masalah seperti ini. Dan Elena telah melanggarnya, persetan dengan masa lalu. Ini tidak ada hubungannya dengan tujuh tahun yang lalu, ini semua hanya karena gadis itu—selalu gadis itu.

Perlahan, Dom membuka beberapa surat yang di sampul coklat dan membacanya, tulisan tangan yang diketahuinya milik Elena, ia ingin menutupnya namun tidak sanggup mengalihkan pandangannya dari kertas tersebut. Kalau ia bijak, seharusnya ia menutup kertas tersebut dan tidak membacanya.

Namun, matanya malah mengikuti deretan kata yang terbentuk menjadi beberapa kalimat yang membuatnya terdiam.

TBC | 19 NOVEMBER 2016

The last of love [COMPLETED]Where stories live. Discover now