31 - Sebuah Salam Perpisahan

Mulai dari awal
                                    

"Assalamualaikum, anak ganteng pu- Kak Rio? Wuuah, lo udah balik!" Ray lansung heboh begitu membuka pintu dan menemukan Mama dan Papanya sedang mengobrol dengan sang kakak yang sudah seminggu lebih tidak pulang karena ada urusan pekerjaan.

Setidaknya itu yang Ray dengar dari Pak Tama beberapa waktu lalu.

Beres menyalami kedua orang tuanya Ray beranjak memeluk Rio sebentar yang dibalas tepukan pelan dari sang empunya badan. "Kok gue kangen ya sama lo, biasanya juga enggak" ujar Ray menggoda. Hatinya berdesir merasakan tepukan pelan di punggung yang entah kenapa kali ini terasa lain.

"Gue juga kangen kok" Rio tersenyum sebagai jawaban, fokusnya kini beralih pada Gabriel dan dua orang yang mulai masuk ke dalam rumah, menyalami Papa dan Mamanya kemudian duduk di bangku yang kosong setelah dipersilahkan sang tuan rumah.

"Pagi tante..." sapa Cakka ramah

"Pagi ganteng, pas banget Tante abis masak banyak nih, awas loh kalau nggak dihabisin"

"Siap, Tante. Kebetulan Cakka juga belum sarapan... Iyel dadakan sih nyuruh kesininya" Cakka malah curhat yang seketika mendapatkan jitakan mulus dari Gabriel

"Modus lo!"

"Suka - suka dong"

"Yaudah, nanti dilanjut lagi ngobrolnya, sekarang kita makan dulu yuk, keburu dingin" Intrupsi Bu Manda setelah menyiapkan peralatan makan tambahan untuk Cakka dan Alvin yang baru datang, selanjutnya beliau mulai menuangkan nasi dipiring Pak Tama dan lima jagoan yang kini berkumpul di meja makan, menanyakan lauk apa yang mereka mau sebelum mengambil piring lain untuk dirinya sendiri, sinaran bahagia terpancar dari wajah beliau, menikmati kebersamaan yang tidak setiap saat dapat dirasakan membuat hubungan mereka terasa begitu dekat sekarang.

Detik berikutnya suara logam terdengar saling beradu, menciptakan harmonisasi yang mengisi diantara kekosongan obrolan karena masing - masing tengah menyantap hidangan mereka dengan nikmat.

Rio berusaha menikmati sarapan bersama pagi ini meski tidak seindah biasanya, jarak yang semakin jauh terasa semakin sulit untuk dihancurkan.

Dia sadar, waktu tidak akan mau berdamai dengan siapapun dan dia tidak ingin menyesal karena melewatkan momen yang akan dirindukannya suatu hari nanti.

Selesai sarapan, Bu Manda membantu Bi Inah membereskan meja makan, Pak Tama melanjutkan pekerjaan di ruangannya. Sementara Gabriel mengajak empat orang tersisa ke movie room setelah menjelaskan sekilas perihal DVD yang di temukan Ray dan tujuannya memanggil Cakka dan Alvin kemari.

Rio turut berangkat demi mengikuti permintaan Ray meski sejatinya dia sudah tahu DVD apa yang dimaksud Gabriel.

Bagaimana tidak?

DVD itu memang sengaja dia tinggalkan disana dengan harapan Ray akan menemukan pesan itu nanti, saat dia benar - benar tidak mampu lagi menembus jarak yang semakin sukar setiap harinya. Akan tetapi kenyataan berkata lain, Ray menemukan benda itu lebih cepat dari perkiraannya yang artinya mau atau tidak Rio harus siap dengan apa yang akan terjadi setelah mereka melihat isi di video itu.

Ah, khusnudzon aja! mungkin ini cara Tuhan agar masalah diantara mereka cepat selesai termasuk keinginannya untuk pergi demi tidak menambah penderitaan orang - orang yang dia sayang.

Setidaknya, jangan biarkan mereka bersedih terlalu lama. Tuhan...

---

Hening mendominasi ruangan kedap suara bernuansa pastel yang berada diujung lorong sejak Layar hitam besar disana mulai menampakkan isi video yang di awali dengan munculnya Cakka di sepanjang koridor Cakrawala dengan langkahnya yang khas sambil sesekali menggoda para gadis yang sibuk bersalting ria saking terpesonanya. Ah. dia baru sadar jika semakin hari fansnya semakin bertambah.

[2] BAHASA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang