Sedangkan dilain tempat Prilly sedang tertawa lepas dengan Ali yang ikut tertawa setelah mendengar cerita Prilly tentang kejadian tadi. Begitu sampai di ruangan Ali, Prilly langsung duduk di tempat ternyamannya dan dengan wajah ceria ia menceritakan semuanya.

"Kamu harus liat wajah mereka," seru Prilly di sela tawa cerianya.

"Kamu tega banget, pasti sekarang mereka lagi pusing dan mikir yang macem-macem tentang kita," Ali menggelengkan kepalanya melihat tingkah Prilly yang kelewat jahil.

Tak terbayang oleh Ali wajah mereka saat kaget dan memancarkan wajah kecewa yang begitu mendalam seperti yang Prilly ceritakan. Tak terbayang wajah emosi Arka, wajah penuh keterkejutan Devia, dan wajar tak percaya Nio.

"Sayang," panggil Ali begitu mereka sudah berhenti tertawa.

"Ya," Prilly menoleh ke arah Ali dengan senyum mengembang.

Bibir merah Ali mengecup bibir Prilly lembut. Berlanjut lumatan penuh kelembutan, seolah menyalurkan rasa cinta yang begitu besar. Tak ada rasa saling menuntut. Mereka menikmati permainan lembut itu dengan mata terpejam.

Suara pintu di banting begitu kencang serta jeritan tertahan, "Prillyyyy…" membuat pasangan yang tengah asik menyalurkan cinta mereka itu menoleh kaget kearah pintu.

Di sana Devia, Nio dan Arka berdiri kaku dengan wajah yang terlihat sangat kaget. Mata mereka terbelalak sempurna. Mulut Devia sedikit terbuka saking terkejutnya.

"Ali," liris Devia menatap lurus ke arah Prilly yang masih duduk dipangkuan Ali.

"Eh, kalian apaan sih main dobrak kayak gitu? Ketok pintu bisa kali!" gertak Prilly dengan wajah merah padam antara marah karena diganggu dan malu karena ketauan sedang asik berpacaran dengan Ali.

Prilly yang terlihat marah berbanding dengan Ali yang dengan cepat mengubah wajah kagetnya menjadi datar. Alisnya terangkat sebelah menatap ketiga sahabat Prilly yang sudah seperti pencuri yang tertangkap basah saat melakukan aksinya.

"Kita 'kan nggak tau. Lo juga bilangnya lagi sama pemilik sekolah, ya kita nggak mau lo macem-macem mangkanya kita dobrak," cepat Nio menjelaskan maksud mereka agar Prilly tak terlalu marah.

"Noh pemilik sekolahnya. 'Kan tadi gue udah bilang pemilik sekolah kita itu PACAR gue!" ketus Prilly masih dengan wajah merahnya.

"Lo kagak bilang kalau yang lo maksud itu Ali!" geram Arka yang sudah terlihat tenang. Ia lega sekarang, walaupun ia tak menyangka kalau pemilik sekolah mereka adalah Ali karena yang ia tau selama ini pemiliknya bukan lah Ali.

"Pacar gue ‘kan satu," sahut Prilly santai.

"Bisa kali Pril turun dari situ," ujar Devia yang sudah bisa menguasai dirinya. Tadi ia sedikit merasa malu karena melihat kejadian yang tak seharusnya mereka lihat.

"Eh," Prilly terlihat salah tingkah. Dengan cengiran khasnya ia berniat berdiri tapi ditahan oleh tangan Ali.

"Sayang," rajuk Prilly menoleh ke arah Ali yang memasang wajah datarnya.

"Udahlah diem aja," bisik Ali pelan.

"Udah tau 'kan sekarang? Bisa keluar?" suara Ali terdengar begitu datar.

Arka dan Nio saling menatap. Mereka tau Ali sedang tak ingin diganggu apa lagi setelah melihat kejadian tadi. Mereka bisa memahami Ali. Dengan senyum menggoda keduanya meminta maaf dan izin keluar. Nio menarik tangan Devia lembut memintanya ikut bersama mereka meninggalkan Ali yang terlihat tersenyum kecil.

****

Aku udah sampe rumah.

pesan singkat Ali yang mengatakan ia sudah sampai di rumah. Prilly menghempaskan tubuh lelahnya. Mulai mengetik balasan untuk Ali.

Iya, aku baru selesai mandi. Kamu lagi ngapain?

Lagi baring Yang, temen kamu gimana?

Ah mengingat sahabat gilanya tadi membuat Prilly kembali tertawa. Wajah mereka sungguh menggemaskan saat terkejut seperti tadi. Tak terbayang olehnya bagaimana mulut Devia besok, sudah pasti sahabat cerewetnya itu takkan berhenti memberinya pertanyaan-pertanyaan aneh.

Ditambah Arka dan Nio yang sudah pasti akan meminta penjelasan atas semua yang mereka lihat tadi. Dan yang paling penting mereka akan menyemprot Prilly karena mengerjai mereka, membiarkan mereka larut dalam kesalah pahaman sampai menguras emosi.

Tadi mereka tak sempat bertanya apapun pada Prilly karena Ali yang mengurung Prilly sehingga mereka memilih pulang terlebih dulu.

Hahahhahaha pasti besok mereka minta penjelasan dari aku. Dan yang paling utama mereka pasti nyemprot aku karena aku kerjain.

Kamu sih kelewat jahil :p
Biar mereka aja yang tau kalau aku pemilik sekolah yang baru. Yang lain jangan ya Sayang :*

Sip bos :* aku nggak bakal bilang ke siapa-siapa kalau kamu itu pacar aku.

Duuuuh manisnya. Pacar kamu ya??

Bukan.

Iya bukan pacar aku kamu mah.
Ih jahat.
Tapi calon istri.

Aaaaa Ali. Jangan ngomong gitu dong.

Loh kenapa? Kamu 'kan emang calon istri aku.

Kata siapa? :D

Kata aku barusan :p

Emang aku mau :p:D

Mau nggak mau harus mau :*

Maksa

Biarin. Maksa calon istri ini nggak papa.

Masih muda Pak. Udah main calon istri aja.

Aminin kenapa Yang?

Iya deh iya amin :):*

Cieee calon istri.

"Aaaaarrrrgghhhhh Ali. Kagak tau apa gue di sini malunya bukan main," Prilly menjerit dengan wajah sumringah. Ia menenggelamkan wajah merahnya dibantal.

Getaran handphone membuat Prilly cepat meraih benda persegi panjang itu. ada VC dari Ali.

"Cieee calon istri,"

wajah Ali muncul disertai seruan bahagianya membuat Prilly semakin malu.

"Apa sih?" ketus Prilly berusaha menutupi senyum malunya.

"Senyum aja kali Yang jangan ditahan gitu," Ali tersenyum begitu menggoda kearah Prilly yang sedari tadi mengulum senyumnya.

"Siapa yang senyum? Sok tau!" bantah Prilly masih tak mau mengaku.

"Oh ya? Tu bibirnya udah berubah gaya dari tadi hidungnya juga kembang kempis," kekeh Ali yang sedari tadi berusaha menahan tawanya melihat wajah malu Prilly.

"Aaaaaaa Sayang," rengekan manja Prilly terdengar pertanda ia sudah kalah membuat tawa Ali meledak saat itu juga.

"Jahaaaaaaaaat!!!" seru Prilly. Rasanya Prilly ingin mencakar wajah pacarnya yang sialnya begitu tampan itu.

"Maaf deh maaf," ucap Ali tulus. Ia sangat senang melihat Prilly seperti itu. Sungguh menggemaskan menurutnya.

"Aku ngantuk," rengek Prilly tanpa menjawab permintaan maaf Ali. Ia menguap dan mengucek matanya.

"Ya udah, bidadari-nya Ali tidur ya? Pangerannya mau tidur juga," ucap Ali begitu lembut. Ucapan itu semakin membuat senyum Prilly merekah. Wajahnya memerah tomat.

"Iya, aku tidur ya?" ucap Prilly tersenyum sangat menenangkan.

"Iya, kita ketemu dimimpi ya. Bye Sayang love yau muah."

"Hihi iya Sayang, taman bunga ya. Love you too muah."

Mereka memajukan bibir masing-masing. Sama-sama terkikik merasa konyol dengan apa yang mereka lakukan. Sambungan terputus. Dengan senyum merekah Prilly memejamkan matanya damai.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang