33 - Biarkan Semesta Bekerja

Start from the beginning
                                    

'halah lebay lo, Vin'

Alvin menatap siluet tegap Rio yang kini berdiri dalam diam disampingnya, membantunya merapikan buku yang kemudian dialihtangankan pada lengan sebelah kiri.

"Eh, biar gue aja, Yo!"

"Tugas lo kan cuma ngawasin gue doang..."

Alvin mendekat, hendak mengambil alih tumpukan buku yang berada ditangan Rio hingga desisan kesal seseorang di sampingnya menginterupsi dengan tajam.

"Buruan, tinggal jalan ae ribet!"

"Tapi..."

"Dibantuin apa gue tinggal?!"

"Oke, oke..." Alvin meremas rambutnya pasrah, mengambil tumpukan buku yang tersisa sebelum menyusul Rio yang sudah jalan duluan.

Sepanjang perjalanan ke ruangan Bu Winda dua most wanted Cakrawala betah saling diam. Alvin yang ragu memulai pembicaraan dibuat jiper dengan presensi Rio yang mendadak jadi dingin bahkan 10x lipat daripada dia. Demi Tuhan! Ini kenapa jadi Rio yang marah? Bukannya seharusnya kebalik ya? Kenapa malah Rio yang jadi nyebelin?

"Tungguin!" Alvin mengatur nafas setelah berhasil mensejajarkan diri dengan Rio yang tidak memelankan ritme berjalannya sedikitpun seolah sengaja menghindari situasi ini. Dalam hati Alvin bersyukur Bu Winda menghukumnya berdua dengan Rio yang mau membantunya mengangkat buku - buku itu sehingga dia tidak harus bolak - balik kelas dan ruang guru untuk menyelesaikan hukuman. Namun disisi lain dia kesal karena Rio tidak bisa diajak bicara.

***

Ify menelusuri setiap sudut kantin namun sosok yang sejak tadi dinanti kedatangannya tak kunjung terlihat, padahal mereka sudah janjian untuk bertemu setelah tugas dadakan sang empunya nama itu selesai. tapi ini sudah lebih dari 30 menit dan pemuda itu belum datang juga.

"Ini si Rio kemana, sih? Ngawasin hukuman doang emang selama itu ya? mana si Alvin nggak kelihatan lagi" gumamnya gusar, mengingat kondisi Rio sekarang tentu Ify khawatir, namun sebisa mungkin Ia menahan diri demi melukai perasaan kekasihnya.

Masih di suasana yang sama sampai kemudian Shilla yang baru selesai makan menghampiri Ify yang belum beranjak dari mejanya. "Kenapa, Fy? kayak panik gitu?"

Ify menggeleng, "Nggak apa - apa. Gue lagi nungguin Rio aja nih, tapi ini udah setengah jam dan dia belum dateng juga. gimana gue nggak panik coba!"

Shilla mengangguk mengiyakan, menepuk bahu sahabatnya beberapa kali. "Sabar, palingan bentar lagi. Si Alvin juga belum kesini kok"

"Coba lo telepon Alvin deh, Shill. Ya kali mereka nganterin buku doang sampe ngabisin jam istirahat sih!"

"Oke oke"

Shilla mencoba menghubungi Alvin sesuai perminataan Ify, Handphonenya berdering lama tanpa jawaban berarti.

"Yaaah, nggak di angkat, Fy..." lapor Shilla.

"Emmm... mungkin nggak sih kalau mereka lagi ngobrol serius, sekarang? Yaa... siapa tahu aja, hukuman Alvin kali ini bisa buat mereka baikan lagi?"

"Amin banget kalau itu," tanggap Ify penuh harap "Gue kasihan ngelihat Rio kayak kehilangan jati diri sejak para cowok berantem," lanjutnya sendu.

"Gue juga. yaudah kita ke kelas aja yuk? udah mau bel nih..."

Ify menggangguk setuju.

***

Hukuman Bu Winda sudah selesai.

Masih dalam misi yang sama, Rio mempercepat langkahnya melewati koridor kelas sepuluh tanpa mempedulikan panggilan Alvin yang belum menyerah untuk mengajaknya bicara meski sudah ditolak secara gamblang. Dia paham Alvin sama kerasnya dengan dia ketika menginginkan sesuatu, namun untuk saat ini dia tidak boleh lengah apalagi sampai kalah dari sahabatnya itu, tidak sedikitpun.

[2] BAHASA RASAWhere stories live. Discover now