PART ONE - Chapter 4

66 8 1
                                    

Aku sudah memutuskan untuk ke rumah ibu kost hari ini, setelah aku berbicara panjang dengan Sherin. Dan benar apa yang Sherin katakan, aku sedang duduk di jok motor Ken menuju ke rumah ibu kost di komplek sebelah.

Setelah pembicaraanku kemarin dengan Sherin, aku menceritakan semua pada Ken. Semua tentang kemampuanku melihat Sherin, alasan Sherin dan pesan Sherin untuk sang mama, kecuali yang dikatakan Sherin tentang aku dan Ken. Aku belum siap memberitahu Cika soal ini-kemampuanku-karena pasti ia akan heboh minta ampun.

Saat tahu aku bisa melihat Sherin dan sebangsanya itu, Ken sama sekali tidak kaget. Memang ada rasa kaget kata Ken, tapi katanya ia sudah mengetahui karena ternyata Ken juga orang yang mempunyai kemampuan yang sama. Tapi ia sama sekali belum pernah melihat hantu Sherin, kecuali kemarin ketika Ken hendak mengetuk pintu tapi malah ada bayangan Sherin yang begitu cepat menghilang.

Sherin bukan hantu yang suka mengganggu atau muncul di sembarang tempat, waktu atau apapun karena ia hanya muncul ketika ia membutuhkan sesuatu-seperti sekarang menyampaikan pesan untuk mamanya- dan ia sedang ingin bermain, itu juga kata Ken. Karena menurut Ken Sherin bukan hantu yang nakal.

Kemarin setelah aku menceritakannya saja, Ken bersikeras untuk bertemu alias melihat Sherin, tapi Sherin tidak muncul. Aku sama sekali tidak tahu kapan Sherin akan muncul dan dimana dia akan muncul. Tapi untung Ken sadar, bahwa jika nanti Sherin mau ia pasti akan menampakkan dirinya pada Ken. Setelah satu belokan , sebuah rumah yang tidak terlalu besar tapi terlihat nyaman, seakan sudah menanti.

Aku turun dan membuka gerbang, kemudian Ken masuk dengan motor ninjanya memasuki halaman rumah Tante Rasti-ibu kost dan mama Sherin. Cukup lama aku berdiri di depan pintu sampai Ken menepuk pundakku menyadarkan lamunanku. Aku menyuruh Ken untuk mengetuk pintu dan tak berapa lama seorang wanita yang mungkin berumur sekitar 32 tahun lebih yang membukakan pintu.

Ya, wanita itu mama Sherin dan ibu kostku juga Ken. Mungkin beliau heran melihat kedatangan kami yang bisa dibilang tiba-tiba ke rumahnya. Setelah mempersilakan kami masuk dan duduk, ia membuatkan kami minum.

" Ken, gimana aku ngomongnya? Bingung nih .."kataku ketika Tante Rasti ke dapur membuatkan kami minum.

" Ya udah ceritain aja semua dari awal. Dari mimpi kamu dan kemunculan Sherin di rumah kost, setelah itu baru kamu bilang tentang pesan dari Sherin."sahut Ken sambil membaca majalah yang ada di meja.

" Ya tapi aku takut dan ragu kalo-"

" Dengerin deh, Tante Rasti itu baik dia bakal dengerin semua yang kamu katakan."kata Ken menyela.

Setelah beberapa menit berada di dapur, Tante Rasti muncul lagi dengan membawa dua gelas minuman yang bisa diduga untuk aku dan Ken. Tante Rasti mengatakan keheranannya melihat aku dan Ken datang sore-sore ke rumahnya, karena sudah menjadi kebiasaan kalau ada perlu dengan Tante Rasti lewat telpon saja.

Aku yang tak tahu harus berkata apa hanya bisa diam dan mendengarkan Ken menjawab beberapa pertanyaan dari Tante Rasti. Aku hanya tersenyum setiap kali Ken menyebut namaku, sampai akhirnya Ken mengatakan bahwa ada yang ingin aku sampaikan. Senyumku hilang dan Tante Rasti sekarang menatapku dan menunggu aku bicara.

Aku menceritakan semua mimpiku tentang Sherin, Tante Rasti dan mantan suaminya. Aku juga menceritakan kemunculan Sherin dalam wujud hantu dan hantu yang pertama aku lihat setelah sekian lama aku tidak melihat hal-hal seperti itu. Tante Rasti sama sekali tidak menunjukkan kalau ia tidak percaya pada apa yang aku ceritakan. Beliau malah tidak menyela sedikitpun ketika aku berbicara, hanya saja wajahnya menjadi sedih jika aku menyebut nama Sherin.

Ketika aku menceritakan kemiripan antara aku, Sherin dan Tante Rasti, tiba-tiba Tante Rasti meneteskan air matanya yang sejak tadi sudah menggenang di pelupuk matanya. Aku mencoba menenangkan Tante Rasti sebisa mungkin. Setelah Tante Rasti lebih tenang dan tidak lagi menitihkan air mata, aku mulai mengatakan pesan Sherin yang dititipkan padaku.

Sixth SenseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora