[17] Ada Apa dengan Kirana?

Start from the beginning
                                    

"Gue emang bukan cewek baik-baik tapi bukan berarti lo bisa hina gue." ucap Kirana serak.

Ia memukul bahu Chandra yang terdiam kaku ditempatnya. Kirana menatap sekilas wajah suaminya itu dan kemudian berjalan meninggalkan pria itu.

***

Chandra menatap pemandangan matahari terbenam dihadapannya. Pemandangan yang seakan tak berhenti membuat manusia berucap syukur atas karunia Tuhan.

"Kenapa kamu masih disini Chan?"

Chandra berbalik dan menatap Gilang yang berjalan dengan cengiran lebarnya.

"Gak. Malas aja cepat ke rumah. "

"Kirana gak marah kamu telat pulang? Dian aja suka marah kalau aku telat, untung dia lagi di rumah orangtuanya."

Chandra tersenyum. Ia membayangkan Kirana yang kembali mengomel dengannya tapi sekarang wanita itu lebih senang mendiamkannya.

Chandra benar-benar pusing kesalahan apa yang dilakukannya, kenapa Kirana sekesal itu dengan dia?

"Aku pusing sama cewek," keluh Chandra pada akhirnya.

Gilang yang asyik bermain ponsel pun beralih menatap sahabatnya itu, "Kenapa emangnya? Kirana buat masalah apa lagi?"

"Aku dulu hapal sandi morse pramuka, tahu kode rahasia tentara, tapi kenapa aku gak bisa mengerti Kirana?"

Chandra mengacak rambutnya dengan frustrasi membuat Gilang terkekeh geli.

"Itulah cewek Ndan, Kamu boleh jadi komandan dan kapten kita tapi kamu tetap gak akan bisa kalah dengan cewek. Kata-kata mereka itu seperti perintah," balas Gilang sambil tertawa.

Chandra ikut terkekeh, nyatanya ia memang sering mengalah saat berdebat dengan Kirana.

"Kirana ngambek sama aku, bro. Aku bingung harus ngapain. Diajakin ngomong dia kayak mau ngecincang, aku diamkan lama-lama aku jadi merasa gak beda jauh dengan hantu di mata dia. "

Gilang menepuk bahu kawan seperjuangannya itu, "Aku juga gak bisa paham dengan wanita. Mereka banyakan kode yang gak cowok ngerti."

"Andai aku kayak barcode. Bisa baca kode-kodean cewek"

Chandra tertawa keras akubat celetukan Gilang. Ternyata mantan playboy seperti Gilang pun masih sulit mengerti wanita apalagi Chandra.

Drett.

Ponsel Chandra bergetar.

Chandra berusaha berhenti tertawa dan melirik layar ponselnya. Seketika tawa Chandra pudar melihat nama itu.

Kirana bawel is calling

Chandra menarik napas sebelum menangkat telpon tersebut dan mendengar ocehan panjang ala Kirana.

"Assalamu alaikum, Ran." Sapa Chandra.

Tak terdengar suara balasan atau ocehan khas Kirana.

Chandra menjauhkan ponselnya dan memastikan bahwa teleponnya tak terputus.

"Ran, Kirana!" panggil Chandra lagi.

"Kamu kalau mogok bicara jangan nelpon juga dong Ran. Aku kan gak ngerti kalau kamu gak ngomong. " oceh Chandra namun tak ada balasan argumen dari Kirana seperti biasanya.

"Ran?"

"C-chan." ucap sebuah suara yang sangat lirih.

Chandra memasang telinganya setajam-tajamnya.

"Ran, kamu kenapa?"

"Sakit Chan, sakit!" ucap Kirana dengan suara serak dan hampir saja Chandra tak mendengarnya.

Tiba-tiba terdengar suara isakan Kirana. Suara itu sukses membuat Chandra mengerutkan kening dan dilanda rasa cemas.

"Ran, kamu kenapa? kamu masih di rumah kan?"

"Chandra gue gak kuat lagi. Sakit."

Dada Chandra terasa sesak saat itu. Ia lebih memilih Kirana yang cerewet dibandingkan Kirana yang diam dan lemah seperti saat ini.

"Tunggu aku. Aku kesana sekarang."

Tapi kemudian sambungan telepon pun terputus.

Chandra yang panik segera mengambil kunci motor disamping bangku tempatnya duduk tadi. Gilang hanya mengamati tingkah kawannya yang terlihat begitu gelisah saat itu.

Chandra menepuk bahu kawannya itu cepat dan segera berlari menuju ke arah motornya yang terparkir.

"Hati-hati!" teriak Gilang. Ia seakan mengerti keadaan sahabatnya itu dan tak ingin banyak bertanya.

Chandra hanya mengacungkan jempolnya. Dan segera mengemudi motor ninja miliknya membelah jalanan makassar dengan pikiran penuh tanda tanya.

Ada apa dengan Kirana?

***

Chandra merogoh kantong celana PDH miliknya. Ia mendesis saat beberapa kali gagal memasukkan kunci pada lubangnya. Tangan Chandra bergetar saking khawatirnya.

Ia segera berlari menuju kamar mereka.

Dan disanalah gadis itu. Terbaring dengan tubuh meringkuk dan suara tangis kecil yang memecah kesunyian rumah.

"Ran, kamu kenapa?" Chandra menyentuh dahi Kirana. Tangan Chandra terasa tersengat saking panasnya.

"Ran, kita ke rumah sakit yah."

Kirana menggelengkan kepalanya.

"Ran, please."

"Gue gak mau!" ucap gadis itu.

"Kenapa sih kamu gak pernah mau nurut sama aku? Kamu sekarang lagi sakit! jangan bertingkah kekanak-kanakan seperti ini. Kalau terjadi apa-apa, aku yang disalahin sama orang tua kita." bentak Chandra.

Kirana menangis tersedu-sedu.

"Aku gak suka rumah sakit. "

Chandra mengacak rambutnya. Bahkan di kondisi seperti ini Kirana masih saja bisa berdebat dengannya.

"Terserah kamu." Chandra berdiri dari duduknya dan hendak berjalan keluar. Mendinginkan otaknya.

Kirana menahan tangan Chandra. Tapi Chandra segera menepis tangan Kirana.

Pria itu kembali berusaha berjalan meninggalkan Kirana.

"C-chan" panggil Kirana parau.

Chandra berbalik dan merasakan kembali tangannya disentuh oleh sebuah tangan yang terasa hangat. Ia melihat Kirana yang kini sudah berdiri menahannya.

"Chan sakit."

Dan itulah ucapan terakhir sebelum wanita itu jatuh pingsan.

"Kirana!"

Chandra & KiranaWhere stories live. Discover now