PART 10 - PERMAINAN HIDUP DAN MATI

Mulai dari awal
                                    

"Berikan kertas pilihanmu itu!" ia memerintahku. Kuturuti perkataannya, aku memberikan gulungan kertas itu. Jantungku berdebar tak karuan. Tanganku gemetar hebat.

"Ini adalah pilihanmu, terimalah apapun yang tertulis di dalamnya."

Suasana hening sejenak. Jantungku berdebar semakin kencang. Semoga saja keberuntungan masih berpihak kepadaku.

"Sayang sekali, Kau harus mengakhiri hidupmu ditanganku."

"Tidak mungkin! Kau pasti memanipulasinya," aku memakinya.

"HAHAHA, untuk apa aku menipu gadis seperti dirimu!" jelasnya.

"Tolong jangan bunuh aku," aku memohon dengan wajah memelas.

Dia tidak merespon perkataanku. Ia berjalan menjauh. Sebuah pertanyaan mulai bermunculan di benakku, apakah dia ingin mengambil benda tajam untuk membunuhku? Tolong lepaskan ikatan ini. Aku masih ingin menghirup udara segar di pagi hari, masih ingin melayani pelanggan di toko, masih ingin berbagi pengalaman dengan kerabat kerjaku.

*Kriiiieeett..*

Sorotan sinar matahari dari luar terpancar hingga kedalam. Wanita itu melepaskan masker yang sedari tadi ia kenakan, masker dengan penglihatan malam. Pantas saja ia bisa melihat walaupun dalam keadaan gelap. Tergambar jelas wajah ibu. Haruskah aku meneteskan air mata untuk orang yang telah menyiksaku? Kurasa tidak.

Ia menatap ku tajam sambil berjalan perlahan mendekatiku.

"Untuk apa kau membuka pintu?" aku bertanya kepadanya.

"Agar kau bisa melihat tebasan katana ini memenggal kepalamu!" ia berjongkok dan mengambil katana yang ada di bawah kakiknya.

Aku tidak dapat lagi menahan air mata yang mengalir hingga membasahi wajahku, "Dimana ibuku sebenarnya?"

"Dia sedang tidur. Jangan mengganggunya! HAHAHA." ia menertawakan dirinya sendiri.

Tiba-tiba aku terdiam melihat kemunculan kepala seseorang dari balik pintu. Dari bentuk rambutnya yang ikal dan tersisir rapih, aku dapat mengenali orang itu. Dery. Itu pasti Dery!

Ia mengangkat jari telunjuknya, meletakannya di depan bibir. Melihat wajahku terpaku menatap pintu, sontak ibu memalingkan wajahnya. Lalu ia berjalan cepat dengan menggenggam katana di tangan kanannya.

"Tidak, Jangan keluar!" ia mengabaikan teriakanku seakan-akan hanya hembusan angin malam yang bertiup ditelinganya.

***
Sekian dulu untuk part ini.
Maaf updatenya agak lama. Semoga kalian suka sama part ini, Enjoy!

Jangan lupa give vomment!

Kritik dan saran dari pembaca selalu gw tunggu, tulis langsung di comment atau bisa di wall author.

gak nyangka cerita gw yang absurd kaya gini bisa banyak yang baca dan comment. Terima kasih banyak atas comment dari pembaca yang katanya "next thor", "lanjutt thor", "penasaran sama kelanjutannya". Kata kata ini yang bikin gw semangat nulis.

Terima kasih sekali lagi.
Sampai jumpa di part berikutya!

Website Pribadi untuk Para PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang