Chapt. 10 ×Love?×

726 98 54
                                    

Warning(?)

Happy reading! Sorry for typo(s)

×××

Violet's pov

Day : Nine
Date : November, 28th 2016
Location : Unknown, Los Angeles, California.
Time : 12 p.m

Seminggu sudah terlewat semenjak insiden bom bunuh diri di kantor kepolisian Manhattan yang mengakibatkan Georgia dan Jasmine Tucker terkena luka bakar ringan, beruntung mereka selamat.

Sesuai rencana, hari ini juga begitu Georgia dan Jasmine pulih kami akan pergi ke L.A guna melindungi Georgia dan Jasmine dari ancaman psikopat itu. Atas izin Grey, aku menyewa sebuah rumah kecil jauh dari hiruk pikuk kota dan tak ada jaringan sama sekali di tempat tersebut sehingga akan susah melacak keberadaan kami semua nantinya. Dalam hal ini hanya aku dan timku serta Grey dan juga Adam Tucker yang tahu. Bahkan Louis, tunangan Georgia juga tidak mengetahui dimana persembunyian kami.

Niall mengemudikan mobil yang kami tumpangi diatas kecepatan rata-rata, menembus hutan dan melewati jalanan yang sedikit berkelok. Hanya kami berdua yang belum sampai di lokasi persembunyian. Harry, Georgia, Jasmine, serta anggota tim yang lain sudah tiba sejak tengah malam tadi.

"Tutup saja jendela mobil itu, Vi. Nanti kau kedinginan," ucap Niall sambil memfokuskan pandangan ke arah jalanan di depan kami.

Aku tidak menghiraukan peringatan Niall sama sekali. Aku hanya memikirkan mengenai surat yang tempo hari kami temukan saat proses penyidikan di kantor kepolisian Manhattan. Tidak hanya itu, semenjak ledakan bom itu pula kami kehilangan jejak Thomas. Nomor ponselnya tidak aktif dan namanya tidak tercantum sebagai warga resmi Amerika Serikat. Semudah itu Thomas pergi dan menganggalkan status kewarganegaraannya? Lantas untuk apa pria itu melakukan semua ini?

"Hey, kau terus saja melamun! Kau tidak mendengarkanku ya?" Niall menyenggol pelan bahuku.

"Aku dengar. Kau tidak perlu berlebihan, aku hanya ingin menghirup udara segar agar aku bisa berpikir lebih jernih."

"Berpikir lebih jernih? Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya pria di sampingku ini.

Dapat aku rasakan jika Niall mengurangi kecepatan mobil yang sedang kami tumpangi ini. Sesekali mata birunya itu menatap ke arahku kebingungan.

"Tentang Thomas. Aku sekarang makin mencurigai lelaki itu," ucapku pelan.

"Jangan kau pikirkan terus menerus, Vi. Selama lebih dari tiga hari kau kekurangan makan dan tidur karena memikirkan keberadaan laki-laki sialan itu," balas Niall.

Diam. Moodku sedang tidak baik jika aku terus berdebat mengenai Thomas dengan Niall. Baiknya aku tidak menjawab lagi atau dia akan membuka bibirnya terus menerus untuk merespon segala ucapanku.

Akhir-akhir ini Niall selalu memperhatikanku. Ia selalu menegurku jika aku belum makan ataupun mengkonsumsi vitamin. Niall juga selalu mengingatkanku untuk tidak terlalu lelah berlatih tembak dan istirahat dengan cukup. Niall juga selalu membawakanku susu disetiap malam dengan alasan agar aku mudah terlelap nanti. Perhatiannya itu sedikit berlebihan menurutku.

"Vi, semua akan baik-baik saja. Tidak lama lagi kita akan menemukan siapa tersangka utama pembunuhan Ben Tucker dan kita akan menyelesaikan misi ini," ujar Niall masih fokus menyetir.

"Aku juga berharap seperti itu," balasku pelan.

Mobil yang kami tumpangi ini kemudian memasuki sebuah pekarangan rumah sederhana namun dapat terlihat dengan jelas bahwa usia rumah ini sudah tidak muda lagi. Dua orang anak buah Harry yang sedang berjaga di depannya membukakan pintu pagar untukku dan Niall.

THE MISSION ✔Where stories live. Discover now