Chapter sepuluh

1.8K 58 6
                                    

A/N: Sorry typo...

Misterious Pov

Sekarang gue udah sampai di sekolah ini. Gue akan membalas perbuatan lo Rafi. Lo yang udah ngehancurin hidup cewek gue. Lo gak akan gue lepasin. Hidup lo gak akan tenang, game akan segera dimulai...

.
.
.
.

Ikhsan Pov

Hah... panas banget hari ini, gerah.  Ditambah lagi cuma ada kipas angin satu di kelas. Padahal uang kas dibayar tiap hari, katanya untuk keperluan kelas tapi ini apa sekarang, gak ada semua serba kekurangan, sapu cuma 2 buah itu pun udah pada botak yang satunya, spidol cuma 1, penghapus papan tulis udah keluar keluar busanya tapi belum juga diganti ganti dan dinding kelas kosong belompong gak ada hiasan atau apapun untuk mempercantik keadaan kelas, spanduk untuk struktur kelas aja gak ada ditempelin. Kemana semua larinya tuh uang.

"Raf gue keluar dulu. Mau ke kantin nih gue, gerah banget. Lu mau nitip gak Raf?"

"Ya udah pergi aja. kenapa lu laporan segala ke gue. Ntar di bilang gue bos lu lagi. Kan gak enak dengernya. Kita itu temenan gak ada pake bos- bosan. Semua sama, gak ada yang di beda- bedain."ucap Rafi datar.

"Yaelah gue kan cuma memberi tau aja, mana tau lu mau nitip. Jadi gue gak perlu bolak- balik nantinya."

"Oh... oke. Tapi sekarang gue gak lagi nitip."jawab Rafi.

"Okelah... gue cabut dulu."ucap gue sambil berlalu pergi keluar kelas. Sekarang lagi jam kosong, gurunya gak datang. Makanya gue main nyolonong aja keluar kelas tanpa permisi dulu ke guru yang sedang ngajar.

Setelah gue nyampe di kantin, ternyata banyak juga siswa yang bolos di jam pelajaran. Mungkin mereka juga lagi jam kosong.

"Bude teh botol dingin satu, bude."

"Baik den."ucap bude sambil berlalu mengambil teh botol dingin di kulkas. Setelah itu bude ngehampirin gue. "Ini den, teh botolnya. Pesan yang lain den?"tanya bude.

"Gak bude ini aja. Nih uangnya bude."ucap gue sambil nyodorin uang ke tangan bude

Isi dari teh botol tersebut udah gue tandas sampai tetesan terakhir, sangking panasnya hari ini.

Setelah itu, gue bangkit dari tempat duduk kantin terus melesat kembali ke kelas. Karena gue sempet denger dari anak- anak yang juga sedang bolos kayak gue, dia bilang kalau Pak Zahar dan Pak Afifi sedang menuju kemari. Katanya mau ngerazia siswa yang bolos ke kantin.

Saat gue mau naik tangga memuju kelas gue, gue ngelihat siswi baru itu, ya benar dia Rachel. Dia sedang berjalan dengan seorang pemuda jangkung yang sepertinya merupakan siswa baru. Mungkin mereka sekelas karena mereka terlihat akrab.

Sebenarnya kalau boleh jujur, gue juga suka sama Rachel saat gue ngelihat dia pertama kali. Mungkin bisa di bilang love at first sight. Tapi Rafi kayaknya juga suka sama Rachel atau cuman untuk jadi target dia selanjutnya. Gue gak tau. Gue gak mau ngerebut seseorang yang teman gue suka. Karena persahabatan itu lebih penting dari pada percintaan. Karena bisa dicari, tapi sahabat sejati susah untuk dicari. Kalau gue nanti tau kalau Rafi cuman jadiin Rachel mainannya, gue akan berusaha untuk menghalanginya atau mengingatkannya tentang perasaan seorang perempuan gak boleh di permainkan seenaknya, karma pasti akan berlaku. Tapi gue gunakan cara yang tidak berdampak buruk bagi hubungan persahabatan gue, Iqbal dan Rafi. Biarlah gue memendam perasaan ini sendiri. Nanti pasti lama kelamaan bakalan hilang juga. Tapi kita gak akan tau apa kehendak tuhan.

.
.
.
.

