22 - Menciptakan Kesan Bahagia

Mulai dari awal
                                    

Sementara...
Lupakanlah rindu
Sadarlah hatiku
Hanya ada kau dan aku

Dan sementara akan ku karang cerita
Tentang mimpi jadi nyata
Untuk asa kita berdua

Berbeda dengan Alvin dan Gabriel, Cakka menjadi satu-satunya kandidat terheboh dalam aksi mengomentari kemunculan tiba-tiba sang kapten dilapanagan tadi. bersama para gadis, mereka tengah berseru senang, mengekspresikan perasaan melalui wajah-wajah sumringah khas orang bahagia.

Shilla menggelengkan kepalanya tidak percaya, dia tahu Cakka itu heboh dan biang rese. Tapi, dia tidak menyangka Cakka bisa berbuat sebegitu gila. Agni yang duduk berdekatan dengan Shilla menghela nafas berat, memandangi Cakka dan shilla gantian. "Intinya, gue tobat deh shill punya laki kayak dia, tingkahnya itu loh subhanallah banget, malu-maluinnya"

"Nggak apa-apa, Ag. Lucu tahu"

Mari kita tinggalkan dulu dua gadis itu dan kembali mengamati tingkah Cakka yang kini tengah berceloteh, merenggut sesekali melanjutkan gerutuan panjang yang tidak juga selesai sepanjang Ia bercerita tentang kejadian luar biasa di podium kemenangan tadi.
Rio kembali membuatnya terpesona dengan cara yang tak biasa hari ini, Pidato singkatnya di lapangan tadi cukup untuk membuat hatinya dag-dig-dug tak karuan, mengena sekali.

Meski tidak panjang, setiap kalimat yang Rio ucapkan rupanya sangat ampuh untuk membuat Bagas dan timnya tergugu kemudian tersadar atas ego-ego negatif yang menguasai pikiran mereka sebelumnya dan memutuskan untuk menjalin hubungan baru yang lebih baik.

'Akhirnya, Kita bisa ketemu lagi ya, seneng deh. Gue harap, kedatangan gue saat ini bisa menjawab keraguan kalian sekaligus membayar janji sahabat gue ke kalian waktu itu. Sorry, gue nggak bisa lanjut mimpin kalian latihan karena ada hal penting yang nggak bisa gue tinggal buat ikut main sama kalian, begitu juga hari ini. Yaaa... Anggep aja ini hadiah dari gue, seenggaknya di sela kemepetan waktu yang ada, gue masih bisa datang dan menyempurnakan kemenangan tim gue di saat yang tepat. Dan gue harap setelah ini kita bisa bekerjasama mengembangkan kreatifitas Cakrawala dengan baik, terima kasih semuanya'

Hahaha...
Cakka ingin tertawa mengingat itu, tapi dia juga terharu, tidak ada pembelaan yang lebih besar dari apa yang telah Rio lakukan dan Cakka merasa tersanjung, Rio telah mengembalikan nama baiknya secara tidak lansung dan seketika membuatnya merasa gagah.

"Gue beneran nggak habis pikir deh, setelah Lo ngusir gue, nyuekin gue kayak gitu, bisa-bisanya lo ngelakuin hal gila kayak tadi. ini lo beneran udah rilis, kan dari rumah sakit? Lo nggak lagi kabur, kan?" Cakka masih keukuh pada pertanyaannya sejak tadi. Dia masih tidak bisa percaya jika sahabatnya itu benar - benar sudah diizinkan pulang oleh Dokter Andrean. Entah kenapa, dia malah sangsi memikirkan bagaimana caranya Rio bisa pulang dengan mudah mengingat baru kemarin sahabatnya itu berhasil meraih kestabilan kondisi setelah sebelumnya sempat menerima perawatan intensif.

Mungkinkah Rio memakai jurus merayu nomor 14 untuk membuat sang Dokter luluh? Tapi bagaimana bisa? Bukankah jurus itu hanya diperuntukkan pada gadis-gadis cantik? Ah, entahlah.

"Udahlah Cakka yang gantengnya masih banyakan gue, apaan sih. yang penting abis ini kita makan, gue udah laper banget!" Alih-alih menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Cakka, Rio justru menanggapi dengan hal lain dengan santainya.

"Eh, Somplak! Lo kira gue anak kecil yang kerjaannya cuma numpang makan doang?" Cakka mencak-mencak.

Percayalah hati lebih dari ini
Pernah kita lalui
Takkan lagi kita mesti jauh melangkah
Nikmatilah lara...

Rio memilih untuk mengabaikan tingkah ajaib Cakka, di ladeni hanya akan membuat anak itu semakin gila. Biarkan saja Cakka tenggelam bersama sanggahannya, Sepertihalnya Gabriel dan Alvin yang terhanyut dalam aksi diamnya.

Tak apa, kali ini dia tidak akan protes dengan aksi unjuk rasa mereka bertiga. Dia cukup sadar hal ini tidak sebanding dengan apa yang sudah dia lakukan sepanjang dirinya di karantina kemarin, jangankan untuk menyapa, bisa bertatap muka dalam posisi sadar saja intensitasnya bisa dihitung dengan jari.

Mereka mungkin marah karena terlalu lama menunggu, mereka marah karena terlalu sering di gantung dengan kondisinya yang melulu naik turun, dan mungkin saja mereka lelah hingga memilih untuk tidak peduli, tepatnya pura-pura tidak peduli. Tidak apa - apa, sungguh. Dia bisa mengerti keadaan ini.

Sementara Ify menyibukkan diri dengan bergelayut manja di lengan kekasihnya kendati suasana disekitar mereka sedang tidak ada romantis – romantisnya mengingat aksi diam cowok – cowok dan para gadisnya yang tidak tahu lagi harus membujuk dengan cara apa. Sekali ini saja Ify ingin egois dengan hatinya yang begitu rindu akan kesempatan berdua, sekali ini saja Ify ingin menghabiskan berapapun waktu tersisa sebelum Ia benar-benar tidak bisa melakukannya.

Sebenarnya, Ify merasa ini semua tidak adil untuk Rio. Bagaimana bisa para laki – laki di hadapannya ini kompak berdiam diri atau lebih tepatnya mendiamkan Rio hanya karena dia datang ke demo eskul sekolah dan membantu Cakka membacakan janji pemain? Tidakkah hal itu keterlaluan?

Kemarin, setelah mengusir paksa Alvin dan Cakka dari ruangannya. Rio meminta Gabriel untuk mengantarnya pulang setelah sebelumnya menghubungi Dokter Andrean untuk berkunjung.

Ify tidak bisa menyimak banyak pembicaraan keduanya selain keinginan Rio untuk datang ke demo hari ini yang jelas ditolak oleh sang Dokter. seolah tuli akan penolakan itu, Rio terus membujuk itu dokter sampai Ify terpaksa menelepon Bu Manda untuk datang dan menghentikan tingkah sableng putranya. Pak Tama melakukan hal yang sama, Tapi memang dasarannya Rio keras kepala, dia keukuh minta pulang.

Kesal berdebat, Pak Tama meminta Dokter Andrean melakukan pemeriksaan lanjutan dengan harapan Rio akan berlapang dada jika hasil menunjukkan kondidinya belum cukup pulih untuk pulang.

Ia dan kedua orang tua Rio memilih untuk menunggu diluar sampai beberapa menit kemudian Dokternya keluar dan memberitahukan bahwa kondisi Rio cukup stabil dan diperbolehkan untuk pulang dengan catatan pasien tidak boleh memaksa untuk ikut bermain dan kegiatan berat lainnya.

'Dasar tukang ngerayu, jago banget sampai segala macam dokter luluh sama dia' gerutunya kesal, ingin sekali dia kembali masuk dan merayu balik Rio agar tidak nekat namun Gabriel lebih dulu mengambil alih atensinya dan mereka pun beranjak dari ruang rawat.

"WOY KAKAK - KAKAK KU SEKALIAN, UDAHAN DONG PACARANNYA, YOK MAKAN YOK! MASAKANNYA UDAH SIAP SEMUANYA..." Teriakan Ray menjadi alarm otomatis yang berhasil menginterupsi kesibukan semua orang yang ada diruang tamu. Semuanya perlahan mulai beranjak meninggalkan singgasana mereka beriringan menuju meja makan demi memenuhi undangan makan malam Bu Manda.

[2] BAHASA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang