35. Let's Get Out of Here

Magsimula sa umpisa
                                    

"Maafkan aku. Aku ada di tempat saat Dave melakukan transaksi. Bahkan aku yang menyiapkan barangnya. Tapi percayalah Damien, ini bukan keinginanku." Max menjelaskan yang tentu saja membuat Damien tertawa ironi. Perannya sebagai pemimpin sudah seperti tak lagi berlaku. Ia bahkan tidak tahu jika teman-temannya terlibat kasus seperti ini.

Damien langsung berlari ke arah Max lalu mengambil kerahnya dengan kasar.

"Keparat! Jadi kau yang menjadi otak semua ini?" Damien berteriak dengan keras sementara Max mencoba menahan amarah Damien.

"Kau boleh memukulku sampai puas di sini. Tetapi ini bukan saatnya kau tahu siapa sebenarnya diriku." Ujar Max masih mengontrol dirinya untuk tidak terbawa oleh sikap Damien.

Damien memukul Max tepat di wajahnya dengan sangat keras. Bahkan Damien pun kaget dengan kekuatannya yang membuat tubuh Max terlempar jauh. Damien bahkan merasa sakit di kepalan tangannya. Untuk saat ini ia benar-benar sangat marah karena ia tahu jika kedua temannya menderita karena Max.

Max tersungkur tak bisa berdiri di kedua kakinya. Namun Max masih sadar dan meludahkans darahnya yang keluar lewat mulutnya. Max maupun Damien baru mengetahui jika Damien memiliki pukulan sekuat itu.

"Aku sengaja kemari sendiri." Max memegang rahangnya yang dirasanya hancur. "Agar kau bisa seperti ini. Meluapkan amarahmu padaku." Ia terkekeh ngilu. "Jika kau mau, habisi saja aku."

***

"Michael, Makayla, apa yang kalian lakukan di sini?" Sophia memergoki keduanya yang sedang mengobrol. Allyson mencegah Sophia untuk melakukan hal yang tidak-tidak. Padahal Allyson sudah mencoba seribu jurus untuk menenangkan Sophia. Namun, nampaknya paranoid Sophia tidak menghilang sedikit pun. Ia justru terlihat menjadi lebih takut sejak bertemu dengan Michael dan Makayla.

"Kami sedang mengobrol tetu saja. Kenapa kau ada di sini? Dan apa yang terjadi dengan wajahmu itu?" lontaran dingin dari Michael itu membuat Makayla benar-benar ingin memarahinya, mencaci makinya yang tak punya sopan santun sama sekali. Ya, andai saja Makayla berani.

"Kita pulang sekarang." Sophia menarik tangan putranya dengan keras. Namun secepat kilat Michael menepisnya.

"Kau tak perlu menarikku pulang. Aku bisa berjalan sendiri."

Sambil melenggang pergi, Michael menyelipkan sebuah kertas di telapak tangan Makayla yang dengan sigap menerimanya. Makayla memikirkan sesuatu.

"Sayang, ayo kita masuk." Allyson segera bertindak.

"Kenapa ibunya Mike ada di sini Bu? Bukannya dia bekerja di luar negeri?"

***

Makayla menggigit bibirnya kebingungan. Kertas yang tadi Michael berikan adalah kertas yang bertuliskan 'Hubungi aku' dan disusul dengan nomor telepon Michael di bawahnya.

Ya, Michael kerap kali mengganti nomor teleponnya. Entah untuk apa. Nomor yang satu ini adalah nomor yang terbaru. Dan Makayla yakin Michael pasti memiliki sebuah rencana sehingga ia meminta Makayla untuk meneleponnya.

Makayla menarik napas panjang untuk mengumpulkan keberanian menelepon lelaki tampan terdingin dalam hidupnya. Oh, satu lagi—kekasih orang.

Makayla akhirnya memantapkan diri.

"Kay?"

Suara menyejukkan itu tiba-tiba saja melenyapkan kegugupan dan kegelisahan Makayla. Seperti sebuah mantra sihir yang mampu mengubah kegalauan menjadi kehangatan. Michael begitu sigap mengangkat teleponnya, seperti sudah tahu itu Makayla atau seperti sudah menunggunya sejak lama.

(TERBIT) Things I CanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon