Bab 2

129 13 2
                                    

Memang sih, jarak dari sekolah ke CZ Bookstore tidaklah jauh. Namun karena aku merasa kurang puas dengan tidurku tadi malam dan di kelas, aku memutuskan untuk melanjutkan beauty sleepku. Nyenyak sekali deh, sampai-sampai memimpikan pacarku yang tidak lain dan tidak bukan adalah Zac Efron.

Mimpi indahku yang hanya sekejap itu dibuyarkan oleh Pak Jono. "Nonnn, kita udah sampe, nih. Bangun atuh non, atau non mau pulang aja?"

Hoaamm..."Eh, iya Marsha bangun nih." Aku langsung membuka mata dan merapikan diri. "Pak Jono nanti jemput aku jam 5, ya. Makasih, pak. Dadaah!"

"Eh, non tunggu!" teriak Pak Jono. Aku memutarkan badan mengarahnya. "Napa lagi pak?" Aduuh, udah gak sabar menemui para kesayanganku, nih.

"Uang non cukup, kan? Atau non butuh tambahan?" tanya Pak Jono.

Karena kesibukan mama dan papa yang menyebabkan merekka untuk jarang di rumah, mereka memutuskan untuk memberikan uang untuk berjaga-jaga untukku kepada Pak Jono dan Bi Inem. Sedih deh, Mama dan Papa belum terlalu mempercayaiku untuk memegang uang sendiri. Jadi, aku bergantungan kepada suami istri itu untuk urusan duit.

Kedua orangtuaku sangat mempercayai Pak Jono dan Bi Inem karena mereka sudah lama bekerja dengan keluarga kami. Mereka sudah kami anggap seperti keluarga sendiri. Aku juga senang karena aku tidak terlalu kesepian kalau ada mereka, suami istri yang sangat gaul.

"Cukup kok, Pak. Lagian Marsha Cuma mau liat-liat, gak bakal beli kok!" kataku. Dengan itu, aku pergi menuju pintu masuk toko buku.  Aku berarti punya sekitar 2 jam lagi, horee!

Rasa kantukku seperti menghilang begitu saja ketika menyium aroma buku dan melihat surga dunia bagiku. Aku berlari menuju seksi novel fiksi remaja tanpa ba-bi-bu lagi.

Bruk! "Adaaaw!" keluh Marsha. Marsha mendongak keatas dan ia sontak kaget melihat wajah laki-laki yang sama yang menubruknya, atau yang ia tubruk, tadi pagi.

"Ya elah, elo lagi. Gak ada cewek lain apa yang bisa nabrak gue? Yang lebih cantik gitu?" lelaki itu tampaknya memang menyebalkan, sangat beda dengan tampangnya. Lebih menyebalkan dari pada tadi pagi. SEBEEEELLLL!

"Heh, manusia menyebalkan! Siapa juga yang mau nabrak orang senyebelin lo? Buang-buang waktu aja. Permisi, gue mau kesitu aja dari pada ngeladenin orang kaya lo,"  kataku berusaha tetap sopan. Kalau aku lagi gak mood, aku bisa saja melontarkan seribu kata kasar. Plus, si cowok gak jelas itu tidak boleh meremehkan kemampuanku di bidang bela diri.

Aku langsung menghentakkan kaki pergi meninggalkan dia. Aku padahal belum tahu namanya, belum tahu apa-apa tentangnya. Tapi, satu hal yang aku tahu pasti adalah aku tak mau lagi berurusan dengannya. Bikin mood jadi gak bagus aja.

***

Aku mengelilingi seluruh toko buku untuk melihat-lihat buku yang telah diterbitkan dari Wattpad. 'My Coldest Boyfriend' sudah aku baca, 'A: Aku, Benci & Cinta' juga sudah. Aduh, buku yang belum aku baca yang tersedia di sini apa ya? Oh, novel 'R: Raja, Ratu & Rahasia' belum selesai aku baca kemarin. Hanya tinggal beberapa bab lagi,sih.

Aku langsung mengambil buku yang sudah terbuka dari plastik kemasannya itu. Sudah sekitar dua jam aku membaca buku. Semua emosi aku rasakan dalam buku ini. Aku tertawa terpingkal-pingkal sendiri sampai nangis juga. Pengen, deh, punya cowok seperti Raja.

Setelah selesai membaca buku itu, aku melanjutkan untuk berburu buku baru. Aha, Dear Nathan! Aku melihat buku yang sudah lama ingin aku baca itu di rak paling atas toko buku.

Mampus gue. Dengan badanku yang sangat mungil ini sepertinya gak akan bisa mengambilnya, deh. Aku mencoba jinjit setinggi mungkin. Tidak berhasil, aku akhirnya mencoba untuk lompat dan mengambil buku itu secepatnya saat kakiku berada di udara.

Bookstore LoveWhere stories live. Discover now