Chapter 5: Heartbreak

6.7K 508 24
                                    



Seoul Arabillah POV

Aku sulit berpikir tentang apapun kejadian kemarin. Di saat Ar lebih memilih berkelahi dengan Bagas demi meluapkan kemarahannya karena Gina diganggu mantannya (Bagas). Aku pikir, Ar sangat mencintai Gina. Dia bahkan tidak terlalu kaget saat aku terbaring di runah sakit.

Ting nong, ting nong

"Biar aku yang buka," kataku seraya beranjak dari sofa. Aku sedang asyik membaca buku dan Ar seperti biasa akan asyik main PSnya.

Aku tarik tiang infusku ke arah ruang tamu, lantas aku membukakan pintu yang terbuat dari kayu itu. Aku lihat dari jendela seseorang sudah mengembangkan senyumnya dan benar saja Mega langsung menyerbuku dengan pelukannya.

Aku hampir terjatuh jika saja Galih tak menahannya. "Gendut! Lo beneran ya mau gue sembelih!" marahnya seraya memegangi bahuku. Namun tak lama senyumnya mengembang dan kudapati Alex yang membawa buah juga sebuket bunga.

"Gimana kabarmu?" Aku tersenyum dan mengangkat bahuku.

"Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja," kataku meski masih sangat pusing dan sangat lemas.

"Ayo masuk," kataku mempersilakan mereka hingga wajah yang aku kenali itu muncul dari balik tubuh Alex.

"Hai Sel. Gimana kabar lo?" katanya. Dia tersenyum kaku ke arahku. "Hmm ada Ar?" tanyanya lagi sebelum aku menjawab pertanyaannya yang pertama.

"Oh ada ayo masuk," aku kembali mempersilakan mereka masuk, karena Alex dan Gina..., ya Gina masih di luar rumah belum masuk.

Mega menuntunku masuk ke dalam rumah. Kini aku dengar suara Ar yang meringis kesakitan karena Galih terlihat tertawa dan mencibir.

"Aneh lo! Kalau mau berantem tuh ya bilang-bilang gue sama Alex. Kita kan bisa hajar dia bareng-bareng, iya kan Lex!" Alex tersenyum seperti mengiyakan kata-kata Galih.

Lantas Alex memberikanku sebuah buket bunga yang dia bawa. Jujur saja, aku sedikit gugup saat Alex memberikan bunga itu di depan Ar yang juga menatapku, atau mungkin ke arah Gina yang tepat di belakang Alex. Ar terlihat menyipitkan matanya. Dia berdiri dari duduknya. Menaruh stick PS itu seperti membantingnya. Dia marah denganku atau Gina?

"Ar!" Saat Ar berdiri dan ingin pergi meninggalkan kami, Gina menahannya. Sekarang aku tahu dengan siapa dia marah. Dia marah dengan Gina. Sepertinya hubungan mereka sedang tidak baik.

"Ngapain kamu kesini?" Ar menatap Gina dengan amarahnya.

"Aku hubungin kamu berkali-kali. Kenapa kamu enggak angkat?" tanya Gina.

"Bukan urusan kamu!"

"Ar aku mau ngomong sama kamu dulu sebentar. Aku mau jelasin semuanya. Kamu percaya kan sama aku. Aku mohon Ar kasih aku kesempatan untuk ngejelasin semuanya."

Oke, aku bisa menyimpulkan bahwa hubungan mereka memang sedang tidak baik. Ini pasti ada sangkut pautnya dengan perkelahian Ar dan Bagas kemarin. Apa Gina masih punya rasa dengan Bagas? Bukankah mereka sudah putus cukup lama.

"Hmm maaf gue ke belakang dulu sebentar," ungkap Ar pada kami semua. Dia terlihat menyeret Gina ke belakang.

Suasana mendadak hening dan kaku. Aku menghela napasku sejenak dan menarik tiang infusku menuju sofa, lantas aku duduk di atasnya.

"Oh ya ini nih buah untuk lo Sel! Gue beliin itu dengan harga fantastis lho!" kata Galih akhirnya memecahkan keheningan. Dia menarik buah yang Alex bawa, kemudian menaruhnya di atas meja.

MY HEARTBEAT COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang