Chapter 7: Accident

5.9K 458 31
                                    


Seoul Arabillah POV

Kubuka mataku saat mendapati laki-laki yang membuatku mabuk kepayang saat akan tidur. Dia mengusap kepalaku lembut dan menyingkirkan anak rambutku.

"Good morning!" ucapnya dengan senyuman di wajahnya yang tampan. "Aku berangkat ya. Mami udah siapin bubur buat kamu. Kamu jangan lupa makan ya," ucapnya saat aku sadar bahwa Ar memang sudah lengkap dengan baju seragamnya.

Aku mengangguk pelan mengiyakan kata-katanya. Kutatap lagi dirinya yang kini bangun dari pinggir ranjangku. Dia terlihat membungkukkan tubuhnya. Wajahnya mendekati dahiku dan mengecup pelan di sana.

"Cepat sembuh ya!" katanya mengacak puncak rambutku lalu meninggalkanku setelah aku tersenyum menerima perlakuan manisnya pagi ini.

Apa seperti ini rasanya menyukai seseorang. Hatiku rasanya berdegup keras dan seperti ada yang mengepak-ngepak di dalam dadaku ini. Dia membekaskan senyuman manisnya di pikiranku.

Ahh sepagi ini, suamiku sudah berbagi ke tampanannya padaku. Yah meski itu bukan hanya untukku. Toh di sekolah nanti, dia harus berperan menjadi orang lain. Kami seperti tak mengenal lagi kalau sudah keluar dari rumah ini.

Tok...Tok... kudengar suara pintu kamarku diketuk.

Seseorang muncul dari balik pintu membawa nampan berisi mangkuk dan segelas air putih. Aku pun segera bangun menegakkan tidurku dan menyandarkan punggungku ke kepala ranjang.

"Ini kak makanannya." Vanilla masuk dan meletakkannya di atas meja belajarku.

"Oh ya makasih."

"Bagaimana semalam apa tidur Kakak indah?" tanyanya membuatku sedikit malu dengan pertanyaannya. Dia meraih mangkuknya dan berjalan ke arahku.

Aku pun meraihnya dari tangan adik iparku ini. "Ya lumayan indah. Aku kan berdoa sebelum tidur," kataku padanya dan dia terkekeh mendengar kata-kataku. Tak pernah aku melihatnya tertawa. Sungguh dia berbeda dari Cleo dan juga Ar. Dia lebih banyak diam dan sangat tertutup.

"Hmm kalian terlihat sangat mengasihi jika seperti ini. Aku bisa lihat kobaran cinta Abang terhadapmu. Sepertinya dia sudah mulai mencintaimu," katanya lagi membuatku sedikit menahan tawaku. Aku pun mengabaikannya dan memasukkan bubur yang Mami buat untukku.

"Apa jadwalmu hari ini?" tanyaku.

"Hmm hanya belajar. Menunggu guruku dan akan mulai belajar dari jam 9 nanti hingga jam 12 siang, kenapa?"

"Tak apa. Aku ingin membeli sesuatu. Apa kau bisa mengantarku ke seberang komplek?"

"Oh bisa nanti siang. Kau akan membeli baju hamil ya," ledeknya padaku. Aku pun menggelengkan kepalaku, mengulum senyumku agar tak terlihat darinya.

"Atau membeli testpack?"

"Hei Vanilla!" Aku mulai kaget saat dia mengatakan itu. Sungguh dia lebih dewasa dari umurnya. Bahkan dia tak malu meledekku seperti itu.

"Hahaha apa yang Abang lakukan semalam? Aku harus bilang ke Mami kalau dia akan segera punya cucu."

"Vanilla!"

"Papi juga harus aku beritahu tentang ini. Dia harus tahu kalau di umurnya yang renta itu akhirnya Papi punya cucu."

"Vanilla! Kami tak melakukan apapun semalam. Kami hanya berbincang hingga aku tertidur. Lagipula, kalaupun hamil, tidak akan secepat itu!"

" Ya, ya aku tahu kalian menciptakan ruangan romantis semalam. Kalian sudah cukup membuat Romeo dan Juliet cemburu di alam sana."

Aku tertawa seraya menggelengkan kepalaku. Ternyata Vanilla tak seaneh yang pernah aku bayangkan sebelumnya. Ternyata dia juga bisa mengeluarkan leluconnya.

MY HEARTBEAT COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang