25

17.1K 1.1K 103
                                    

Mobil Adlan berhenti di sebuah Pom Bensin. "Cepetan sono ganti gue tunggu depan."

Dengan cepat Adlina berjalan ke toilet cewek untuk mengganti seragamnya dengan baju yang dibawa oleh Adlan. Tidak butuh waktu lama Adlina keluar sekarang gantian Adlan untuk mengganti bajunya.

Setelah selesai mereka masuk lagi kedalam mobil. "Kita mau kemana sih, Lan?"

"Ke taman tempat biasa aja lah."

"Gue mah ikut aja lah yah, yang penting makan terjamin." Adlan hanya geleng-geleng kepala.

Tangan Adlina bergerak untuk menyalakan radio. Alunan lagu milik Rachel Platten menemani perjalanan mereka.

Saat lagu baru dimulai, Adlina menggenggam tangan Adlan dan mengikuti lagu, Hands, put your empty hands in mine.

Adlan menaikkan alisnya satu, "duh, dibaper deh." Mendengar ucapan Adlan, dia hanya terkekeh.

Adlan menoleh. "Jadi, lagunya pasnya buat siapa nih?"

"Selama ini yang selalu di samping aku adalah kamu. Jadi, lagu ini pasnya buat kembaran aku." Adlina melepas genggaman tangannya.

Adlina langsung mengambil sisir yang memang Adlan sediakan di dalam paper bagnya. Adlan hanya geleng-geleng kepala sambil menikmati suara kembarannya yang sangat merdu.

Adlina mengoyang-goyangkan kepalanya ke kanan-kiri mengikuti irama lagu. Selama Adlina bernyanyi tidak henti-hentinya dia memandang kembarannya, maaf kalo gue nggak jujur, Lan.

Di sisi lain, Adlan begitu bangga dengan Adlina. Cewek yang selalu menemaninya. Cewek yang berjanji padanya dalam keadaan apapun tidak akan meninggalkannya. Adlan meneliti wajah kembarannya sambil berdecak kagum, pantas saja hampir populasi kaum Adam menyukai kembarannya dan banyak pula Kaum Hawa yang iri dengannya. Menurut, mereka semua Adlina sosok sempurna tapi, lahir bersama dengan Adlina, dia sangat memahami bagaimana kondisi Adlina yang bisa di bilang sangat buruk.

Adlina mengikuti sampai terdengar suara tepukan berirama, dia mengikuti, Even if we're breaking down, we can find a way to break through. Even if we can't find heaven, I'll walk through hell with you. Love, you're not alone, cause I'm gonna stand by you.

Mendengar itu semua hati Adlan tenang, dia mulai mengikuti lagu tersebut. Tiba-tiba Adlina mematikan radionya.

"Kenapa di matiin?" Adlan mengangkat sebelah alisnya.

"Gue kasian sama Rachel kalo dia tau lagunya udah bagus pake banget, harus hancur seketika akibat suara lo." Adlina menjelaskan dengan santai.

Kalo bukan kembaran gue, udah gue buang lo ke Pluto. Batin Adlan.

***

Mobil yang dikendarai Adlan berhenti di sebuah tempat wisata Taman Nasional, jauh meninggalkan Jakarta.

Karena, hari ini bukan hari libur jadi tempatnya sepi. Hanya beberapa pedagang makanan yang kata Adlina 'makanan begitu gak ngenyangin'.

Mereka berdua keluar dari mobil, dan menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. "Kita udah jarang banget ke sini yah?" tanya Adlina tiba-tiba.

Adlan mengangguk dan mulai mengamit tangan Adlina. Mereka berjalan selayaknya sepasang kekasih tapi, jauh dari itu, mereka hanya pasangan yang kebetulan lahir kembar.

"Kalo Mama sama Bunda Bella tau kita bolos, siap-siap aja mempertebal kesabaran." Adlina terkekeh kalau aksinya ini sampai ketahuan.

TS [1] Adlina (END-LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang