Chapter 12

17.3K 1K 100
                                    

"Woooiii.."

Tepat saat gadis menor yang menyakiti Tia itu menoleh. Pukulan Prilly melayang kearah wajahnya.

"Jangan nyari masalah sama gue!" peringatan Prilly terdengar sangat menakutkan. Prilly berlalu begitu saja meninggalkan gadis menor itu yang mengerang kesakitan.

Pukulan Prilly tepat mengenai pipinya dan sukses membuat darah keluar dari bibirnya yang robek. Tak ada satu orang pun yang melihat kejadian itu. Wajah Prilly terlihat biasa saja seperti tak terjadi apa pun di antara mereka.

"Prillyyyyyyyyyyy......" teriakan melengking dari arah pintu menarik perhatian semua orang yang ada didalam kelas. Tak terkecuali sang ketua karate yang namanya di panggil itu. Gadis itu langsung menoleh kaget kearah asal suara yang sialnya begitu memekakan telinga siapa pun yang mendengarnya.

Begitu tau siapa pemilik suara emas tak ternilai itu sorot mata Prilly menajam. Ia diam dengan wajah dingin meminta penjelasan. Tak ingin repot-repot bertanya ia hanya menunggu sahabat gilanya itu meneruskan ucapannya.

"Apa liat-liat?" sentak gadis yang memiliki suara emas itu garang kearah semua orang yang menatapnya kesal.

"Ck," yang lain hanya berdecak tanpa berkomentar sedikit pun.

Mereka kembali melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi. Karena bagaimana pun mereka melawan takkan ada istilah mereka yang jadi pemenang. karena saat gadis itu kalah, Prilly lah yang akan turun tangan dan itu sungguh menakutkan untuk mereka.

"Lo dipanggil guru BK," seru gadis itu terdengar sangat cemas.

Wajahnya pucat jauh berbeda dengan Prilly yang terlihat biasa saja. inilah uniknya mereka. Prilly yang sering bermasalah tapi tetap dengan wajah datarnya berbanding terbalik dengan sahabatnya yang akan menampilkan wajah pucat padahal bukan dia yang bersalah.

"Cih ngadu juga tu orang. Untung kagak lepas tu kepala, songong sih." gumam Prilly sambil berjalan ke pintu kelas dengan begitu santainya berbeda dengan orang yang mendengar gumaman Prilly. Mereka susah payah menelah ludah mereka sendiri, gadis mungil yang begitu menyeramkan.

"Lo kenapa lagi?" tanya gadis yang memiliki suara emas itu kepada Prilly saat mereka sudah berhadapan.

"Gue nonjok orang," jawab Prilly santai.

"Whaaaaat?? Lo nonjok orang? Serius lo Pril? Kapan?" cerocosnya terdengar sangat heboh.

"Biasa aja Deviaaa!!!" seru Prilly kesal dengan Devia yang sedari tadi seperti berniat memecahkan gendang telinganya.

"Lo jawab aja sih Pril. Gue 'kan ceritanya lagi heboh karena lo dipanggil ke ruang BK. Ya, gue sebagai sahabat harus keliatan kaget dan sok perhatian dong sama lo," jawab Devia begitu menyebalkan. Prilly memutar bola matanya malas.

"Lo harus jelasin ke gue Pril. Siapa yang lo tonjok? Bagian apa yang kena? Lo harus gambarin wajah tu orang pas lo tonjok biar gue bisa ngebayangin dan gue bisa tau, gue harus ketawa atau prihatin? Dan yang terpenting lo harus sel... anjiiiirrrrrr gue ditinggal.."

Sungguh jika ada orang seperti Devia sudah pasti tak bernyawa ditangan Prilly. Tapi sayang Prilly begitu menyayangi sahabat gilanya yang sangat menyebalkan itu.

Jika Devia sudah mulai mengeluarkan kata menyebalkan serta wajah yang dibuat seserius mungkin Prilly memilih pergi sebelum tangannya bekerja membentuk wajah Devia menjadi semakin cantik tapi mau bagaimana pun respon Devia dia tetap sahabat terbaik Prilly.

Prilly sampai di depan ruang kepala sekolah, tanpa ragu ia mengetuk pintu.

"Masuk."

Begitu mendapat jawaban dari dalam Prilly membuka pintu. Tadi saat ia keruang BK, guru yang ada di sana langsung menyuruh Prilly menghadap kepala sekolah mungkin karena orang yang membuat Prilly dipanggil sudah menunggu di sana.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang