Once Upon A Time (series) : Pantoufles de verre

815 101 52
                                    

Salagadoola mechicka boola bibbidi-bobbidi-boo
It'll do magic believe it or not
bibbidi-bobbidi-boo

*

*

*

Aku Grisella, saudara tiri Cinderella. Kalian pasti tidak kenal aku. Tidak apa, itu tidak masalah. Tapi kalian tentu mengenal sekali saudara ku itu.

Saudaraku terkenal karena cantik, baik hati, penyayang. Ahh! Bullshit! Itu semua tidak benar! Kalian telah ditipu habis-habisan oleh nya. Terutama sang pangeran, dia telah tertipu.

Namun siapa yang akan mempercayai cerita ku? Aku hanya seorang gadis gendut dan jelek. 

Kami mungkin memperlakukannya sedikit tidak baik, hanya sedikit. Yah! itu memang salah kami. Tapi tidak tahukah kalian, kalau Cinderella itu adalah gadis licik? Ahh! Ingin sekali rasanya aku menampar wajah cantik nya itu.

Hari ini dia pulang, dengan alasan mengambil barang-barang peninggalan ibunya. Dia memang sudah pindah ke istana. Dan besok adalah hari pernikahannya. Harus kah ku tampar saja dia sekarang? Baiklah! Aku akan pergi ke kamarnya.

"Hei, gadis licik!" teriak ku, sembari menghempas pintu.

Dia tidak menjawab ku, ia hanya menelengkan kepalanya dengan anggun. Ish! Ingin rasanya aku mengacak wajah sok polos nya itu.

"Kau! Kau menipu pangeran kan?" teriakku lagi.

"Apa maksudmu?" ia berucap lembut.

"Ak-aku melihatmu malam itu." 

Dia mendekati ku, gerakan yang halus -seperti orang yang sedang berdansa, bagai melayang di udara. 

"Apa yang kau lihat?" tanyanya.

"Sepatumu tidak tertinggal! kau pembohong besar!"

'Brak!' pintu kamar Cinderella tertutup. Wajahnya seketika berubah, ia menyeringai kepadaku seraya bersedekap.

"Kau sudah tau kalau begitu? Baiklah! aku akan mengakuinya. Tentu saja, bagaimana mungkin sepatu yang ukurannya sangat pas di kaki ku bisa terlepas begitu saja? Aku memang melepaskannya."

"Sudah ku duga, sudah ku duga! dasar kau gadis penipu!" tanganku sudah melayang ke arah pipi gadis ini, namun ia berhasil menangkis nya.

"Kau pikir aku akan diam saja di perlakukan tidak adil oleh Ibu dan Adikmu? kau pikir aku akan jadi budak kalian selamanya? kalian bodoh kalau menganggapnya begitu! selamat menikmati hidup kalian yang indah, aku sudah menemukan tempat yang pantas untukku."

Setelah berkata seperti itu, ia menghempas kan tangan ku kasar lalu pergi. Meninggalkan ku yang masih berdiri terpaku. Aku benar-benar tak menyangka, kelemahan yang selama ini ia tunjukan ternyata hanyalah topeng semata.

END

The DrabbleWhere stories live. Discover now