tiga belas

25.9K 4.4K 228
                                    

Fidel mengajak gue bertemu malam ini. Dia bilang ingin menjajal sebuah kafe yang direkomendasikan oleh seorang food vlogger platform Youtube. Tanpa bertanya lebih lanjut gue hanya mengiyakan ajakkannya. Gue sudah mengkonfirmasi bahwa hari ini shift siang dan pulang jam sembilan malam. Memang sedikit larut untuk hitungan makan malam, namun di malam minggu seperti ini sepertinya beberapa tempat memilih untuk memperpanjang jam bukanya.

Gue sempat bertanya mengenai apakah kami akan bertemu langsung di tempat seperti yang Adit lakukan kemarin, atau bagaimana. Namun Fidell bilang ia tidak keberatan untuk menjemput gue di rumah sakit dan berangkat bersama.

Kapan lagi malam mingguan bareng cowok ganteng macam Fidell? Jadilah gue prepare dari Rumah Sakit dengan penampilan yang lebih rapi dari biasanya.

"Teteh cantik amat malem ini, mau kencan ya?" Alan menebak dengan bibir mencebik dan memasang ekspresi sedih.

"Mau tau aja anak kecil," ledek gue yang membuat ekspresinya semakin suram.

Shakeel yang kebetulan jaga malam hari ini mendekat begitu mendengar perdebatan kecil gue dengan Alan. "Wangi lo nyengat banget, kabur ntar cowoknya," ucapnya sembari mengendus bau tubuh gue yang reflek membuat gue menghirup bau tubuh sendiri. Bertanya-tanya apakah memang benar yang dikatakan Shakeel.

"Nggak nyengat kok," ucap Mas Arel yang lagi lewat tiba-tiba ikut nimbrung.

Aduh, ikan paus!

Tiba-tiba gue teringat sebutan yang Sera berikan.

"Ah lo mah Bang!" Gue pun merajuk kepada Shakeel.

"Kencan sama Fidel ya?" tebak Arel yang membuat gue gelagapan. Dari mana Mas Arel tau? Apakah gue sama sekali tidak memiliki privasi di antara teman-teman kakak sepupu gue ini?

"Bukan kencan kok Mas, cuma mau makan malem bareng aja. Kok Mas tau?" Gue mencoba memberi klarifikasi. Rasanya agak kurang pas kalau dibilang kencan karena kami tidak menjalin hubungan apapun.

"Nebak aja, tumben-tumbenan soalnya Fidell nanya ke gue shift siang selesai jam berapa, mana pernah dia peduli soal jadwal gue. Berarti ada tujuan lain bukan?" timpal Mas Arel yang membuat gue mengangguk paham.

"Gue duluan ya, sukses kencannya," ucap Mas Arel sambil menepuk pundak gue, lalu berlalu pergi.

"Lo kencan sama siapa tadi? Fidell?" Alis Shakeel berkerut heran.

"Bukan kencan, Bang. Harus berapakali sih gue bilang."

"Sejak kapan Daru berubah nama jadi Fidell?"

"Hah? Lo mabok ya Bang?" timpal gue dengan alis yang berkerut dalam. Sepertinya Shakeel kurang minum.

Shakeel membuat gerakan dengan dagunya ke arah belakang hingga membuat gue menoleh. Dan di sana ada Mas Daru yang sedang memperhatikan kami tanpa jas dokternya, ia hanya memakai kemeja dan rambut yang sedikit ditata lebih rapi dari biasanya. Kebetulan dia satu shift juga sama gue tadi, kemungkinan besar ia memang akan jalan juga.

Daru yang tidak mengerti situasi juga mengerutkan alisnya. Dua orang jomlo yang terbiasa menghabiskan malam minggu di rumah sakit dan kini ingin jalan keluar dengan pakaian lebih rapi di saat yang bersamaan langsung membuat orang mengambil kesimpulan bahwa kami akan jalan bersama.

"Gue jalan sama Kak Fidell kok Bang, bukan Mas Daru." Lagi-lagi gue menegaskan.

Mentang-mentang sama-sama rapi dikira mau jalan bareng.

Mungkin Mas Daru juga ada janji sama cewek malam ini, karena dandanannya benar-benar tidak seperti biasanya. Ia sama sekali tidak menggubris kami dan melenggang pergi setelah mengucapkan kata singkat 'duluan'.

Looking For MateWhere stories live. Discover now