Bibir Eann bergerak membentuk huruf 'o'.

"Nav, kenapa nggak mandi trus ganti baju, hm? Nanti temen kamu keburu datang!"

Navintar tersentak. "Iya," jawabnya ogah-ogahan. Lalu beranjak meninggalkan dapur. Padahal dia masih ingin berada di sana, mengamati interaksi Eann dan bundanya. Tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Padahal kalo boleh jujur, Nav kangen sekali dengan sikap manja Veann padanya. Kangen rengekannya jika Nav mulai cuek padanya. Apa Nav masih bisa mendengarnya lagi?

Ibunya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya. Lalu kembali fokus pada panggangannya.

"Kamu masih marahan sama Nav, Ve?"

Arveann yang baru saja mengambil tempat duduk di bangku bekas Nav menoleh. "Nggak kok. Gak ada alasan juga buat marahan," jawabnya sembari menuang tepung terigu ke sebuah baskom.

Nav yang meninggalkan ponselnya di meja makan, kembali ke sana hanya dengan kaos dalamnya.

"Bohong tuh, bun! Tadi aja mama sampe ngomel biar dia mau pergi sama Nav," ucapnya dari pintu dapur.

Eann mengangkat tangan kanannya dengan bibir komat-kamit mengancam pemuda itu. Nav tertawa geli melihatnya.

"Buruan mandi, Nav! Kenapa balik lagi? Eann gak akan kabur kok!" goda bundanya.

"Ambil hp doang, bun. Takut ada yang ngintipin," jawab Nav.

Eann melotot memprotesnya. Tapi pemuda itu hanya menjulurkan lidah dan berlalu meninggalkannya.

"Kamu nginep kan, Ve?"

Veann menoleh pada Amira, lalu menggeleng. "Nggak, bun. Eann pulang aja. Lagian gak bawa baju ganti."

"Baju lama kamu masih ada kok di sini."

"Ngg..., kan aku gak belum nyiapin materi besok, bun."

Amira terlihat kecewa. Namun kemudian tersenyum kembali. "Tapi pulangnya nanti setelah acara, ya! Bulan kemarin ada anggota baru juga. Mamanya senior Nav. Namanya..."

"Lho, Arveann di sini? Wah tau gitu tadi ayah beliin sushi. Tadi ayah ada meeting di restoran Jepang."

Veann berdiri, mencium pipi ayah Nav sebagai ganti cium tangan, karena tangannya penuh adonan kue.

"Aku udah makan kok, yah."

Sam mengangguk seraya membelai kepala Eann. Mengenalnya sejak gadis itu masih TK, membuatnya menganggap Eann sebagai anggota keluarga sendiri. Sam menyayanginya seperti putri kandungnya sendiri. Terlebih mereka tidak punya anak perempuan.

"Ayah mandi dulu, ya. Gerah."

"Oke! Dandan yang keren, yah! Nanti banyak tante-tante lho!" serunya yang langsung disambut kekehan pria itu.

"Hng! Dasar! Kamu suka kalo ayahmu dilirik tante-tante? Hm!?" Amira mencubit pipi Eann dengan tangan penuh tepung. Membuat cewek itu tertawa geli.

"Yaa, bunda! Aku harus mandi lagi, nih!" protesnya.

Amira terkekeh. "Lagian kamu bau amis, sayang. Emang harus mandi lagi. Selain tante-tante, anak cewek mereka juga kadang ikutan, lho. Tante kadang geli ngeliat mereka berebut perhatian Navintar. Jangan mau kalah sama mereka!"

Eann tersentak, lalu tersenyum kaku. "Arveann udah ada cowok kok, bun. Lain kali aku kenalin ke ayah sama bunda," ucapnya yang membuat Amira kehilangan senyumannya.

.

Dengan langkah seribu, Eann berlari ke kamar Nav, saat mendengar suara para tamu. Dia masih acak-acakan, dan tidak PD bertemu banyak orang.

MY EX-BOY'S FRIENDSWhere stories live. Discover now