***

Seharian ini Leo tidak menemukan sosok Fiona di sekolah. Leo tidak mengerti mengapa dirinya mencari Fiona sejak ia menginjakkan kaki di sekolah pagi tadi. Leo sempat berpura-pura melintas di depan kelas Fiona. Namun, Leo tidak melihat perempuan yang membuatnya penasaran itu.

Leo terkadang berpikir, apakah dia mulai memiliki perasaan terhadap Fiona? Apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Namun, Leo selalu menepis semua pikiran itu. Leo berasumsi kalau dirinya hanya penasaran pada Fiona. Leo akui Fiona memang cantik. Tapi, Leo belum tahu bagaimana sifat dari perempuan ini. Leo lebih tertarik dengan personality daripada fisik seseorang.

Leo terlihat menaiki motornya yang terparkir di tempat parkir sekolah, kemudian melajukannya menuju pintu gerbang. Leo berencana akan ke rumah pohon, lagi-lagi, untuk menyendiri. Saat sampai di pintu gerbang, Leo tiba-tiba memberhentikan motornya tepat di depan seorang perempuan yang ia cari seharian ini. Leo tersenyum lebar saat Fiona menoleh ke arahnya.

"H-hai!" sapa Leo dengan gugup.

"Eh, m-maaf. Ngalangin, ya?" kata Fiona yang terdengar gugup juga.

"Nggak, kok," kata Leo, lalu terkekeh. "Lo Fiona, kan?"

Fiona terlihat agak terkejut saat Leo menyebut namanya. "Iya. Lo Leo temennya Ryan, kan?"

Leo menganggukkan kepalanya. "Iya, gue Leo. Oh iya, lo yang nyimpen surat puisi di kolong meja gue waktu itu bukan?"

"I-iya. Tap-"

Ucapan Fiona terpotong saat seorang laki-laki dengan sebuah motor berhenti di belakangnya. Fiona dan Leo langsung melihat ke arah laki-laki itu. Laki-laki itu terlihat membuka kaca helmnya, lalu melihat Fiona. "Maaf nunggu lama."

Fiona hanya mengangguk, mengisyaratkan, "Nggak papa." kepada laki-laki itu. Fiona melihat Leo kembali. "Gue duluan, ya."

Belum sempat Leo mengangguk, Fiona sudah melangkah menuju laki-laki itu, lalu menaiki motornya. Setelah mereka berlalu, Leo menghela napasnya. Entah mengapa Leo langsung membuat kesimpulan kalau laki-laki tadi adalah pacar Fiona. Leo merasa sedikit patah hati saat membuat kesimpulan itu.

Nggak mungkin gue suka sama Fiona.

***

"I chime in with a "haven't you people ever heard of-"

"Closing the goddamn door?""

Leo berhenti menyanyi dan memainkan gitarnya saat mendengar suara Papanya. Leo kemudian menoleh dan melihat Papanya yang sudah berdiri di samping sofa yang Leo duduki sambil bertolak pinggang.

"Udah malem. Tidur gih. Besok, kan, sekolah," kata Papanya.

"Nggak bisa tidur," kata Leo, lalu mulai memetik gitarnya asal.

"Kenapa? Mikirin cewek?"

Leo lagi-lagi berhenti memainkan gitarnya. "Ng-nggak."

Papanya terlihat menghela napas, lalu duduk di samping Leo. "Papa tau kamu lagi mikirin cewek. Jangan bohong sama Papa."

"Apasih, Pa. Sok tau banget," gumam Leo sambil kembali memetik gitarnya.

"Kamu mau tau nggak-"

"Nggaaaak," senandung Leo memotong perkataan Papanya.

Papanya langsung mengambil gitar dari pangkuan Leo, kemudian menaruhnya di samping sofa. "Dengerin Papa."

Leo mendengus, lalu bersandar ke sandaran sofa sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Kedua matanya melihat ke arah pohon mangga yang berada di dekat pagar pembatas antara rumahnya dengan rumah tetangga.

Papanya lagi-lagi menghela napas dan terdiam cukup lama. Menyadari itu, Leo menoleh ke arah Papanya. "Pa? Kenapa Papa diem?"

"Papa lupa tadi mau ngomong apa," kata Papanya yang sedang berusaha mengingat apa yang akan dikatakannya tadi. Leo terlihat hanya memutar matanya.

"Ah! Papa inget!" seru Papanya tiba-tiba yang membuat Leo sedikit terlonjak. "Papa tadi mau cerita waktu Papa ketemu sama Mama."

Mendengar itu, Leo langsung menoleh ke arah Papanya. Setelah sekian lama, rasa penasaran Leo terhadap bagaimana orang tuanya bertemu akan terbayar. Leo tidak menyangka Papanya akan mengatakan hal itu tadi.

"Jadi-"

"Luke, ada Pak RT di depan tuh mau ketemu sama kamu," kata Mamanya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Papanya mengerutkan alisnya. "Ada apa emangnya?"

"Nggak tau," kata Mamanya sambil mengangkat bahunya. Papanya pun beranjak dari sofa dan langsung menuju ruang tamu. Leo, yang sejak tadi mendengar percakapan antara kedua orang tuanya, hanya menghela napas, agak kecewa dan kesal karena Pak RT yang datang di saat yang tidak tepat.

***

A/N:

Akhirnya bisa update juga. Maaf ya slow update. Ada yang kangen Leo (atau Papanya) nggak? :-)

Btw gue minjem dua nama temen gue: Mina sama Keyko buat jadi temen sekelasnya Leo di sini. Mereka juga punya wattpad: minx-minx real__chocolate. Wkwk.

LEONơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