7. say 'no!' to 'dijodohin!'

Start from the beginning
                                    

Nav yang awalnya hanya melirik sejenak, justru terpaku menatap cewek itu. Kedua pasang orangtua mereka hanya menahan senyum melihat putra mereka yang terpesona pada mantan pacarnya sendiri. Padahal sebelumnya Navintar mati-matian menolak untuk baikan dengan Eann.

"Bagaimana hari-hari pertama di kampus, Ve?" tanya ayah Nav, Sam Erlando.

"Menarik. Veann bahkan jadi selebritis sejak hari pertama," jawab Eann sambil melirik sadis pada pemuda di sampingnya.

"Wah, benarkah? Pasti karena kamu cantik, sayang!" sahut Amira.

Eann tersenyum lebar. "Tebakan bunda tepat sekali!"

Nav mendengus. "Cantik apa? Carissa jauh lebih cantik," ucapnya meremehkan.

Eann melotot padanya. "Kalo mereka nggak berpikir aku cantik, kenapa mereka sebegitu khawatir dan mengerjaiku? Bahkan menyebar foto seperti itu untuk membuat semua orang membenciku."

"Foto apa?" tanya Amira dan Nurdi, ayah Eann bersamaan.

"Itu..., hmpht!"

"Bukan apa-apa!" sahut Nav sesaat setelah membungkam mulut Eann dengan kedua tangannya. "Em, jadi sebenarnya ada acara apa malam ini?"

Voy menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang dikenalnya. Kepalanya terus bergerak, menoleh ke segala arah, dan mendapati Nav yang duduk membelakanginya. Dari sudut pandangnya, terlihat tangan Nav yang melingkari pundak seseorang yang duduk di sampingnya.

Dahi Voy berkerut. Menerka-nerka dengan siapa Nav saat ini.

"Apa?!" Nav melepas bungkamannya pada Veann saking kagetnya. "Kalian bercanda kan? Aku tidak mau!" tolaknya.

Dahi Voy kembali berkerut mendengarnya.

"Kamu pikir aku sudi tunangan sama kamu? Umurku akan pendek gara-gara mantan, gebetan, pacar dan selingkuhan kamu yang gak bisa dihitung dengan jari! Lebih baik aku cari cowok lain!" sahut Eann tak mau kalah.

Alis Voy terangkat mendengar suara Eann. Dia mengenali suara gadis itu.

"Apa?! Kamu pikir ada yang tahan sama sikap kamu yang nyebelin?!"

"Setidaknya aku ini setia!" sahut Eann yang membuat Nav terbungkam. "Lagipula, aku pernah berjanji, asalkan kak Dika selamat, aku nggak peduli meskipun Navin nggak akan balikan lagi denganku," lanjutnya lirih. Namun masih terdengar oleh semua yang duduk bersamanya.

Hening. Untuk beberapa saat, meja itu seolah tak berpenghuni. Hingga terdengar derit kursi, saat Eann berdiri dari tempat duduknya.

"Aku permisi ke toilet sebentar," ucapnya lalu berbalik pergi.

Anie menatap punggung putrinya dengan sayu. Lalu menoleh pada sepasang suami istri di dekatnya yang sedang mengintrogasi putra mereka satu-satunya.

"Kamu itu! Kenapa bisa membuat Veann sekecewa itu sama kamu, Nav?" tanya sang bunda dengan mimik kesal.

Nav tak menjawab. Tertunduk memikirkan ucapan Eann. Bahwa gadis itu sama sekali tak keberatan jika Navin membencinya sekalipun.

"Mungkin mereka hanya bosan saja, Mir," ucap papa Veann. "Mereka terus bersama dari kecil, wajar saja kalau mereka bosan."

"Mungkin memang pembicaraan ini nggak seharusnya dilakukan. Anak-anak sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan mereka," ucap ayah Navin akhirnya.

"Jadi, kita membatalkan perjodohan ini?" tanya Amira tak rela.

"Entahlah, mungkin lain kali kita bisa bicarakan lagi. Tapi jika mereka menolak apa boleh buat. Veann melalui masa paling sulit setahun ini. Dia dewasa karena keadaan yang memaksa. Aku tidak ingin memberinya beban apapun," ucap Nurdi.

MY EX-BOY'S FRIENDSWhere stories live. Discover now