THE GRIFFIN OF INDIGO #CHAPTER1

9.2K 479 9
                                    

Hay namaku Caeysa Faca, di London teman maupun saudaraku sering memanggilku aneh, ganjil, sakit dan gila, mereka tak mungkin memanggilku begitu tanpa sebab.

Sebabnya adalah entahlah aku tak tahu dan tak mengerti diriku sendiri. Entah kekurangan atau kelebihan aku tak tahu.

Kalian mau percaya atau tidak itu hak kalian tapi ketahuilah. Aku punya kelebihan eh maksudku kekurangan engg-ah entahlah yang jelas aku bisa melihat yang tidak seharusnya manusia normal lihat. Kejadian ini sudah ada sejak aku lahir . hanya mama dan papaku saja yang mempercayai keanehanku .

sebelum aku pindah ke indonesia. Aku tinggal di kota kelahiranku London bersama mama dan papaku. Mama dan papaku seorang Pengusaha terkenal di London dari situ juga aku tidak pernah kekurangan dalam hal apapun . hingga aku mempunyai banyak teman.

Tapi semuanya berubah semenjak aku menberitahukan pada orangtua temanku kalau temanku itu akan meninggal dunia. Dan hal itu membuat teman dan sekaligus orang yang didekatku menjauhiku. Aku hanya memperingati hal yang sudah ada di depan mata, tapi mereka hanya menyebutku aneh, sakit atau apalah.

Jadi ku putuskan untuk pindah sekolah dan tinggal mandiri di Indonesia.

well ku kira keanehanku berlaku hanya di London saja ternyata tebakanku salah. di Indonesia juga aku masih bisa membaca aura dan mengetahui kapan seseorang akan pulang ke tempat ia di ciptakan.

Yah betul semacam pembawaan manusia , aku sebut saja itu aura karna bentuknya seperti asap yang mengelilingi manusia

apa kalian berfikir bahwa aku melihat hantu? Tidak. Aku tidak bisa melihat hantu bahkan aku tak pernah percaya bahwa di dunia ini ada hantu .

yang ku tahu aku bisa membaca sifat seseorang dengan aura yang keluar dari tubuh orang tersebut lalu dari warna auranya aku membaca sifatnya. Aku mempelajari ini dari sejak aku masih usia dini.

Dulu aku tak tahu warna-warna yang keluar dari tubuh seseorang itu apa, hingga akhirnya aku sadar hanya aku manusia tidak beruntung yang bisa membaca warna seseorang.

apa kalian bertanya aku tak mencoba mengobatinya. Jelas pernah . orang tua ku selalu membawaku ke Psikiater dan dukun yang berbeda tapi hasilnya sesalu sama. "anak tuan dan nyonya mengindap indigo permanen atau memang penyakit gangguan delusi akut"

yah terserah apa kata orang pintar. Selagi tidak mengganggu ku tidak masalah. Masalah dibuli . aku sudah terbiasa. Harapanku pindah ke indonesia adalah semoga aku dapat menemukan jati diri dan tidak ada pembulian lagi dalam hidupku.

 Harapanku pindah ke indonesia adalah semoga aku dapat menemukan jati diri dan tidak ada pembulian lagi dalam hidupku

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

#

Hari ini adalah hari pertama pergi sekolah . sebenarnya sudah satu bulan lebih aku di Indonesia tapi baru kemarin lusa urusanku dengan sekolah selesai. Urusan yang begitu rumit menurutku harus pindah kewarganegaraan dan menjadi warga tetap Indonesia.

Singkat cerita sekarang aku ini orang Indonesia. Dan juga aku harus prifat bahasa Indonesia berkala .Karna aku memang benar-benar tidak bisa dengan bahasanya. Untungnya privatku masih satu apartemen denganku jadi tidak perlu kemana-mana.

Kenapa memilih Indonesia untuk melanjutkan hidupku, jawabannya ada di masyarakat dan keindahan Alam yang luar biasa dimiliki Indonesia

"anak-anak hari ini kita punya teman baru" ada yang bertanya aku dimana? Jangan bodoh jelas aku sudah di sekolahku yang baru. Yah sekolah ini hanya terihat lebih kecil dari sekolahku dulu . Dan sekarang aku menunggu di koridor depan kelasku.

