PART ONE - Chapter 3

81 10 5
                                    

Bagaimana bisa ada foto Sherin di kamar Mbak Inah? Tiba-tiba ada yang menepuk punggungku dan pigura foto ini hampir saja jatuh. Aku menoleh dan melihat Mbak Inah.

" Ma.. maaf mbak bukan aku lancang tapi tadi aku mau cari Mbak Inah. Aa.. aku mau minta tolong sama Mbak Inah untuk bikinin minum tapi mbaknya nggak ada terus aku kesini."kataku gugup.

" Iya tadi Mas Ken juga sudah bilang kalo Mbak Cacha di dapur cari saya tapi kok nggak ada terus saya cari ke kamar mungkin ada. Eee.. ternyata Mbak Cacha memang cari saya kesini."jawabnya tanpa ada sedikitpun nada marah.

" Maaf mbak aku udah buka kamar mbak dan-" Aku mengembalikan pigura foto itu.

" Iya mbak ndak apa-apa."

Kemudian setelah Mbak Inah mengembalikan pigura itu dan menutup kamarnya, aku dan Mbak Inah berjalan ke dapur. Aku memberi tahu Mbak Inah sekaligus meminta tolong untuk membuatkan jus jambu untuk aku, Cika dan Ken. Selagi Mbak Inah membuatkan jus, aku membuat mie.

Saat aku membuka bungkus mie, aku teringat tentang foto tadi. Kemudian aku mencoba menanyakan pada Mbak Inah siapa sebenarnya Sherin itu.

" Mbak Inah, aku boleh tanya nggak?"kataku ragu.

" Ya boleh masak ndak boleh. Wong ndak ada yang nglarang tho."jawabnya sambil tertawa kecil.

" Foto tadi itu, foto siapa mbak?"

Mbak Inah sempat berhenti mengupas jambu, tapi tak berapa lama ia melanjutkannya lagi.

" Itu namanya Sherin, dulu saya yang ngasuh dia."

Aku mematikan kompor setelah mieku matang. Kemudian mendekat ke arah Mbak Inah agar aku lebih jelas mendengarnya.

" Sekarang dia dimana?"

" Dia sudah meninggal waktu dia umur sepuluh tahun."

Saat aku ingin menanyakan lebih banyak tentang Sherin, tiga gelas jus sudah siap untuk diberikan kepadaku. Kemudian Mbak Inah membantuku membawa jus jambu itu ke ruang tamu. Aku masih berpikir untuk menanyakan apalagi pada Mbak Inah tentang Sherin. Karena masih banyak hal yang tidak aku ketahui dan aku ingin ketahui.

Ken dan Cika masih asyik memandang laptop dihadapan mereka ketika aku dan Mbak Inah datang. Setelah meletakkan nampan berisi jus jambu tadi di meja Mbak Inah langsung pamit untuk ke dapur lagi. Aku terlalu penasaran dengan cerita tentang Sherin sehingga aku menahan Mbak Inah untuk pergi.

Kedua sahabatku yang bingung hanya menghentikan aktivitas mereka beberapa detik, kemudian kembali lagi dengan laptop Ken. Mbak Inah yang bingung menurut saja ketika aku menyuruhnya duduk.

" Maaf mbak bukannya mau ganggu kerjaan mbak, aku cuma mau tanya tentang Sherin. Maksud aku, Sherin itu anaknya siapa ya?"tanyaku sedikit ragu.

Mbak Inah mengerutkan keningnya sebentar kemudian menceritakan semua tentang Sherin. Ken dan Cika yang sejak tadi hanya mengabaikan aku dan Mbak Inah langsung mendengarkan cerita dari Mbak Inah.

Sherin ternyata putri dari ibu kost dan baru meninggal tiga tahun yang lalu. Sherin meninggal karena terlalu banyak mengeluarkan darah dan persediaan darah di rumah sakit sedang kosong dan saat darah dari PMI dalam perjalanan menuju rumah sakit Sherin sudah tiada. Ayah Sherin memang kasar dan dia suka berselingkuh. Sering sekali ibu Sherin-yang juga ibu kostku-dipukuli oleh suaminya yang tak lain ayah Sherin. Dan sejak ayahnya sering membawa selingkuhannya pulang, dia juga sering memukul Sherin.

Kepergian Sherin membuat ibunya menjadi benci pada ayahnya. Seminggu setelah Sherin pergi, sang ibu menggugat cerai. Empat bulan setelah Sherin meninggal dan ibu kost resmi bercerai, ia memilih pindah rumah dan menjadikan rumah ini kost-kostan. Ia selalu teringat tentang Sherin dan semakin yakin untuk tinggal di rumah di komplek sebelah.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang