"...Jika hati kita saling bertautan!"

Braaakk!!

Pintu kosan Rara di tutup dengan kencang, ia berlari ke kamar mandi karena jam di kamarnya menunjukkan pukul 07.00 terlebih ada orang asing yang datang di pagi ini, membut otak dan mentalnya membeku

Ngapain Ferdinan nyusulin gue? Ada masalah apa sampe dia ke Jakarta? Dan pertanyaan lain yang serupa membuatnya semakin bingung

Drrrt..drrtt..

30 notif dari Hitwe

Rara masih membukanya, hingga ada sebuah foto dengan tulisan, klo kamu butuh ini kabulin permintaan aku, tulis Ferdinan seraya mengirim sebuah foto  yang mebuatnya tercekat, kuncinya ada di tangan Ferdinan.

****

"Rese banget sih jadi orang! Bukain pintunya!" Saat kunci kos-an Rara di tangan Ferdinan, Ferdinan malah mengunci pintunya,

"Kabulkan permintaan ku!" Pintanya

Duuuh ga usah sama keras kepala deh Ra, liat jam setengah 8 "mau lo apa?"

"Bawa aku ke klinik tempatmu kerja!" Walaupun dengan raut bingung namun Rara menyetujuinya sehingga pintu yang terkunci akhirnya bisa ia buka

"Janji kamu?" Tanya Ferdinan saat Rara melewatinya

"Mau ngapain sih ke klinik? Sakit?" Rara berbalik ke arahnya

"Bukan, aku mau lamar kerjaan disana!"

"Pfftppfftpfft.." Rara menahan tawa

"Kenapa?"

"Hahahah lamar kerja? Lo kesini buat ngelamar? Bisa-bisanya nipu gue pake alesan gantungan itu"

"Kamu harus tau cerita lengkap nya!" Tanpa debat panjang Rara setuju karena jam di ponselnya menunjukkan pukul 07.45 wib.

Rara memasuki ruangannya dan mendapati Bu Sonia yang siap untuk memarahinya

"Maaf bu, tadi ada orang asing yang ...."

"Kamu ga tau kerjaan saya numpuk, belum saya tidur, hari ini disana saya kerja sore ....." dan omelannya tak di dengar, yang jelas saat ini Rara sangat marah pada Ferdinan, yang duduk menunggunya di ruang tunggu pasien

Tadi, sesampainya di Klinik, Ferdinan di antar menuju resepsionis, tak kalah hebatnya mereka pun ikut tercengang apalagi gue tiba-tiba di datengin, dan terdengarlah sebuah kalimat "gantengnyaaa" parah kalian harus tau kelakuannya sebelum ngomong begitu

"Gue ke Lab!" Dari sudut matanya Ferdinan mengiyakan dan duduk di ruang tunggu pasien.

****

"Dokter itu, yang kemaren di kos-an lo kan?"

"Kenalin ke gue dong!"

"Jahat banget sih ngediemin!"

"Sorry deh gue salah" seru Lisan terus merajuk

"Raa.. sepupu tercinta gue.." aku mendeliknya kesal

"Gue ga akan denger perkataan lo lagi!"

"Maaf dong maaf, gue salah.. mau makan apa? Gue traktir deh!" bujuknya

"Nasi padang, pizza, sama iga bakar! Bisa?"

"Gue tau lo ga bakalan gemuk makan itu semua, tapi liat tanggal juga kali!"

"Klo gue mau nya itu gimana? Ga bakalan sebanding klo gue laporan Nyokap, bakalan abis lu Lis!"

"Nyicil deh nyicil!" Akhirnya Rara luluh, dia tak bisa berdiam lama-lama dengan sepupunya walau bagaimanapun mereka harus saling mengandalkan, itulah alasan kedua orang tua mereka mengizinkan untuk pergi ke Ibukota

"Siang ini dimulai dari nasi padang ya, di kantin!" Seru Lisna dan Rara mengiyakan.

"Liat tuh Dokter baru kita, ga mau kenalin gitu?" Lagi-lagi Lisna ingin dikenalkan dengannya

Hari saat aku membawanya, dimana dia duduk menunggu ku di ruang tunggu pasien, dr. Doni selaku pemilik klinik ini menyapanya tak di sangka obrolannya berarah ke perihal dia sedang mencari pekerjaan, beruntung dia langsung bisa bertugas sore harinya, sejak saat itu dia terus mengekori Rara minta di belikan baju dan keperluan lainnya, "saya bakal ganti saat gajian!" Itulah janji Ferdi, panggilan Ferdianan, Rara setuju daripada orang itu mengintilnya terus

"Tinggal dimana sih dia?" Tanya Lisna semakin kepo

"Di mess yang disediakan dr. Doni"

"Wooo, jangan-jangan dia bakalan di jodohin ama anaknya!" Aku hanya mengedikan bahu.

***

"Ra, thanks for everything!" Pesan itu dikirim Ferdi saat dia sudah selesai praktik, lama Rara tak membalasnya membuat dia khawatir

"Ra, boleh saya pinjam uang?" Semoga segera di balas, tanpa menunggu lama datanglah notif dari Hitwe

"Buat apa?" Balasnya, yes sekalipun Rara seperti itu padanya, tetapi dia selalu peduli

"Ada hal yang harus ku beli"

"Yaa.. ke Lab aja, aku lagi jaga!"

Dengan hati riang akan pertemuannya dengan Rara, Ferdi merapikan diri dan menyemprotkan parfum yang baru ia beli, entah perasaan bahagia apa ini, sebenarnya dia memiliki uang hanya saja saat ini dia ingin bertemu dengan Rara, dan itu adalah pesan logis yang mampu membuat Rara mengiyakan ajakannya.

***

"Orang ini ganggu hidup gue aja!" Walaupun Rara kesal dengan Ferdi yang 'terkesan' memanfaatkannya tapi rasa pedulinya lebih dominan

"Ra" terdengar pintu ruangannya dibuka, pasti itu Ferdi

"Ya?"

"Bisa maafin gue?" Kali ini Rara membalikan badannya karena suara berat itu bukan suara lelaki yang sedang ia tunggu

"Reza?" Semua yang di pegang Rara sontak terlepas tanpa pamrih

****
A

duh maaf.. Maaf kepenceett..

Hahahah cerita ini berlanjuuuttt, gimana? Gimana?

Salam,
Rf

On (a)ther StepWhere stories live. Discover now