Bab 19

49K 3.4K 212
                                    

Ada versi yang lebih rapi daripada di wattpad
Versi buku harga Rp. 81.000 (tapi sudah tidak ada stok lagi)
Versi di karyakarsa sepaket Rp. 35.000

Tapi khusus selama bulan ramadhan, paket Birunya Cinta ini bisa dibaca cuma dengan harga Rp. 20.000 (naik lagi ya. 😂😂) Makanya buruan serbu hari ini. Bisa jadi besok aku naikin lagi.🤭🤭

Bulan depan sudah ganti harga lagi ya, Guys.

Kuy segera ke karyakarsa @primamutiara_

Happy reading. 🤗🤗

~~~

Malam itu, entah mengapa ada sebuah rasa yang mengganjal dalam hati Cinta, seolah ada perasaan bersalah kepada Sang Kuasa karena ia telah mendua dariNya. Hati yang ia punya adalah milikNya, begitupun hati makluk adam itu, bagaimana mungkin ia lebih memikirkan makhluk ciptaanNya dibandingkan Sang Maha Kuasa? Berhijrah sepenuhnya pun ia belum sanggup, oa masih banyak cela dan kekurangan yang coba untuk tambal sedikit demi sedikit, lalu apa pantas ia meminta lebih? Meminta seseorang yang belum tentu menjadi imamnya? Tapi gadis itu bisa apa? Bukankah rasa cinta itu anugerah dan tak bisa ditolak?

Cinta terduduk di atas sajadah dengan air mata yang mengalir pelan tanpa ia sadari di sepertiga malam, waktu paling ajaib untuk menghadap Sang Kuasa. Gadis itu ingin bercerita kepadaNya, menyampaikan semua keluh kesah yang ada di dalam dada.

Baru kali ini ia merasakan perasaan bahagia dan sedih yang teraduk menjadi satu, baru kali ini ia bisa tersenyum dan menangis dalam satu waktu. Sebenarnya Cinta paling membenci perasaan ini, ia takut rasa kagumnya kepada seorang makhluk Allah justru dapat melalaikannya dari Allah. Cinta benci bila ia mulai berharap dan harapan itu hanyalah kesemuan belaka.

Dia, lelaki dingin dengan sejuta pesona, sesempurna apapun dia, seharusnya Cinta bisa menjaga hati, dan tak boleh terpikirkan untuk membuat dia menjadi miliknya sendiri.

Gadis itu pasrah, hanya kepadaNyalah ia berserah, mudah bagi Allah untuk menyatukan langit dan bumi menjadi satu, pun Ia juga bisa memisahkan senyawa yang kata orang tak mungkin dapat dipisahkan. Dan Cinta percaya, itu pun yang akan terjadi antara dirinya dan lelaki itu, bersatu atau tidak adalah ketentuan dari Sang Maha Kuasa.

Suara berisik dari luar kamar membuat Cinta tersentak sejenak, ia melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah empat subuh, biasanya jarang yang sudah bangun pada jam segini, sebelum beranjak untuk mencari tahu, tangannya menyeka air mata yang sedari tadi tak henti terjatuh.

Gadis itu melangkah keluar dengan mukena yang masih terpasang rapi, setengah berjinjit, mengendap ke arah dapur, tempat dimana suara tadi berasal.

Matanya menyipit saat melihat sesosok gadis dengan rambut panjang terurai sepunggung sedang membelakanginya, bulu kuduk Cint mendadak meremang.

Haish! Ini itu cerita romance, kenapa malah jadi kayak film horor begini? Stay Calm, Please. Batin Cinta berteriak.

Tangan Cinta menjulur menepuk pundak itu dan seseorang dengan muka putih pucat sedang melotot ke arahnya.

"Aaaaaaaaaa ...," teriak mereka bersamaan, Cinta sendiri langsung menutup kedua matanya dengan telapak tangan hingga akhirnya makhluk itu bersuara lagi.

"Astaghfirullahaladzim, ngangetin aja sih kamu pakai mukena malem-malem begini, Ta."

Telinga Cinta menangkap suara sangat familiar itu segera membuka telapak tanganku perlahan, seseorang dengan muka pucat itu masih berdiri tepat di hadapannya, tapi tunggu? Wajahnya benar-benar tidak asing.

Bola mata makhluk itu memutar malas. " Ini aku, Di."

"Astaghfirullahaladzim, kenapa muka kamu jadi putih kayak gitu, sih?" ucap Cinta sambil menoel-noel pipinya.

Birunya CintaOn viuen les histories. Descobreix ara