Prolog

10.3K 886 192
                                    

Seorang anak laki-laki berlari mengelilingi apartement sambil berteriak riang. Di belakangnya, ibunya mengejarnya dengan raut lelah. Karena tak kuat berlari lagi, sang ibu tak lagi mengejarnya dan menjatuhkan dirinya ke atas sofa sambil menutup matanya. Pura-pura pingsan.

Mengetahui ibunya tak lagi mengejarnya, anak itu pun berhenti berlari dan mendekati ibunya.

"Ibu?"

Sang Ibu tidak bergerak. Anak itu mencoba mengguncangkan tubuh ibunya. Tiba-tiba...

"Wuaaa!"

"Kyaaa!" Sang anak menjerit kala sang ibu tiba-tiba berdiri dan menggendongnya.

"Kau anak nakal! Kita akan terlambat ke persidangan Bibimu kalau kau bersikeras tak ingin mandi begini!" omel sang ibu.

Bibir sang anak mengerucut. Ia berusaha melepaskan diri tapi ibunya menggendongnya erat. Akhirnya ia hanya bisa pasrah saat ibunya membawanya ke kamar mandi.

Drrtt drrtt ...

Sesampainya di kamar mandi, ponsel sang ibu bergetar. Ibu tersebut menurunkan anaknya dari gendongannya membuat sang anak kembali berlari keluar. Ia pun mengangkat telpon itu.

"Halo Bomi-ya?"

"Irene-ya Kau ada dimana? Sidangnya sudah dimulai!" ucap Bomi di ujung telpon.

"Maaf, sepertinya aku akan terlambat. Kau tahu Sehun, kan? Anakku itu sulit sekali dimandikan!" gerutu Irene.

"Aku benar-benar gugup jadi cepatlah kemari! Aku tutup dulu, oke? Doakan aku berhasil."

"Eum."

Klik ...

Menyadari Sehun kabur lagi, Irene hanya bisa menghela nafas dan memandangi foto suaminya yang menjadi wallpaper ponselnya.

"Lay-ya, mengapa anakmu sulit sekali diatur? Ia mirip sekali denganmu." gerutunya.

"Hei, Sehun-ah kemari kau!"

***

"---Dengan ini gugatan cerai dikabulkan. Hak asuh atas kedua anak kalian akan menjadi milik nyonya Yoon Bomi." Hakim mengetuk palu yang menandakan keputusannya sudah tak bisa diganggu gugat.

Jika saja ia tidak berada di ruang sidang, mungkin Bomi akan berteriak penuh kemenangan. Setelah penderitaannya selama delapan tahun, akhirnya ia bisa bebas juga.

Bomi menatap mantan suaminya. Raut mantan suaminya itu sangat kontras dengan dirinya. Pria sepertinya tidak terima dengan keputusan hakim. Saat mantan suaminya menoleh padanya, Bomi tersenyum kemenangan dan diam-diam mengarahkan jari tengahnya pada pria yang pernah menjadi suaminya itu.

Bomi pun mengejek mantan suaminya itu dengan menggerakkan bibir seksinya tanpa suara, 'Take that you bastard!'

Chen yang melihat kelakuan ibunya hanya bisa menutupi mata adiknya. Astaga ia berharap jika Chanyeol besar nanti, adiknya tak akan berkelakuan seperti ibu mereka yang bahkan lebih parah dari preman pasar.

***

Bomi keluar dari ruang sidang sambil menggendong Chanyeol di tangan kanannya. Chen mengikuti di belakang, sambil menggandeng tangannya. Mata Bomi bergerak menelusuri tempat itu untuk mencari Irene. Begitu ia menemukan sahabatnya itu, ia melepas tangan Chen dan menggerakkan tangan Chanyeol yang ada di gendongannya untuk melambai pada Irene. Irene yang melihat mereka segera menghampiri Bomi dengan Sehun dalam gendongannya.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Irene.

"Coba tebak~," Bomi tersenyum lebar, "Aku mendapatkan hak asuh kedua anakku dan juga rumahnya!"

D'Jandas [Exo Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang