4. (Not) a Free Card

Start from the beginning
                                    

Dari yang Eann dengar, banyak mahasiswi baru yang berasal dari sekolah yang sama dengannya. Dan alasan mereka kuliah di kampus itu adalah karena Ren.

"Hei! Arveann! Kenapa diam? Kamu nerima aku kan?!"

"Aish! Bocah itu!" Geram Eann seraya kembali ke arah Ren dan membungkam mulutnya sebelum dia sempat bicara.

"Empth...!"

"Kalo ngomong pikir dulu, bocah! Kamu membuat semua orang salah paham, bodoh!" omelnya kesal.

Ren mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu bernafas lega saat Eann melepas bungkamannya.

"Maaf..."

Eann berdecak. "Kamu terlalu banyak bilang maaf. Jangan buat kesalahan lagi agar tidak perlu bilang 'maaf' lagi!"

Ren terdiam.

Gadis itu belum sepenuhnya memaafkannya. Tapi, setidaknya sekarang Eann mau menanggapinya. Dia juga tak lagi mengungkit kesalahannya dulu.

"Aku tidak tahu kalian akrab?"

Ren dan Eann menoleh mendengar ucapan seseorang.

"Yo, Nav!"

"Aku senior kamu, Ren!"

"So what?" Jawab Ren asal.

Nav memutar mata jengah. Ren bukan jenis orang yang akan peduli pada aturan. Jadi sia-sia bicara padanya.

Eann memilih pergi dari pada berurusan dengan dua cowok yang telah mengukir luka di masa lalunya. Selain karena Eann masih butuh waktu untuk membuka lembaran baru hidupnya, juga karena dia masih sayang nyawa.

Setidaknya sampai masa OSPEK selesai.

"Kamu kenal Ren di mana?"

Eann merasa jantungnya nyaris copot karena kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Dia sedang menjauh dari keramaian, agar tak memancing perhatian. Tapi sepertinya Nav selalu bisa mengendus keberadaannya. Sudah seperti anjing pelacak saja.

"Bukan urusan kamu," jawabnya tanpa menoleh.

Nav menggeram kesal. "Sudah makan siang?"

"Kantin penuh," ucapnya masih tanpa menoleh. Sibuk dengan novel barunya.

Nav merebut novel di tangan Eann dan berlalu begitu saja. Membuat Eann terpaksa mengejarnya untuk mengambil kembali bukunya.

"Navin! Balikin nggak novel aku?! Hei! Kamu denger nggak sih? Navin!" Teriak Eann pada mantan pacarnya yang justru membawa bukunya masuk ke sebuah kantin.

"Hai, Nav!" Panggil Martin yang sedang bersama Fanisha.

Nav melangkah menuju ke arah cowok itu lalu meletakkan novel Eann di sana.

"Fan, paksa dia makan," ucapnya seraya berbalik keluar dari kantin melewati Eann yang melangkah ke meja Martin.

Eann hanya berniat menggambil novelnya saja, tapi dengan cepat sepasang kekasih itu menangkap kedua tangannya dan memaksanya duduk.

"Apa sih, Fan!"

"Nggak denger tadi pangeran playboy bilang apa? Makan, hm?" Ucap Fanisha.

Sementara Martin sudah memesan semangkuk bakso untuknya.

"Putri jutek harus makan, biar kami nggak dimarahin sama pangeran playboy," ucap Martin geli.

"Cih! Sampai kapan kalian akan menjuluki kami begitu. Dia bukan pangeranku lagi, ingat?"

Martin dan Fanisha saling pandang. Lupa tentang hal sensitif itu.

"Siniin sambalnya!" Ucap Eann kemudian.

MY EX-BOY'S FRIENDSWhere stories live. Discover now