Chapter 20

17.5K 1K 249
                                    

Ali tersenyum memperhatikan Prilly yang sibuk sendiri. Gadisnya itu kadang mengerutu tak jelas. Memajukan bibirnya lucu, menggoyangkan kakinya kesegala arah, mainkan jarinya membentuk pola tak menentu, dan terkadang bersenandung kecil.

"Sayang kamu kenapa?" tanya Ali masih memperhatikan Prilly yang berbaring disofa yang ada di ruangannya.

Prilly menoleh malas kearah Ali. Jika bukan karena cinta mungkin Prilly sudah membuat leher Ali patah sedari tadi. Bagaimana tidak? Kekasih ajaibnya itu sangat semena-mena.

Tadi dengan seenaknya ia memanggil Prilly di jam pelajaran berlangsung dan yang lebih parahnya. Prilly tak diizinkan keluar sama sekali. Selalu seperti ini jika Ali datang ke sekolah dan hal ini semakin membuat anak-anak satu sekolah penasaran dengan apa yang Prilly lakukan bersama sang pemilik sekolah yang belum mereka ketahui bahwa pemilik aslinya sudah berganti.

Prilly Ingin lari pun tak bisa karena kunci sudah Ali sembunyikan. Jadilah sekarang Prilly hanya berdiam diri menemani Ali yang sibuk dengan laptopnya. Sungguh menyebalkan.

"Sayang?" panggil Ali tersenyum manis. Ia tau kekasihnya itu sedang marah sejak tadi dan wajahnya itu sungguh menggemaskan menurut Ali.

"Aku mau keluar!" ketus Prilly.

"Sayang ayolah disini aja dulu. 'Kan belum bel," bujuk Ali sangat manis.

"Buat apa di sini? Aku cuman diem nggak jelas liat kamu yang asik sendiri! Mending juga aku dikelas. Belajar." seru Prilly kesal. Ia menoleh kearah lain, tak ingin menatap wajah Ali.

"Bentar Sayang. Dari tadi juga aku sama kamu 'kan. Aku ada kerjaan dikit, tunggu dulu sebentar aja," sahut Ali dengan suara lemahnya. Berharap Prilly bisa mengerti. Karena memang baru setengah jam yang lalu Ali sibuk dengan pekerjaannya.

Ali tau Prilly sedari tadi menahan kesal kepadanya karena hal yang ia lakukan. Ali memaksa Prilly tetap menemaninya bukan bermaksud untuk membuat Prilly hanya berdiam diri tak jelas tapi Ali ingin menghabiskan waktunya bersama Prilly, namun niat awalnya terganggu karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.

"Kamu selesain dulu kerjaannya. Aku ke kelas bentar," Prilly beranjak dari duduknya menghampiri Ali.

"Oke oke. Kamu tetap disini. Kerjaan aku nanti aja." Ali menutup laptopnya begitu saja.

Ali memutar kursinya menghadap kearah Prilly. Menarik pinggang ramping itu agar duduk dipangkuannya tapi dengan cepat ditahan oleh Prilly.

"Aku mau ke kelas Ali!" tekan Prilly menatap wajah Ali datar.

"Kamu kenapa sih? Nggak biasanya kayak gini. Aku udah selesai kok kerjanya." ucap Ali menatap Prilly lembut tapi yang ditatap malah menoleh kearah lain.

"Kita tu bisa ketemu kapan aja Li. Bukan kayak gini. Jadi plis jangan ganggu jam belajar aku." suara Prilly terdengar mulai lembut. Tapi mata itu sama sekali tak mau menatap wajah Ali.

"Maaf," ucap Ali mengelus tangan Prilly lembut. Ali meraih jemari Prilly untuk digenggamnya erat.

"Aku mau ke kelas." ujar Prilly sekali lagi tanpa membalas ucapan maaf dari Ali.

"Oke!" jawab Ali.

Ali melepas genggaman tangan mereka, Menyerahkan kunci pintu kepada Prilly. Tanpa berkata sedikit pun Prilly melangkah pergi menuju pintu.

Baru saja ia membuka pintu suara Ali terdengar, "Nanti sore aku berangkat ke Singapore." pelan. Tapi bisa Prilly dengar dengan jelas.

"Ngapain?" Prilly membalik tubuhnya menatap ke arah Ali meminta jawaban.

"Ada kerjaan, aku titip Tia," tanpa menatap sedikit pun ke arah Prilly, Ali terlihat kembali asik dengan pekerjaannya.

"Berapa lama?" tanya Prilly masih bertahan dengan suara datarnya.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang