27. Another Problem

25.9K 1.1K 121
                                    


"Paola?.. kurasa waktunya kau melakukan tugasmu"

"Baik sir"

Dengan cekatan Paola melakukan perintah Martin. Kali ini, mereka harus melibatkan firma hukum Horace.

---------

Disinilah Adera, termenung di sebuah bangku Taman yang sepi dengan penerangan minim. Baru sekitar 15 menit ia duduk disana setelah bermigrasi dari bangku halte di tengah kota.

Ia berniat pulang ke rumah kedua orang tuanya,  tapi sedikit ragu dan masih menimbang akibatnya jika ia benar benar kesana. 

Setelah beberapa waktu Adera habiskan dengan merenung,  sampailah ia pada keputusan bahwa ia akan menemui kedua orang tuanya.  Menjelaskan apa yang terjadi,  dan meminta naungan kembali di rumah itu.  Ia sudah benar benar putus asa dan tidak tahu harus kemana,  tidak Christian ataupun Martin. 

"Eh non Adera, sini non masuk.  Nyonya dan tuan ada didalam"

Adera tidak bisa mengelak pada detak jantungnya yang terpompa lebih cepat.  Bagaimana ia akan memulainya?  Ayahnya akan benar benar berang kali ini.

"Adera?!" Laura setengah memekik.  Cukup terkejut melihat putrinya yang cukup berantakan untuk dikatakan sebagai manusia. 

"Ada apa denganmu?" tambah Laura lagi menghampiri Adera yang masih mematung.  Adera sebenarnya lebih khawatir pada pria paruh baya angkuh yang sedang berpangku kaki membaca majalah sportnya tanpa memperdulikan dirinya yang sudah mematung disana sekitar 1 menit atau lebih. Naasnya,  pria paruh baya itu adalah ayahnya sendiri. John Karl!

"Ada yang iginn aku katakan mah pah" kata Adera dengan gugup. Ia harus memiliki seonggok keberanian untuk mengutarakan segalanya.

"Duduklah dulu" tawar Laura dan akhirnya mereka bertiga duduk berdekatan.  Adera menilik kearah ayahnya yang masih mengabaikan kehadirannya.  Entah memang sengaja atau dia sudah tau bahwa Adera datang dengan sebuah masalah baru lagi. Tentu Adera tahu kalau dirinya hanyalah pembawa masalah didalam keluarganya.  Ia harus menerima fakta menyakitkan itu.

"Aku tahu kalau sebenarnya kalian tahu tentang fakta bahwa kak De hamil" ucap Adera pelan awalnya.

Laura sangat terkejut.  Pun John Karl yang mulai buyar dari bacaannya. Masalah apa lagi yang akan Adera katakan sekarang?

Kedua tangan Adera saling meremas,  menjelaskan bahwa ia berada pada titik kecemasan yang sangat tinggi. Padahal bukan hanya sekali atau dua kali saja ia berhadapan dengan ayahnya seperti ini. Tapi ia masih saja takut takut mengutarakan sesuatu.

"Apa yang kau katakan sayang?" kata Laura,  ibu Adera.

"Tidak usah berbohong lagi.  Kalian tahu semuanya kan?  Bahwa kak Adenaya hamil dan malah menutupinya?" suara Adera agak meninggi.  Tapi tidak sampai satu oktaf dari nada suara sebelumnya.

"Hanya karena kalian tidak ingin nama keluarga tercemar,  kalian menyembunyikan fakta itu.  Kalian bahkan tidak mencari tahu alasan dan cerita dibalik kehamilan kakak dan malah menikmati menyalahkan diriku atas segalanya" Adera terisak "aku akan bercerai dengan Christian"

Ayah Adera terkejut.  "Apa kau bilang?"

"Apa ayah tidak dengar?  Aku bilang aku akan bercerai dengan Christian.  Apa kalian tahu kalau Christian itu adalah pacar kak Adenaya?  Orang yang akan kabur dengannya waktu itu,  jadi untuk apa aku masih menjalin ikatan dengannya setelah apa yang ia inginkan sudah akan ia dapatkan?"

"Bagaimana bisa... " baik ayah ataupun ibu Adera sama sama tidak bisa berkata banyak.  Mereka memang tahu fakta bahwa Adenaya hamil dan menutupi itu semata mata hanya untuk menjaga nama baik keluarga mereka.  Tapi tidak dengan perosalan Christian.

UNTOUCHABLE || Sudah Tamat √Where stories live. Discover now