Chapt. 2 ×They're Not A Terorist×

821 139 58
                                    

Happy reading! (:

×××

Violet's pov

Membuka pintu apartemenku dan menyalakan lampu, aku kemudian mengambil semua barang-barang yang ku beli di supermarket bersama Harry tadi.

"Masuklah, Harr. Istirahatkan dulu tubuhmu."

"Thanks, Vi."

Harry langsung mendaratkan tubuhnya di atas sofa empuk milikku sambil mendongakkan kepalanya keatas dan menampakkan leher jenjangnya yang sedikit berkeringat itu. Dia seksi. Um, tidak juga.

"Kau mau minum apa? Aku ada anggur merah jika kau mau."

Harry membenarkan posisi duduknya, "Yang disini bersamamu sekarang adalah Harry, bukan Niall. Aku tidak mabuk," ucap Harry sambil terkekeh pelan.

Aku membalas kekehannya itu dan kemudian mengambil air dari dalam refrigerator di dapur dan gelas lalu meletakkannya di depan Harry. Kemudian aku masuk ke kamarku untuk berganti pakaian santai.

"Kau tahu, Vi. Kau banyak berubah."

"Apa yang berubah?" seruku dari dalam kamar.

"Apartemenmu. Apartemen ini jauh lebih bersih dari pada sebelumnya," balas Harry.

Aku keluar dari kamar dan mengikat rambutku keatas lalu duduk di sebelah Harry, "Oh ya? Ku rasa ini masih sama saja. Lagi pula aku lebih menyukai jika sepatu, kaus kaki, dan jaketku bertebaran dimana-mana," jawabku.

Harry hanya diam dan tidak menanggapiku. Dia menggapai remote yang ada di meja depan kami lalu menyalakan televisi.

"Apa kau mengenal Georgia?" tanyaku.

"Hmm.."

"Sejauh apa?"

"Sejauh apa? Kami dulu teman. Dia pindah ke New York saat aku berusia 5 tahun dan dia 4 tahun. Setelah itu kami tidak pernah lagi bertatap wajah, hanya berbicara melalui surat."

"Surat? Itu hal yang lucu di zaman modern seperti ini, Hazz," nalasku mengejek.

"Dia tidak pernah mau memberiku nomor ponselnya. Dan ketika aku tahu dia bekerja sebagai model, kami tidak lagi berbicara lewat surat," jelas Harry.

"Jadi ini sudah 20 tahun lamanya kalian tidak bertemu. Begitu?"

"Sepertinya," balas Harry santai sambil menyandarkan tubuhnya kembali.

"Kau tidak ingin mandi dulu? Kau terlihat lelah, mungkin dengan mandi kau bisa merasa lebih segar."

Harry menolehkan kepalanya padaku dengan seringai cabul, "Aku tidak bisa mandi jika tidak ada yang menggosok punggungku."

"Apa kau juga mau jadi target pembunuhanku selanjutnya setelah Niall?" balasku dingin.

"Haha, come on, Vi. Aku bukan pria bajingan seperti Niall. Aku pinjam kamar mandimu," ucap Harry yabg kemudian bangkit dan masuk ke dalam kamarku.

"Umm, Vi?" panggil Harry sambil mengeluarkan kepalanya dari balik pintu kamarku.

Sialan! Dia hampir saja membuatku kaget.

"Ada apa?"

"Bisa aku minta tolong ambilkan jaketku? Itu yang ada di sebelahmu."

Aku menoleh ke sebelah kananku dan melihat jaket Harry disana.

"Bisa kau bawakan kemari?" Pintanya.

"Tidak bisakah kau ambil sendiri? Aku harus memasak sesuatu untuk makan siang."

THE MISSION ✔Where stories live. Discover now