PART 13 - LONIA

2.1K 165 2
                                    

Aku terus berlari mengejar wanita bergaun merah di depanku. Meskipun tubuhku masih terasa lemas, aku tetap berlari layaknya seorang Atlit. Dia memberhentikan langkahnya tepat 5 jengkal di depanku. Melihat hal itu, aku ikut berhenti. Aku mengerutkan dahi tanda kebingungan.

"Aku menyerah! Tolong jangan laporkan aku ke polisi," ucap wanita itu seraya menghela nafas dengan cepat.

"Aku memiliki alasan mencuri barang tidak berguna-mu ini." sambungnya.

Kurang ajar, sudah mencuri mencela pula.

Aku mulai menampakkan mimik wajah marah ketika mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan.

"Lantas, kenapa kau mengambilnya?" aku berbicara dengan nada sedikit tinggi.

"Bisa beri waktu sebentar? Aku butuh beberapa detik untuk memulihkan nafasku." ia menghela nafas begitu cepat sambil membungkukan badannya. Aku hanya berdiri mematung disini melihat hal aneh itu. Selang beberapa detik, ia menegakan badannya yang lebih pendek dariku kemudian berbalik menghadapku. Sekarang diriku dapat melihat wajahnya begitu jelas. Parasnya amat cantik, dengan tatanan wajah penuh make-up layaknya seorang habis pergi ke pesta.

Wanita itu berjalan menggunakan high heels-nya yang cukup tinggi kearahku. Aku hanya terpaku menatatap cara berjalannya yang begitu anggun. Jauh berbeda dengan diriku. Hingga tibalah dirinya di depanku.

"Sebelumnya, perkenalkan namaku Lonia," ia mengangkat setengah tangannya seraya mengajakku berjabatan tangan.

"Tidak perlu banyak basa-basi! Langsung saja ceritakan," aku menatapnya kesal. Bagaimana tidak? Barang kramat warisan keluarga-ku yang amat berharga itu dicuri orang yang tidak dikenal. plus, dirinya mencela barang yang ia curi sendiri. Sangat aneh.

"Baiklah, jika kau tidak ingin memperkenalkan dirimu." ia menaikkan alis kirinya.

"Kembalikan barang itu, dan langsung ceritakan!" aku memaparkan telapak tangan kananku dihadapannya.

"Ini! Aku akan menceritakannya tapi tolong sembunyikan aku terlebih dahulu," sekarang ia menampilkan mimik wajah paniknya sambil melihat ke belakang. Aku mengerutkan dahiku. Aku semakin bingung dengan wanita yang sedang berhadapan denganku ini.

"Please!" sambungnya, dengan nada memohon.

"Baiklah, ikuti aku!" aku membalikan badan dan berjalan menuju kamarku. Wanita itu mengikutiku, terdengar dari suara pijakan heels-nya yang sedikit mengganggu.

Ia bertanya kepadaku di sepanjang jalan. Aku hanya berdehem menjawab setiap pertanyaannya. Kurasa wanita itu adalah wanita high class. Bisa kutebak dari gaya bicaranya yang sedikit angkuh.

"Bisakah kau berhenti bertanya?" aku berhenti sejenak kemudian membalikkan badanku. Dengan bentakan yang ku lontarkan ia langsung terdiam.

Sampailah aku di depan kamarku, dan aku lupa mengunci pintu kamarku untuk yang kedua kalinya. Sial. Aku membuka pintu itu.

"Astaga!" wanita itu berteriak melihat seisi kamarku dipenuhi dengan baju di lantai.

"Kenapa kau terkejut? Ini semua ulahmu!" aku memakinya.

"Aku minta maaf, Nona! Aku akan membantumu membereskannya sambil bercerita." mendengar itu, kurasa Lonia bukanlah orang jahat yang akan menambah bebanku.

"Lebih baik kau duduk!" aku memerintah layaknya seorang majikan.

"Dimana aku harus duduk? Tidak ada kursi ataupun sofa empuk disini." pertanyaan itu membuatku semakin geram dengannya.

"Duduklah dimanapun, Putri Pejabat!" jawabku geram.

Ia memutuskan untuk menjatuhkan bokongnya di depan tembok sambil bersandar.

"Baiklah, kumulai ceritanya!" ia mulai angkat bicara. Ia menceritakan alasan ia mencuri barang berharga milikku. Ternyata, itu bukanlah keinginannya. Lonia bilang, dirinya sedang ada di pesta ulang tahun pacarnya kemarin malam. Kemudian, seseorang menutup mulutnya dengan sapu tangan. Lalu, Lonia tidak sadarkan diri setelah itu. Lonia ditempatkan di ruangan gelap dan tidak ada satupun cahaya yang menerangi dirinya. Hingga, sebuah sorotan lampu menerangi ruangan itu. Tiba-tiba, seseorang berpakaian serba hitam mendekati dan menyuruhnya untuk mengambil Stopwatch emas warisan keluarga-ku ini. Jika tidak mendapatkannya dalam waktu dua puluh empat jam, Lonia akan dibunuh olehnya.

Tapi tunggu dulu, bukankah orang yang diceritakan oleh Lonia itu adalah orang yang meneror-ku juga?

"Orang itu memperhatikan kita sejak tadi kita mengobrol."

Kalimat terakhir yang Lonia ucapkan berhasil membuat jantungku berdetak kencang.

"Aku takut orang itu tau kita di-" belum sempat Lonia menyelesaikan kalimat yang diucapkan. Dobrakan pintu terdengar begitu keras. Aku dan Lonia langsung berdiri menjauh dari pintu. Wajah kami berdua menegang.

"Tolong sembunyikan aku," pinta Lonia dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Kita harus menyusun rencana." ucapku kepada Lonia. Aku langsung berlari menuju dapur yang tidak jauh dari tempat kami berpijak. Aku mengambil sebuah pisau dan gunting yang sudah kuyakini ketajamannya.

"Kau bersembunyi di kamar mandi sekarang dan bawa ini!" aku memerintah Lonia seraya memberikan sebuah gunting kepadanya. Ia mengangguk dan berlari ketakutan. Kuyakin suara heels milik Lonia terdengar sampai luar sana, jadi orang itu pasti mengikuti suara heels milik Lonia ketika memasuki kamarku.

Aku bersembunyi di balik dinding sebelah  pintu dengan pisau tajam di tangan kananku yang siap menusuk perutnya hingga ke dalam. Aku sedikit takut melakukan hal ini, tapi ini harus kulakukan agar tidak ada lagi orang yang menerorku dan juga Lonia.

***
Thanks for reading this part!

Stay tuned for next part.

Jangan lupa give voment ya.

Cerita ini hanya di publish di http://wattpad.com/user/rahmater
Selain dari itu plagiat.

Keep reading ya, guys! Semakin banyak baca,makin banyak tau
#IndonesiaMembaca

Website Pribadi untuk Para PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang