4. (Not) a Free Card

Start from the beginning
                                    

"Eh, Nav bisa ngomel seharian kalo kamu makan pake sambal sebanyak itu, Ve!"

Eann menodongkan sendoknya ke muka Fanisha. "Sebut nama dia lagi, aku doain kalian bubaran!" Ancamnya.

"Enak aja!" Protes Fanisha.

Martin tertawa senang. "Artinya kamu nggak mau putus dari aku kan, Yang?" Ucapnya Pede.

Eann terkikik sementara Fanisha mencubit lengan pacarnya dengan gemas. Tanpa menyadari beberapa meja dari mereka, sekumpulan senior memperhatikan Eann sejak dia memasuki kantin bersama Nav.

"Kemarin Voy, sekarang Nav? Sok cantik banget sih, tu cewek?"

"Aku dengar tadi pagi dia ngobrol sama Renaldy lho."

"Gila! Dia mau memonopoli semua cowok keren di kampus ini apa?"

"Kita kerjain aja, yuk! Gimana, May?"

Mayang meneguk teh botolnya tanpa mengalihkan tatapannya pada punggung Eann. Memikirkan cara mengerjai gadis itu tanpa melibatkan dirinya. Agar citranya tak berubah di mata Voy.

"Sini, deh!" Ucapnya memberi kode agar semua mendekat padanya, dan membisikkan rencananya.

"Eh? Kenapa Nav?" Protes temannya yang juga mantan gebetan Nav.

"Kamu pikir Voy akan melakukan hal itu? Dia bukan playboy kayak Navintar! Lagian cewek-cewek yang naksir pada Voy, nggak akan pernah melakukan hal buruk pada saingannya, karena mereka tau itu sia-sia."

"Bener kata Mayang, yang paling mudah diprovokasi emang mantan-mantan Nav yang masih ngarep sama dia. Kayak kamu. Hihihi..."

Anya, cewek yang hanya seminggu deket sama Nav itu tampak manyun. Sebelum akhirnya menyetujui usul Mayang untuk menjebak Nav dan Eann, dan menyebarkan beritanya untuk membuat semua cewek yang pernah dekat ataupun yang naksir pada Nav membenci junior mereka.

.
~my ex-boy's friend~
.

Eann menatap teman-teman sesama calon mahasiswa baru di kampus ini, yang tengah menjalani hukuman. Eann tidak tahu harus bersyukur atau menyesali kartu bebas yang dia miliki. Tadi seseorang yang bertanya yang mana senior yang bernama Laras, karena dia mesti menemuinya, pada Eann. Tapi seorang senior melihatnya dan menuduh mereka mengobrol saat kegiatan, dan menghukum teman Eann dua kali hukuman, karena Eann bebas hukuman hari ini. Dan itu membuat cewek bernama Kasih itu menatap benci padanya.

Great!

Sepertinya mereka sengaja membuat orang-orang membencinya.

"Arveann!"

"Ya, kak?" Eann menjawab spontan karena kaget tiba-tiba namanya dipanggil.

"Berikan ini pada kakak senior yang namanya Erlando, tanpa boleh bertanya pada siapa pun. Karena kamu bebas hukuman, bukan berarti bebas tugas kan? Jika sudah, minta tanda tangan di kartu kamu," Carissa, ketua panitia Ospek, yang baru kali ini Eann temui.

"Baik, kak," jawab Eann. Diam-diam mengagumi wajah anggun cewek yang Nav sukai. Dan Eann tahu, dia kalah jauh.

Eann berbalik pergi. Sementara Rissa menatap punggung gadis itu dengan sedikit rasa bersalah.

"Kak Rissa makasih, ya!" Anya melompat memeluk Rissa.

"Jangan berbuat keterlaluan, ya!" Pintanya.

Gadis itu mengacungkan jempolnya lalu berlari kecil ke arah Mayang dan membisikkan sesuatu padanya. Mayang tersenyum puas, lalu berlalu bersama Anya mengikuti Eann.

"Apa yang kamu liat?"

Rissa menoleh mendengar suara Voy. "Oh, anak-anak memintaku memberi tugas pada Eann, karena merasa sedikit nggak adil karena dia bebas hukuman seharian. Bahkan temannya harus melakukan dua kali hukuman karena dia."

MY EX-BOY'S FRIENDSWhere stories live. Discover now