Chapt. 9 ×The Sign×

Start from the beginning
                                    

"Biarkan aku melakukan misi ini dengan caraku, Harry. Kau ikuti saja kemauanku!"

"Tidak. Aku tidak akan mau mengikuti rencana orang-orang keras kepala dan terkontrol oleh emosi seperti kalian."

"Kalian?"

"Kau dan Niall. Terakhir kali aku bekerja dengan Niall yang keras kepala dengan emosinya itu, aku kehilangan banyak temanku serta keluargaku. Dan Niall kehilangan orang yang ia cintai," jelas Harry.

Fuck! Mengapa dia mengingatkanku pada Niall dan Celine?! batinku mengamuk.

"Dua tahun sudah kita berhasil menjalankan misi bersama, apa kau mau nasib Niall akan terulang padamu?" lanjutnya.

"Kau tidak tahu bagaimana pemikiranku, Harry. Ikuti saja. Aku tahu yang terbaik untuk tim kita," ucapku meyakinkan Harry.

"Aku selalu tahu kau bisa memikirkan rencana-rencana brilian, tapi mungkin sekarang kau sedang dikuasai emosi, aku merasakan itu, entah mengapa," balas Harry.

Aku emosi melihatmu dengan wanita lain, bodoh!

"Aku tidak ingin kehilangan yang aku cintai untuk kedua kalinya. Aku juga tidak ingin kau merasakan apa yang aku rasakan dalam kegagalan misi dulu," lanjutnya sambil memegang pundakku.

Aku menatapnya sarkas, aku merasa ingin menarik rambut keriting panjangnya itu sekarang. "Tidak ingin kehilangan orang yang kau sayang lagi? Oh, maksudmu kau tidak ingin kehilangan Georgia itu?"

Gotcha, Styles!

"Jangan bergurau, Violet. Aku serius," ia menatapku lebih serius dari sebelumnya.

Ingin rasanya aku fokus menatap teduhnya tatapan mata Harry walaupun ia sedang sangat serius. Namun mataku kini terfokus pada sosok pria yang sedang berjalan melalui lorong rumah sakit ke arah kami. Penampilannya seperti orang terpandang. Setelan jas yang rapih, rambut tertata, tubuh yang bisa dikatakan tegap meskipun ia tidak memiliki postur berisi dan berotot seperti Harry ataupun Niall yang hanya memiliki sedikit otot.

Pria itu mendekati ruang rawat Georgia, hampir saja ia membuka pintunya jika aku tidak menarik kerah jasnya sehingga ia menoleh ke arahku dengan tatapan dinginnya itu. Ia seperti tak senang atas perlakuanku padanya barusan.

"Siapa kau?" tanyaku.

"Harusnya aku yang bertanya. Siapa kau? Aku ingin menemui tunanganku dan bukan mencari masalah denganmu," jawabnya sarkas.

Sialan pria ini! Untung saja dia pria asing, jika saja aku mengenalnya akan aku tembak dia sekarang juga.

Tapi tunggu, apa yang ia katakan barusan? Tunangan? Apa benar pria yang sedang berdiri di depanku kali ini adalah tunangan gadis yang baru saja dicium oleh Harry? Ia tunangan Georgia? Apakah ia Louis Tomlinson?

"Kau Louis Tomlinson?" tanyaku lagi.

"Ya. Aku Louis Tomlinson, tunangan Georgia Amber Tucker yang sedang di rawat disini karena terkena ledakan bom di kantor polisi Manhattan siang ini," jelasnya.

Dia benar-benar Louis. Astaga, untung saja aku tidak memukul wajahnya karena cara berbicaranya yang terkesan menyebalkan tadi.

"Kau siapa? Ada perlu apa kau di depan ruangan Georgia?" tanya Louis padaku.

"Aku Violet Johansen. Aku adalah teman dari teman lama tunanganmu itu. Dan pria yang bersamaku ini adalah Harry Styles, ia teman lama tunanganmu."

Mata Louis kini berpaling menatap Harry yang berdiri di dekatku. Entah mengapa jika aku tidak salah, kali ini Louis memberikan tatapan yang sangat berbeda. Terkesan seperti ia ingin membunuh si keriting di sebelahku ini.

THE MISSION ✔Where stories live. Discover now