16. [Detik-detik menuju UAS]

Start from the beginning
                                    

"Apa dia pikir aku ini hantu?" protes Rizki dan langsung mengumpat karna Kanya melihat kearah belakang.

Kanya kembali mengusap lehernya dan mempercepat langkahnya.

Deg!

"Mati gue!" pekik batin Kanya, matanya melotot dan mulutnya setengah menganga. 'Makluk jenis apa yang memempel pada bahu ku ini bunda,' batin Kanya kembali mengeluarkan kalimat.

Tangan seseorang yang bukan lain adalah Rizki telah memegang bahu Kanya dan sekarang dia mulai mengguncang-guncangkan tubuh Kanya. Kedua bola mata Kanya semakin ingin keluar, keringatnya bercucuran dan mulai menggenangi dahinya.

"Ma ... Ma ... Maaf mbah, nek, pak, bu atau siapalah. Kanya anak baik kok, kanya ga ganggu kalian kan. Jangan cekik Kanya yah. A ... Am ... Ampun," ucap Kanya terbata-bata seraya meminta ampun.

'Kanya beneran nganggep gua hantu? Astaga kay, takut kamu itu ga berubah,' protes  batin Rizki yang telah menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dia bisa mencintai seorang yang amburadul seperti Kanya. Selain ketakutannya, sikap Kanya pun sangat menjengkelkan namun apa yang dilakukannya jika dia tahu Rizki adalah Riki? Biarlah waktu yang menjawab.

"Ini hantu budek apa bolot sih. Gua koo ga di jawab," protes Kanya yang tidak berani memutar haluannya.

Rizki melepaskan tangannya dari bahu Kanya dan memilih duduk pada bangku yang ada di sapuan koridor. Sedangkan Kanya melepas nafas lega, tangannya mulai mengelus-elus dadanya.

Rizki mengeluarkan gadgetnya dan langsung memasang headset yang tersambung dengan gadgetnya pada kedua telinga. Diangkat kaki kanannya dan tubuhnya bersandar pada bangku.

"Liat ke belakang? Atau engga?" tanya Kanya dalam hati namun akhirnya dia memutuskan untuk memutar haluan tubuhnya.

Sempat terkejut namun Kanya menahannya, mana mungkin dia bisa terlihat menjijikkan didepan sang gebetannya yang berada tidak jauh darinya.

"Ih ... Kenapa gua jadi jaim begini di depan Rizki?" pekik batinnya seraya berjalan menghampiri Rizki dan langsung duduk di sebelahnya, namun Rizki perlahan menjauh dari Kanya.

Kanya mulai resah dengan sikap Rizki, kali ini posisinya sama seperti ayam yang berada dalam kandang buaya. Hanya tinggal menunggu waktu kapan Rizki akan menerkamnya. 'Oh tidakkk.' Kanya menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan lengan yang menutup kedua telinganya. Sedangkan Rizki hanya menatap heran ke arah gadis setengah waras yang berada tepat disisi kanannya.

Jleb!

Rasa malu memenuhi wajah Kanya yang mulai memerah, mulutnya menganga tertutup kedua tangan.

'Mampus gue.' pekik batinnya yang mulai merasa malu karna tingkah konyol yang di lakukannya beberapa menit yang lalu.

'Gua harus tau yang sebenernya. Gua yakin Rizki itu Riki.' ucap batinnya perlahan yang membuat keberaniannya mengumpul seketika. "Riz ... " ucapnya menggantung yang di sambut dengan nada dering yang berasal dari gadget Rizki.

Rizki meraih gadgetnya dari saku bajunya, tidak butuh waktu lama dirinya telah meninggalkan Kanya.

"Gua dari tadi mau ngomong gajadi-jadi! Dan sekalinya mau ngomong dianya pergi? Terserahlah," gerutunya kesal di selingi suara hentakan kaki yang di buat Kanya berkali-kali.

Siunnnggggggg ... Pesawat terbang yang di buat dari kertas origami tepat berhenti di depan Kanya setelah menabrak dahinya. Lagi-lagi bibirnya yang tipis itu menyeloteh karna kesal, "kaya anak kecil aja mainnya pesawat!" di ambilnya pesawat dan langsung berniat membuangnya.

PARTNERWhere stories live. Discover now