Bab 1

239 16 3
                                    

Selamat dataaaaangggg! The chapter will get better kok (doain ajah). Welllll, selamat membaca~

Hoaamm, aku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Jam berapakah ini? Hm, setengah 8 kurang. Aku duduk di tempat tidur selama kurang lebih 2 menit sampai akhirnya mataku terbelalak karena tersadarkan akan sesuatu.

Mampus.

Hari ini kan hari Kamis, aku harus sekolah dan masuk jam 8. Aduuuh, mati deh. Pasti aku kecapaian karena kemarin aku dan mama habis shopping sampai tengah malam. Apa boleh buat, kemarin ada midnight sale dan diskonnya sangatlah menggiurkan.Tadi aku langsung bergegas mandi secepat kilat karena kalau aku telat, aku pasti akan mendapatkan detention karena sudah telat lebih dari 3 kali minggu ini.

"Bibiiiiii!" panggilku dengan lantang, "tas Prada yang baru aku beli kemaren mana? Oh ya, mana H&M sneakers, sweter American Apparel dan jam tangan Michael Kors punyaku?"

5 menit kemudian, aku bisa mendengar hentakan kaki Bi Inem yang langsung tergopoh-gopoh ke kamarku.

"Ini Non," kata Bibi sambil menyerahkan semua barang-barang tersebut padaku. "Makasih, Bi."

"Oh ya, Bi. Mama sama papa udah berangkat ke Swedia, ya, tadi subuh?" tanyaku.

Mama dan papa punya perusahaan coklat yang sudah ada di berbagai negara. Mereka kerjasama dengan berbagai perusahaaan luar negri juga. Karena sering pergi, aku jadi jarang bertemu dengan mereka.

"Iya, Non. Mereka gak mau ngebangunin Non soalnya mereka takut non telat," jelas Bi Inem. Ya elah, mau dibangunin tadi subuh atau gak pun aku udah pasti telat bangun.

Aku langsung mengenakan sedikit makeup yaitu mascara dan liptint sampai lupa kalau aku kehabisan waktu. Setelah semua rapi, aku langsung berlari secepat mungkin ke bawah dan masuk ke dalam mobil.

"Pagi, Non Marsha," sapa Pak Jono.

"Pagi, pak. Sekarang cepet ke sekolah, ya. Kalo bisa mobilnya gausah di rem ya, pak. Ayo, pak, Marsha stress nih. Plis pak. Kalo Marsha kena detention lagi pasti mama bakal potong uang jajan aku. Plis pak, gak ada tapi-tapian, ya," kataku panjang lebar. Pak Jono sampai kewalahan mendengarkanku.

Setelah melongo cukup lama, akhirnya ia menjawab,"Eh, i-iya non."

Perjalanan yang menegangkan itu akhirnya berakhir juga. Bagaimana tidak menegangkan, Pak Jono ini seperti mantan pembalap internasional. Kalau diminta ngebut, pasti tidak akan main-main.Aku sampai di sekolah, untungnya dengan selamat. Kalau bukan karena kemahiran Pak Jono dalam mengebut, pasti aku telat. 

Aku berlari secepat mungkin menuju kelas 11B. Tiba-tiba, bruk. "Aduhhh, kalo jalan tuh pake mata keleus," aku mengeluh kesakitan.

"Baru tahu deh gue kalo mata tuh bisa digerakin buat jalan. Pinter banget lo," kata laki-laki menyebalkan tersebut. Dengan itu, dia pergi meninggalkan si korban, aku. Saat aku mendongak untuk melihat siapa lelaki ini, aku melongo. Gileeeee! Ganteng banget, pikirku. Ganteng sih, sayang nyebelin.

Aku sampai di kelas sebelum bel masuk sekolah berdering. Hhhhhhhhhhh, aku mengela napas lega. Ini baru pagi hari dan aku rasa energiku sudah banyak terkuras. Semoga hari ini membaik, semoga saja...

***

Untunglah pelajaran pertama hari ini Bahasa Indonesia. Ini menjadi pelepas stressku karena aku sangat menyukai sastra. Jam makan siang juga tidak terlalu buruk. Aku makan dengan si kembar, Meg dan May, yang sangat dekat denganku.

Yang membuatku sebal hanyalah dua mata pelajaran yang ada setelah jam makan siang, matematika dan fisika. Aku ketahuan tidur pada pelajaran fisika. Apa daya, kedua mataku sudah tidak bisa lagi menopang rasa kantukku ini.

Sekarang aku sedang menunggu Pak Jono untuk menjemputku. Rencananya, sih, aku ingin pergi ke CZ Bookstore untuk refreshing. Memang benar aku dikenal sebagai anak yang manja dan bandel, tapi si anak manja dan bandel ini tidak seperti anak manja dan bandel lainnya yang males membaca dan jarang menabung. Aduh, kok ribet sekali ya.

Dari dulu aku sangat suka membaca karena membaca dapat membuatku lupa dengan dunia nyata. Itulah mengapa aku belum punya pacar sampai sekarang, karena aku selalu jatuh cinta lebih dulu pada karakter fiksi.

Sambil menunggu, aku duduk di lobi sekolah bersama kedua temanku.

Grrrrr..

"Lo denger suara itu gak, Sha? Kayak suara petir gitu loh," tanya Meg yang diikuti oleh cekikikan May.

"Hah, apaan sih? Orang di luar sana masih terang benderang gitu, belom ada tanda-tanda mau hujan, tau. Aneh lo, Meg," jawabku kebingungan.

"Aduuh, itu loh. Suara perut lo, Sha. Pasti lo bangun telat lagi, trus lo nyuruh Pak Jono nyetir tanpa ngerem lagi, trus sampe-sampe lo lupa buat sarapan lagi? Ya kan? Ngaku aja deh, lo," kata May tanpa titik atau koma. Mereka memang sudah hapal betul kebiasaanku kalau telat bangun.

"Hehehe... Tau aja deh kalian."

Tin-tinnnn, terdengar suara klakson mobilku. "Gue duluan ya, duo M. Dadah!" pamitku pada si kembar.

"Daaah! Kalo ketemu cogan langsung kasih fotonya ke gue, ya," pinta May. "Ih ogah," kataku, dan dengan itu aku menutup pintu mobil.

"Pak, ke toko buku kesukaan Marsha, ya. GPL," kataku ke Pak Jono.

"Siaaap!" balas supirku itu.

Rumah kedua kesayanganku, here I come!

***

Ditunggu kritik dan sarannya yaaaah ;)

Bookstore LoveWhere stories live. Discover now