Part 22 - Comeback Babe

2.6K 182 2
                                    

Kepala gue masih menggelenyar sisa pening semalam. Entah apa yang telah terjadi semalam, sehingga membuat tubuh gue lemas tak berdaya. Sekarang hampir pukul tujuh pagi, dan bau wangi makanan sudah berkeliaran diruang tempat gue berada.

"Pagi sayangnya mimom." sapa mimom sambil mengecup pelan kening gue.

"Kepala Acel sakit mi" gumam gue serak.

Mimom menyentuh kening gue. "Panas? Acel demam? Bentar ya mimom panggil dokter dulu." mimom berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa.

Sekembalinya mimom bersama dokter dan suster Tian, membuat kepala gue semakin pening karena ocean khas mimom terdengar sangat berisik. "Dok, kenapa panas? Kok bisa demam dok? Dok anak saya sakit? Kepalanya sakit dok? Sus kenapa Acel?"

Dokter memeriksa gue sambil tersenyum. "Jangan banyak pikiran ya, biar cepet sembuh."

"Makasih dok." ucap gue sambil tersenyum.

"Acel gak usah teraphy dulu ya." tutur dokter sambil menulis sesuatu pada catatannya.

Gue menggeleng pelan. "Saya harus teraphy dok, saya mau jalan lagi."

"Okay, sampai demamnya turun dulu ya."

Dokter dan suster Tian pun pamit untuk keluar ruangan, lalu mimom mengangguk sambil duduk di kursi samping gue. Jeda beberapa menit, mimom mulai berbicara.

"Acel, nanti SMA, pindah ke Jerman mau?" tanya mimom ragu.

"Kita pindah ke Jerman mi?"

Mimom menghela nafas pelan, lalu tersenyum hangat. "Mimom sama Keisha tetep disini, Acel sama daddy di Jerman."

Refleks, gue menatap mata mimom dalam-dalam. "Kenapa gitu mi? Mimom malu punya anak lumpuh?"

Air mata gue mulai tumpah. Hati ini sangatlah terbawa, entah kenapa gue seringkali menangis ketika terenyuh sebuah perkataan yang menusuk. Pikiran yang sinkron dengan hati ikut bersahutan, seolah-olah alur mereka sejalan.

Mimom menggenggam tangan gue erat. "Dengerin mimom dulu Acel."

"Tadi daddy telfon mimom, katanya kangen sama Acel. Daddy mau kalo Acel sekolah disana, sampe lulus." mimom membelai rambut gue. "Tapi kalo Acel nolak gakpapa."

Tanpa aba-aba gue mengangguk semangat. Berbagai kenangan dengan siapapun di negara ini terlupakan, termasuk kenangan seseorang yang menjadi cinta pertama gue.

"Kapan Acel pindah?"

"Setelah Acel sembuh." jawab mimom dengan mata berbinar.

Hati gue mencelus jatuh sampai ke tanah. Apa yang barusan gue lakukan? Mengangguk setuju tanpa berpikir panjang dulu. Bagaimana mungkin secepat itu gue melupakan Rayhan, yang jelas-jelas gue sangat mengharapkannya untuk kembali.

Hp gue bergetar, gue mengambilnya. Terlihat notice Line dari Dion, semenjak gue akrab dengannya kemarin, kita sempat bertukar id Line.

DionEclush: kata bokap gue lo sakit? Ya gak ketemu dong.

AcellinBrunella: tadi sih. jemput gue dong, teraphy lagi kuy

DionEclush: Okay gue tunggu

AcellinBrunella: tunggu. tunggu. pala lo! Jemput cepet

AcellinBrunella: gercep oi

Pintu ruang inap gue terbuka, sontak gue menoleh. Dion masuk sambil membawa setangkai bunga dengan note kecil di plastiknya. Kening gue mengkerut, ternyata Dion orangnya siaga. Untuk sampai diruangan ini, tidak butuh waktu yang lama. Entah itu benar siaga ataupun memang dia sudah berada didepan sedari tadi, masa bodoh ah.

Secret Love √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang