"Ya gue nggak tau apa yang lo lakuin. Gue kecewa Pril," terlihat jelas mata Arka memancarkan kekecewaan yang mendalam.

Prilly menarik napasnya dalam dan menghembuskan perlahan, "Terserah mau bilang gue apa? Gue cerita sesuai fakta yang gue lakuin tadi. Dan satu hal yang harus kalian tau pemilik sekolah ini PACAR gue." ucap Prilly menekankan kata Pacar tepat didepan wajah Arka yang sudah merah padam.

"Pacar? Maksud lo P---

Getaran handphone milik Prilly mengentikan ucapan Devia. Cepat Prilly meraih handphone-nya setelah tau siapa yang menelpon ia menggeser layarnya. Setiap gerakannya tak lepas dari pandangan Arka, Devia dan Nio.

"Sayang,"

"Assalamualaikum,"

"Hehe Waalaikumsalam sayangnya aku,"

"Kenapa?"

"Lama banget!"
"Sabar dong Sayang, aku lagi nyamperin temen aku. Tunggu aja disitu,"

"Huuhhff oke,"

"Ngambek?"

"Nggak!"

"Oke aku ke sana sekarang,"

"Hati-hati dijalan Sayang,"

"Biasa aja Pak, jalan kaki doang bukan naik motor, pake hati-hati segala."

"Siapa tau kepeleset,"

"Bagus banget doanya,"

"Hehe. Ayolah Sayang cepetan,"

"Iya iya aku ke sana sekarang. Bawel ih,"

"Love you muah,"

"Love you too,"

Panggilan terputus.

"Gue cabut." pamit Prilly bersiap pergi.

"Pril lo----

"Kak," suara seseorang menghentikan ucapan Arka yang sepertinya semakin meledak mendengar pembicaraan Prilly dengan orang yang akan Prilly temui itu. Pikiran buruk langsung bersarang di otaknya.

"Ya Tia," ternyata orang yang memanggil itu adalah Tia. Prilly menatapnya lembut.

"Kak, tadi aku ke parkiran terus aku ada liat mobil mirip kayak punya Abang di depan. Kakak ketemu Abang?" tanya Tia dengan senyum manisnya.

"Oh iya ketemu. Tia mau ketemu?"

"Nanti aja deh. Cuman mau mastiin aja hehe,"

"Ya udah. Tia mau masuk kelas?"

"Iya. Tia pergi dulu ya Kak daaahhh..." Tia melenggang, melambaikan tangannya ke arah mereka berempat dengan senyum manisnya.

Mendengar Tia yang mengatakan ada mobil abangnya itu bertanda bahwa ada Ali di sini. Arka, Devia dan Nio terdiam dengan pikiran mereka masing-masing sampai tak sadar Prilly sudah menghilang dari hadapan mereka.

"Gue nggak percaya," seru Arka memandang kepergian Prilly dengan mata tajamnya.

"Gue juga, tadi Tia bilang ada Ali di sini. Maksudnya apa coba?" ujar Devia. Mereka bertiga saling menoleh seolah memiliki pikiran yang sama.

"Nggak mungkin!" seru ketiganya serempak.

"Nggak mungkin Ali yang dimaksud Prilly." sangkal Arka dengan wajah seriusnya.

"Tapi nggak mungkin Prilly ngerayu Om itu Ka," seru Devia.

"Tapi 'kan tadi Prilly bilang dia di ruang pemilik sekolah dan lama disitu bahkan tidur sama tu orang. Dan kita semua tau siapa pemilik sekolah." sela Nio. Mereka bertiga kembali terdiam sibuk menerka apa yang terjadi sebenarnya.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang