Chapter 26: Ex Girlfriend

5.4K 425 14
                                    

Arzan Rafadinata POV

Mungkin ini entah yang keberapa kalinya kami menjadi seperti orang yang sedang diburu waktu. Sebenarnya bukan kami sungguhan, tapi Seoul yang terlihat seperti ingin buru-buru ingin hamil. Meski dia tak bicara apa alasannnya, tapi aku tahu sekali kalau Seoul cukup terpukul dengan hasil pengumuman yang kami dapat.

Setelah nanti dia hamil dan bisa melahirkan secara normal. Aku pikir Seoul memang masih bersemangat sekali ingin kuliah. Itu berarti umur bayi kami masih sangat kecil sekali. Aku jadi tak yakin apa dia bisa menyusui dengan ASI-nya. Aku jauh berpikir bahwa bayi kami memang butuh baby sitter. Aah entahlah. Pikiranku seakan kabur ke manapun. Aku bahkan tak bisa mengira-ngira bagaimana yang terbaik untuk kami.

Ini sangat sulit di umur kami yang masih terbilang sangat muda dan memang seharusnya kami tak menimang anak lebih dulu. Kami seharusnya serius dengan kuliah lebih dulu dengan begitu tak ada beban lainnya yang harus kami pikirkan setelahnya.

Aku lihat kalender yang cukup banyak coretan dengan spidol merah. Aku pikir ini Seoul yang mencoretnya. Di awal coretan itu ada tulisan 'terakhir'. Aku sudah menebak kalau ini tanggal siklus halangannya. Sudah kubilang dia memang sangat ingin secepatnya mengabulkan permintaan Papi.

"Ar..." Kudengar suara dari kamar mandi.

Aku segera bangun dari kasur lipat kami. Lalu berdiri di depan pintu kamar mandi.

Seoul menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi. "Apa kau bisa ambilkan kotak di tasku," katanya. Aku pun segera ke ruangan depan dan mengambil sebuah kotak yang ada di tas Seoul. Sebuah kotak yang sudah jelas sekali kalau itu adalah test pack. Aku hanya bisa berdecak pelan saat membawa kotak itu ke kamar mandi.

Memang sudah berapa kali Seoul memeriksa kehamilannya ini. Dia selalu memeriksanya setiap 1 minggu 4 kali dan aku sudah tahu kalau dia pasti menyimpan barang itu setiap kali hasilnya tak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia hamil.

***

30 menit setelah kami bergulat dengan kesibukan kami masing-masing untuk keluar dari rumah. Aku pun meninggalkan kontrakan dengan Seoul yang sudah sibuk menelpon. Dia sudah menjadi orang yang dipercaya dengan Tante Fika untuk membantu di butiknya dan sekarang dia lebih terlihat sibuk setelah aku pikir nanti akan kuliah dan seorang bayi yang akan ditanggungjawabkan.

"Ar sepulang kuliah nanti kau akan kemana?" tanya Seoul. Omong-omong tentang test pack tadi, kalian pasti tahu apa jawabannya. Ya Seoul belum hamil dan yapsss dia keluar dengan wajah kecewanya saat keluar dari kamar mandi.

"Kenapa?" tanyaku.

"Mmm tidak apa," katanya seraya nyengir kuda. Aku pun ikut tersenyum dan mendaratkan ciumanku ke pipinya.

"Aku mencintaimu," ungkapku dan dia seperti setuju dengan kata-kataku karena tentu saja dia pun mencintaiku.

"Aku juga mencintaimmu." Bukti dari ucapanku memang sangat betul.

Aku memberhentikan mobilku di depan toko tempat kerjanya. Sebelumnya aku lihat memang tak banyak orang yang datang ke sana, tapi orderan lewat online aku rasa sangat mendukung toko Tante Fika.

"Aku pergi," kata Seoul, tapi aku tarik tangannya sebelum Seoul berhasil turun.

Aku menyentuh bibirnya dan dia tersenyum melakukan apa yang kuinginkan meski hanya sekilas. "Aku tak akan rela kau menggoda wanita lain," katanya membuatku menahan tawaku.

"Bagaimana kalau mereka yang menggodaku?" tanyaku dan dia terlihat mencemberutkan bibirnya.

Aku tertawa pelan seraya mengusap pipimya. "Cuman kamu yang ada di hati aku Sel. Cuman kamu!" tekanku dan dia mengangguk pelan.

MY HEARTBEAT COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang