PART 10 - PERMAINAN HIDUP DAN MATI

2.6K 224 13
                                    

Aku tersadar dari tidur panjang dengan tubuh menduduki sebuah bangku di ruangan gelap, darah yang tadi mengalir dari daun kupingku hingga ke wajahku mulai mengering. Ruangan ini terasa sunyi, aku tidak dapat mendengar suara apapun dengan kuping kiriku selain mendengar bunyi dengung. Aku menahan rasa pedih yang menyerangku sejak tadi.

"Apa-apaan ini? Tangan dan kakiku tidak bisa digerakkan," aku memberontak.

Suara pijakan sepatu terdengar tepat di depanku. Samar-samar terdengar di telinga kananku. Langkah itu terus terdengar hingga akhirnya suara dentuman sepatu itu terhenti tepat di sisi belakangku.

"Ik ben de moeder van een moordenaar," terdengar suara teriakan seorang wanita.

Tapi tunggu dulu! aku seperti mengingat sesuatu, bukankah kata yang ia ucapkan adalah kalimat yang tertulis dibalik kertas foto seseorang bergaun merah yang kulihat dirumah ibu?

"Kau telah melanggar aturan yang telah kubuat,"

"Tapi tenang saja, aku tidak akan menghukum-mu. Aku ingin mengajakmu bermain. Aku memegang sebuah boks berisi tiga buah gulungan kertas. Pilihlahlah satu diantara ketiga kertas itu. Pilih sesuai dengan nuranimu!" sambungnya,

"Permainan macam apa yang kau mainkan?" gumam-ku.

"Pilih saja!" ia membentak. Aku hanya terdiam. Ruangan ini sangat gelap, bagaimana aku bisa melihat dan memilih. "Cepat! Pilih salah satu," ia memaksaku dengan nada suara yang tinggi.

"Tunggu! apakah kau Marry Daisy?" seutas kalimat yang keluar dari mulutku membuat dirinya terdiam. Ia berjalan mendekati tubuhku, terdengar dari langkah kakinya. Tiba-tiba saja sebuah benda tajam seperti pisau menggores tanganku secara perlahan. Kurasakan perih menjalar hingga keseluruh lengan.

"AAAAAA!!!!" aku menjerit.

"Aku hanya memintamu untuk memilih, tidak untuk bertanya," suara wanita itu semakin lantang.

"A-a-ku t-t-idak a-kan. Aaaaaaaa," belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, lagi-lagi ia menggoreskan benda tajam itu ke tangan kiriku. Lengkap sudah rasa pedih yang kurasakan.

"Tolong hentikan!" protes-ku.

"Akan kuhentikan, jika kau telah memilih. Tenanglah ini hanya sebuah permainan,"

"Tidak akan," aku membantah.

"Kenapa tidak? Bukankah semua orang suka bermain?"

"Aku tidak ingin bermain sekarang, yang kuinginkan hanyalah terbebas dari siksamu."

"Permainan ini memberikanmu kesempatan untuk bebas dan tetap melanjutkan hidup,"

Aku berpikir sejenak. Tidak ada yang bisa kulakukan saat ini. Jika aku membantah, Mungkin tidak hanya goresan di kedua tanganku, tapi ia akan menancapkan pisau ke semua jariku.

"Baiklah aku siap bermain!" aku menjawab dengan lantang.

"Bagus! Mari kita mulai,"

"Ada tiga buah kertas di dalam boks yang sedang kupegang dan di dalamnya terdapat tiga gulungan kertas dengan sebuah kata. Kehidupan, penyiksaan dan kematian. Tugasmu hanya memilih satu dari tiga kertas ini. Mudah bukan?"

"Baiklah, cepat tunjukan padaku ketiga kertas itu!"

"Silahkan ambil di dalam sini! Haha," ia tertawa memekik sambil menyodorkan sebuah kotak kepadaku. Aku meraba kotak itu. Terdapat tiga buah gulungan kertas didalamnya. Naluriku tidak bekerja dengan baik sehingga aku bingung memilih satu diantara ketiga kertas itu. Banyak orang berkata, jika tidak bisa memilih dua pilihan, kanan dan kiri. Pilihlah kanan. kanan selalu menunjukan kebaikan. Jadi aku memutuskan untuk memilih kertas yang berada paling kanan.

Website Pribadi untuk Para PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang