[Chef] 25'09'2015

102 20 22
                                    

Title : 25'09'2015

Author : real_be

Genre : Thriller, horor

Rating : PG 15+

Disclaimer : Ide murni milik pribadi dan hanya fiksi belaka. Terima kasih telah membaca, dan jangan lupakan kritik dan saran.

.

.

.

'Ring~ ring~ ring~'

Aku berusaha merengkuh ponsel yang kuletakkan di atas nakas sebelah ranjangku. Sebuah telepon anonim yang tak kukenal berhasil membuatku terjaga pada malam suram ini. Hujan badai, orang tua ku pergi ke luar negri, aku benar-benar sendirian di rumah.

"Halo?"

"...." Aku tak mendengar sebuah jawaban atau apapun dari ujung sana.

"Good morning!" Tiba-tiba suara khas pembawa acara tahun sembilan puluhan itu menyahut, membuatku terlonjak dari tidurku. Ayam bahkan belum berkokok, kenapa ia mengucapkan 'good morning?'

"Siapa ini?" balasku.

Namun kali ini ia membalas dengan suara tawa, tawa anak kecil. Dasar aneh.

Kali ini aku tidak menjawab, membiarkan dia berkata sesuatu. Cukup lama aku menjadi pendengarnya, namun ia tak kunjung membuat sebuah suara.

Namun baru saja aku ingin menutup panggilan itu, aku mendengar alunan kotak musik yang ia putar. Aku selalu teringat akan film horor saat mendengar instrumen kotak musik.

"Kalau kau tidak kunjung memberi tahuku apa tujuanmu meneleponku, aku akan menutupnya," ancamku berusaha mencari tahu keinginannya meneleponku.

Ia membalas perkataanku, namun suaranya seperti diberi efek yang membuat suaranya sedikit melengking dan serak. Oh, aku ingat, suaranya seperti suara Joker dalam film 'Batman'.

"Jangan tutup sebelum aku yang menutup," ucapnya singkat.

Aku hanya bergeming dan berpikir kenapa aku harus mendengar perkataannya.

"Walaupun kau akan berakhir sama," lanjut si penelepon itu. Mungkin maksudnya aku akan sama-sama berakhir kembali tidur, begitu?

"Then what? Kenapa aku harus mendengar perkataanmu?" tanyaku padanya.

"Ehehe ...." Dia hanya tertawa membalas ucapanku.

"Tuan, aku ini mengantuk, berhentilah bercanda seperti ini."

"Kau sudah mengunci pintu belakang?"

"Tentu saja sudah. Memangnya kau tahu dari mana?"

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

Egh, sebenarnya yang kukatakan hanyalah alasan. Bahkan aku sendiri tidak yakin apakah aku sudah menguncinya atau belum. Aku segera turun dari kasurku dan pergi mengecek pintu belakang.

Dan benar, pintu itu tidak terkunci. Sh t! It's totaly creepy. Aku berusaha mencari kunci pintu belakang. Nahas, aku tidak menemukannya di tempat biasanya. Aku beralih ke kamar orang tuaku dan mengambil kunci serep pintu itu. Beruntung, aku berhasil menemukannya.

Baru saja aku menggengam kunci itu dan aku mendengar suara pintu terbuka. Ayo berpikir positif, diluar sedang hujan badai, mungkin saja aku kurang rapat menutup pintunya.

Aku melangkahkan kakiku menuju pintu belakang dan segera menguncinya. Entah angin yang terlalu besar atau bagaimana, ada banyak percikan air yang masuk ke dalam rumahku.

Tak lupa mengambil ponsel yang kuletakkan di atas meja dapur. Dan panggilan itu masih belum terputus.

Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan---

"Be carefull."

-bip-

Ucapannya yang tiba-tiba membuatku membeku di tempatku berdiri. Lalu aku mendengar derapan langkah kaki mendekati kamarku.

Aku dapat membayangkan skenario seperti apa yang sebenarnya terjadi saat si Anonim itu meneleponku. Aku merasakan aura dingin di belakang tubuhku, dan ....

Aku melihat seseorang dengan topeng 'Scream' menggengam ponsel dan parang. Tubuhnya terbalut jas hujan, meninggalkan jejak air di tiap lantai yang ia lewati. Ia berjalan mendekat, yang membuatku otomatis berjalan mundur.

Jarak semakin terkikis dan ia menusukkan parangnya menembus leherku, memotong seluruh aliran oksigen dalam aliran darahku.

Hari tersial dalam hidupku, 25'09'2015.

[SEPTEMBER] Regular MenuWhere stories live. Discover now