Rachel/Anjel Pov

Aku dan Ridho baru saja dari majelis guru setelah mengantar buku tugas. Ternyata Ridho itu orangnya asik juga, care lagi dan murah senyum orangnya kalau udah kenal. Dan dia memperlakukan perempuan seperti seharusnya tidak seperti Rafi yang hanya bisa menyakiti hati perempuan.

Oh iya ngomong- ngomong soal Rafi, aku masih berusaha untuk memikatnya dan berusaha untuk melaksanakan segala rencana balas dendam yang sudah aku susun.

Aku belum memiliki celah untuk membalas dendamku kepadanya. Karena aku belum terlalu dekat dengannya. Kalau aku sudah dekat dengannya aku akan tau segala kelemahannya dan aku akan akan mendapatkan celah untuk membalas rasa sakit yang sudah dia lakukan kepadaku. Aku kan membalas perbuatannya lebih dari pada yang dia perbuat kepadaku. Aku akan membuatnya hancur atau paling buruknya, aku akan membunuhnya. Tapi sepertinya tidak, aku tidak mau sampai kalap seperti itu. Aku tidak mau kejadian itu terlang lagi. Aku tidak mau ke rumah sakit itu lagi. Tidak- tidak aku hanya akan membuat dia merasakan bagaimana rasanya hancur saat seseorang yang dia suka atau dia cinta menolak perasaan hati tulusnya.

"Rachel kamu kenapa kamu berhenti dan melamun. Apa kamu memikirkan sesuatu yang membuatmu khawatir?"tanya Ridho.

"Uh... tidak, tidak ada apa- apa. Aku hanya kepikiran nanti guru favorite ku masuk, dia guru biologi. Masih muda lagi. Sifatnya ramah dan sangat friendly kepada siswa- siswa dan siswi- siswinya. Aku suka dengan cara dia mengajar dan aku ingin dia terkesan melihatku berhasil menjawab pertannyaannya dan menguasi bab yang akan di pelajari. Aku sudah tidak sabar menunggunya masuk. itu saja tak ada yang lain."ucapku berbohong untuk menutupi apa yang aku pikirkan sebenarnya. Tapi itu tidak sepenuhnya bohong. Aku memang sangat exited saat guru biologi favorite-ku itu masuk dan mengajar di kelasku.

"Tapi bukankah kamu baru masuk sehari ini? masak udah ada guru yang difavorite-in apa lagi sampai tau cara ngajarnya, umurnya, dan segala sifat dan sikapnya kayak udah pernah sekolah di sini aja."tanya Ridho keheranan sambil menaikkan alisnya satu dan itu menambah kadar ketampanannya. Uhh... dia tak kalah tampan dari Rafi. Tapi aku tidak suka dengannya. Aku gak mau pacaran dulu lagi. Aku trauma, aku gak mau sakit hati lagi. Sudah cukup aku menderita untuk kedua kalinya. Sekarang aku harus fokus dulu dengan rencana balas dendamku dulu. Itu lebih penting sekarang.

"Uh... itu- itu... oh iya, aku tau itu dari Maysita. Dari kedengarannya saja sudah membuatku mengidolakannya. Ya begitu lah. Ya begitu, hihihi."jawabku sambil nyengir menutupi kegugupanku. Untung aja gak keceplosan, hampir aja buat dia curiga. Walaupun dia tidak berpotensi merusak rencanaku, tapi aku harus tetap menyamarkan semuanya gak boleh ada yang tau kecuali May dan kak Iqbal.

"Oh begitu. Baiklah, ayo kita kembali ke kelas sebentar lagi jam pergantian pelajaran habis."ucap Ridho mengingatkan.

"Oke, ayo."ucapku tersenyum. Dan Ridho pun tersenyum.

Setelah itu kami berjalan menuju kelas kami. Dan tadi sepertinya aku melihat Ikhsan di balik tangga. Tapi sekarang sudah tidak ada. Apa dia di suruh Rafi untuk memantauku, karena aku akan menjadi target dia selanjutnya. Ikhsan yang paling dekat dengan Rafi dan sudah lama bersahabat dengan Rafi. Itu bisa terjadi. Ntahlah aku juga tidak tau.

Tapi... Aku tau kamu adalah orang yang baik Ikhsan...

TBC

.
.
.
.
.

Maaf baru update...
Sorry pendek...
Semoga suka...
Terimakasih ya sudah baca cerita saya...

See you next chapter....

Akan Ku Buat Kau Jatuh Cinta Kepada KuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