"masuklah nak" okeh Faca usahakan jangan terlihat aneh, sakit, dan ganjil . kau tidak boleh menunjukkan kalau kau berbeda. Fighting

aku melangkahkan kakiku masuk kedalam kelas. Hal yang pertama ku lihat adalah calon teman-temanku.

Karna aku ini sangat butuh teman. Tentu saja aku langsung bisa menilai mereka dengan diam dan menatap mereka satu persatu.

Tetapi ada yang membuat mata ku tak bisa teralihkan oleh pemandangan satu ini. Aku melihat lelaki yang duduk paling belakang ia mempunyai aura hitam.

Seumur hidup aku tak pernah bertemu manusia dengan aura berwarna hitam. Jangan-jangan dia bukan manusia, ah tidak-tidak. Kau tidak boleh memikirkan hal yang anehaneh

"silahkan perkenalkan Nama-mu" ucap seorang guru yang mempersilahkanku masuk tadi

"hallow theman theman nama syaya Caesya Faca, theman-theman bisya memangghil ku Caeysa. Syaya berazal darhi London. Tholong kerza samanya ya" aku rasa tidak aneh jika mereka semua merubah aura mereka menjadi kuning.

Yah itu aura orang bingung. Aku rasa bahasa Indonesiaku sudah baik dan benar.

Tidak semua. Aku salah perhitungan lelaki yang beraura hitam tetap berwarna hitam aneh auranya sama sekali tidak berubah. Aura yang aneh.

"jauh sekali ya Caeysa dari luar negri . kami akan membantu dan bekerjasama dengan baik bersama kamu, anak-anak ada yang ingin bertanya?"

Sebuah acungan tangan pertama melayang
Lelaki yang memiliki warna aura Biru, dia orang yang tenang "yah Alex Hermawan silahkan" oh namanya keren juga

"sekarang kau tinggal dimana?" pertanyaan macam apa itu. Apa dia ingin ke Apartement

"syaya tingghal dhi Apartement green gee di dekat sekholah"

"bagai mana Alex, sudah jelas?"

"boleh aku bertanyalagi bu?" Ibu guru mengangguk tanpa berbicara.

"apa kau punya pacar?" waaaahhh pertanyaan yang sangat terang-terangan

semua murid memandang Alex lalu beralih memandangku . kecuali lelaki aneh dengan aura hitam itu

"uhm.. i'm not have boyfriend" yah apalah daya pacarku memutuskanku semenjak tahu kalau aku ini seorang Indigo dengan versi mereka

"ah sayang sekali gadis cantik sepertimu tidak punya pacar. Kau harus punya pacar di Indonesia ya Caeysa" ucap salah seorang yang memiliki aura kuning di tengah-tengah kelas ini

"akhan syaya fhikirkhan"

"baiklah, Terimakasih atas pertanyaan aneh mu Alex. Sangat tidak membantu ya.. okeh siapa yang ingin bertanya lagi?"

menit demi menit sudah habis di gunakan untuk bertanya dan kujawab. Bertanya dan kujawab , bertanya lagi dan kujawab lagi. Hingga bu guru melanjutkan sesi tanya jawabku dengan mempersilahkanku duduk. Orang Indonesia benar-benar ramah

sampailah aku dan calon teman-temanku dengan pertanyaan terakhir. Berapa nomor ponselmu. Aku hanya menjawab aku belum mengganti nomor ponselku menjadi +62 jadi mereka agak kecewa.

"nah Caeysa untuk hari ini dan seterusnya kamu duduk di sana ya." Bu guru mengintruksikan ku duduk di sebelah lelaki yang memiliki aura Hitam itu.

aneh saat aku berjalan mendekat , auranya menghilang membuatku bertanya seribu bahasa. Aku tak tahu kenapa ini terjadi padaku. Aku takut kalau lelaki di sampingku ini akan meninggal.

Jangan untuk kali ini saja Ini hari pertamaku , dan dia teman sebangkuku apakah harus melihat orang meninggal dengan tanggal mutlak itu.  Hanya saja untuk lelaki disebelahku bener- benar tidak mempunyai tanggal
***

The Griffin Of Indigo (Complete)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant