Part 15 - Cinderella

Start from the beginning
                                    

Baiklah, mungkin ini harus kujelaskan sejak awal. SD dan TK di sekolah ini berada di satu gedung. Sekolah ini memang unik, kalau tidak masuk akal dipaksa masukin aja ke akal kalian ya? Soalnya penulisnya sendiri asal-asalan saat menulis ini.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan? Aku bosan!" keluh D.o.

"Bagaimana kalau kita ke kelas Chanyeol dan Sehun saja? Mereka sedang latihan drama. Siapa tahu ada kejadian menarik?" ajak Chen.

D.o berpura-pura berpikir. Ia pun mendapat ide. Ia meninggalkan Chen dan menghampiri Na Eun.

"Na Eun-ah! Ayo ke kelas Chanyeol! Kau tentu belum pernah lihat Chanyeol berakting kan? Ayo!" D.o menarik tangan Na Eun keluar kelas.

Chen hanya bisa melongo karena ditinggal D.o. Ia jadi semakin kesal pada Na Eun.

"Dia anggap diriku itu apa! Patung yang bisa seenaknya ia tinggalkan begitu saja? Padahal yang pertama mengajaknya kan aku! Kenapa ia malah pergi dengan Na Eun?" gerutu Chen.

Ia menghentak-hentakkan kakinya menuju kelas Chanyeol. Ia tak tahu saja kalau ia telah terkena jebakan D.o. D.o ingin Chen semakin membenci Na Eun agar yeoja itu semakin sulit mendapatkan Chanyeol.

***

Setelah pertemuan orang tua berakhir, Bo Mi dan Irene jadi penasaran bagaimana anak-anak mereka saat latihan. Karena itu mereka langsung menuju kelas Sehun dan Chanyeol. Dan disanalah mereka melihat ...

Chen dan D.o yang dijewer oleh Luhan. Aduhhh Luhan jangan jewer-jewer Chen sama D.o dong! Apa kau tidak tahu Eomma dan calon Eomma mereka lebih galak dan garang dari Hitler?

"Ssaem bilang apa tadi? Kerjakan halaman 126 di dalam kelas, kalau ada yang keluar kelas akan Ssaem hukum! Kalian melanggar perkataan Ssaem dan bahkan mengajak Na Eun juga? Kalian ini benar-benar!"

"Ehmm ehmm!"

Luhan dan anak-anak sontak menoleh ke belakang dan mendapati Bo Mi yang penuh dengan aura membunuh. Luhan jadi gugup sendiri. Takut Bo Mi marah karena Luhan menjewer anaknya.

Tapi bukannya marah pada Luhan, Bo Mi malah ikut mencubit kedua anak itu.

"Appo! Eomma!/Ahjumma!"

Bo Mi tersenyum manis pada Luhan, "Biar saya saja yang menghukum dua anak ini Ssaem."

Chen dan D.o menjerit saat Bo Mi menyeret mereka kembali ke kelas mereka. Na Eun yang tak tahu apa-apa pun mengikuti mereka dari belakang. Irene jadi bingung harus melakukan apa karena ditinggal sendiri.

"Irene-ssi, apa kau ingin melihat anak-anak latihan?" Luhan membuka pintu kelas Sehun, "Masuklah."

Saat masuk ke dalam kelas, Irene pun hanya bisa merasa takjub. Seharusnya putri dan pangeran bersikap saling bersikap romantis kan? Baru kali ini Irene melihat Cinderella dan pangeran jambak-jambakan. Guru mereka pun sepertinya sudah menyerah dan malah memilih pundung di pojok kelas.

"Aku takkan mau melakukan apa yang tertulis di naskah denganmu!" teriak Sehun.

"Aku juga tidak mau! Kau tak pantas jadi pangeran! Tak ada pangeran yang kasar sepertimu! Kau menghancurkan image pangeran yang diimpi-impikan semua gadis yang ada di muka bumi ini!" seru Seulgi tak mau kalah.

Irene berjongkok di sebelah Chanyeol yang menatap teman-temannya yang sedang berkelahi itu dengan tatapan polos, "Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Ah itu ahjumma, Sehun tak bisa memakaikan sepatu kacanya pada Seulgi. Karena itu ia malah memaksakannya dan sepatunya jadi rusak. Seulgi jadi marah dan meledek Sehun. Sehun juga balas meledek Seulgi. Jadilah mereka bertengkar begini." jelas Chanyeol panjang lebar.

Irene mengangguk-angguk mengerti. Ia menghela nafas bersiap-siap berteriak menghentikan anak-anak itu. Tapi sebelum ia berteriak, Luhan sudah medahuluinya.

"Diam semuanya!"

Seulgi dan Sehun sontak berhenti bertengkar. Luhan beralih pada Irene.

"Irene-ssi, bisa lepas sebelah sepatumu?" pinta Luhan.

Irene mengangguk dan melakukan apa yang diminta Luhan tadi. Luhan mendudukkannya di salah satu kursi. Ia hanya menurut karena tidak tahu apa yang ingin Luhan lakukan.

Luhan mengambil sepatu itu. Ia berlutut dan memakaikannya kembali ke kaki Irene dengan lembut.

"Pas," Ia mendongak menatap Irene. "Kaulah Cinderella yang kucari selama ini."

Luhan tersenyum lembut, ia memegang kedua tangan Irene.

"Irene-ssi, Maukah kau menjadi istriku?"

Irene tak mengatakan apapun. Keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia harus berkata apa? Ia belum membaca apa yang harus di katakan oleh Cinderella di naskah.

Luhan terkekeh dan menepuk tangannya. Ia beralih ke arah anak-anak tadi.

"Begitu cara melakukannya. Bertengkar hanya membuang-buang waktu kalian. Sekarang kembalilah latihan."

"Ne." jawab Sehun dan Seulgi.

Luhan kembali tersenyum pada Irene. Kali ini senyuman itu berhasil membuat wajah Irene menjadi merah.

Sementara itu diluar ...

"Mereka cocok bukan? Eomma lebih setuju jika Luhan ssaem yang bersama Irene." ucap Bo Mi sambil terus mengintip.

"Sayang sekali, padahal aku ingin menjodohkan Luhan ssaem dengan Eomma."

"Apa kubilang? Ahjumma ditakdirkan untuk appaku seorang. Jadi kapan kalian akan menjadi eomma dan adik tiriku?" tanya D.o.

"Nanti, dalam mimpimu." jawab Bo Mi dan Chen kompak.

Yah, perjuanganmu masih panjang D.o-ya, faito!

****

Ini pendek ya? Biarin dah -_-. Gue lagi gak ada ide, jadi mohon dimaklumin aja ye :v.

Sampai jumpa di part selanjutnya! Bye bye!

***

Makassar, 22 November 2016

D'Jandas [Exo Fanfiction]Where stories live. Discover now