Chapter 11

535 20 0
                                    

     Hari begitu cerah dan panas, waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Hari ini jadwal pulang awal dikarenakan ada rapat guru dadakan. Glen menarik tangan lendy menuju parkiran. Niatnya hanya satu yaitu; mengajak lendy pulang bareng. Dan itu disetujui oleh lendy.

"Kita ke tempat tongkrongan gue dulu ya sebentar" ucap glen memasangkan helm ke kepala lendy. Lendy hanya membalas dengan anggukan. Menandakan ia setuju. Atau lebih tepatnya lendy meng-iyakan permintaan glen.

Sesampainya ditempat tongkrongan glen. Glen menghampiri teman-temannya lalu berhigh five ria sambil menarik tangan lendy. Teman-teman glen sudah mengetahui kedekatan lendy dan glen. Karena bukan pertama kalinya glen membawa lendy ke tempat tongkrongan mereka. Dan lendy juga tidak canggung untuk berbaur dengan teman glen karena rata-rata teman tongkrongan glen itu masih murid sekolah WIS dan ada juga yang sekelas dengan glen dan lendy.

"Eh bro, gimana nih kabar kalian? Udah ada perkembangan belom?" Tanya rano yang tiba-tiba datang.

Glen terhenyak sesaat mendengar pertanyaan rano, kemudian disahut oleh troe. "Tau nih, masa udah beberapa kali dibawa kesini belum ada perkembangan?"

Lendy hanya tertawa mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-teman glen.

"Kayak gini juga udah baik kok" jawab lendy. Padahal didalam hatinya ia ingin mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman dekatnya-glen.

"Dari gue liat kayaknya si lendy udah kasi lampu hijau nih" ledek troe.

"Hahaha iya nih udah lampu hijau tinggal jalan aja" sahut lendy.

'Tuh bro di lendy udah kasi kode lampu hijau kapan lagi ? Ntar keburu diambil orang loh' bisik rio ke telinga glen.

Rio dan glen memperhatikan lendy yang sedang tertawa bersama teman-teman glen.

'Ntar gue fikirin kapan waktu yang pas' balas glen berbisik ke telinga rio.


*

     Lendy sibuk membaca novelnya sambil memakan kripik. Ia membaca begitu serius. Hingga ia tak sadar handphone-nya berdering. Beberapa jam kemudian, lendy tersadar mencari handphone-nya akhirnya ia menemukan handphone nya terletak di bawah kasur. Ia mengambilnya dan mengecek notif ternyata handphonenya sudah tidak sadarkan diri. Lendy mengambilnya dan mencharge.

Lendy melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya. Ia berdiri disana memandangi sekeliling komplek. Karena balkonnya berada didepan. Sehingga ia dapat melihat sekeliling kompleknya dari atas. Tiba-tiba mata nya menangkap sesuatu, yaitu sileut seseorang yang begitu familiar baginya. Matanya menyipit untuk memastikan siapakah orang itu. "Itukan flira sama mela, ngapain mereka kesini?" Tanya lendy dalam hati.

     Flira dan mela berdiri didepan pagar rumah lendy kemudian memandang kearah balkon kamar lendy. Terlihat lendy yang memandang mereka bingung. Flira berteriak kepada lendy, "len! Turun oi gue sama mela dateng ini". Lendy tersadar kemudian berlari kedalam. "Itu anak ya kebiasaan banget gak nyadar orang dateng kerumahnya" flira berdecak sebal. Mela hanya terkekeh pelan.

Lendy membuka pintu rumahnya lalu mempersilahkan flira dan mela masuk. "Elo ya, kebiasaan deh gak nyadar gue dateng" ucap flira kesal. Lendy hanya menanggapi itu dengan cengiran. "Eh btw lo berdua ngapain kerumah gue? Tumben" ucap lendy menunjuk flira dan mela bergantian.

"Makanya punya hape itu jangan dianggurin, giliran gue nelfon gak diangkat giliran glen yang nelfon beh langsung diangkat itu mah malah telfonan berjam-jam juga betah" sindir flira bersidekap dada, flira begitu kesal dengan lendy.

3. Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang