27

14.5K 1.1K 107
                                    

"Rumah lo gede tapi, sepi banget Cleo?" tanya Adlina . Kini mereka berada di rumah Cleo untuk mengerjakan tugas kelompok Sejarah.

Mendengar itu Cleo hanya tersenyum kecut, sepi, bahkan lebih dari sepi.

Adlina menjentikkan jarinya di depan wajah Cleo. "Woy Cleo malah ngelamun."

Cleo mengerjapkan matanya, "e-eh iya sorry."

Adlina masih memandang rumah Cleo yang mewah nan megah bergaya Eropa tapi, aneh rumah sebesar ini sepi penghuni. "Bokap sama Nyokap kemana Cleo?"

Cleo memejamkan matanya. "Nyokap meninggal waktu ngelahirin gue. Bokap, dia mana peduli sama gue, dia selalu nyalahin gue karena gue nyokap meninggal."

Adlina tertegun mendengar ucapan Cleo. "Lo adalah teman pertama gue yang gue ajak kesini, Lin, dari dulu gue gak punya temen, setiap gue cerita kaya gini gue selalu dibilang anak pembawa sial." Cleo menundukkan kepalanya.

Adlina langsung memeluk Cleo, "gue selalu sama lo, gue juga udah anggap lo keluarga. Kalo ada apa-apa lo bisa cerita sama gue."

Cleo mengurai pelukannya dan mulai mengusap air matanya, "serius? lo gak lagi bercanda kan Lin?"

Adlina menggeleng, Cleo langsung memeluknya, "makasih yah Lin."

"Sama-sama, tapi, lo bener-bener sendiri nih dirumah?" tanya Adlina.

"Ada Mbok Darmi yang dari dulu ngejaga gue, gue bisa nemuiin sosok ibu dari dia. Sekarang gak ada mungkin lagi pergi keluar atau kemana gitu." Jelas Cleo. Adlina hanya mengangguk.

"Berarti malam ini gue nginep rumah lo aja yah?" tanya Adlina dengan semangat.

"E-eh jangan Lin, kalo bokap gue tau ada orang lain, dia bisa ngamuk."

Adlina mengernyitkan dahinya, "loh, gue gak bakal ganggu bokap lo juga kali."

Cleo menggelengkan kepala, "gue gak tau Lin, tapi ka-"

Tiba-tiba ucapan Cleo terputus saat mendengar suara pintu terbuka dan menampilkan laki-laki paruh baya dengan wajah lelahnya.

Laki-laki berjalan mendekat kearah mereka, Adlina tersenyum, sedangkan Cleo menunduk dalam-dalam.

"Oh, sudah punya teman dan berani dibawa kerumah," ucapnya sambil memandang mereka berdua sinis.

"Pah, kenalin dia Adlina, aku sama dia mau ngerjaiin tugas kelompok," ucap Cleo hati-hati.

Adlina mengulurkan tangannya, berniat untuk salim kepada Papa Cleo. Tapi, tangan itu langsung ditepis secara kasar.

"Setelah membunuh ibu kamu, lalu kamu mau membunuh teman kamu dengan mengajak dia berteman." Cleo hanya menunduk. Setelah itu Papa-nya meninggalkan mereka berdua.

Adlina bisa merasakan kesedihan temannya itu, dia langsung memeluknya dan tangis Cleo pecah. Adlina hanya mengusap-usap punggung Cleo.

"Udah yuk kerjaiin tugas dulu." Ajak Cleo sambil menghapus air matanya.

"Lo yakin?" tanya Adlina khawatir. Cleo hanya membalasnya dengan senyum.

"Lo tunggu sini, gue mau buatin minuman buat kita sama bokap gue dulu." Cleo langsung berjalan ke dapur, meninggalkan Adlina di ruang tamu sendirian.

Tidak butuh waktu lama Cleo telah membuatkan minuman untuk mereka. "Lo yakin mau nganterin minum buat bokap lo, eh, salah lebih tepatnya monster."

Mendengar itu Cleo tertawa terbahak-bahak, "sembarangan lo gitu-gitu masih bokap gue. Tenang aja gue gakpapa."

TS [1] Adlina (END-LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang