-----

Martin disana, dengan tatapan penuh siasat melihat Adera duduk di bangku Taman kanak kanak. Dua pekan tidak mendapat kabar dan itu membuat Martin nyaris gila karena merindukan Adera. Sampai sampai ia menyuruh orang untuk mengintai rumah Christian, spesial mengabarkannya kalau-kalau Adera keluar rumah. Dan beberapa saat yang lalu orang suruhannya itu berkata Adera keluar dari rumah, Martin dengan kegembiraan yang meluap langsung meninggalkan kantor untuk menemui Adera.

"Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?" Martin berkata pada seseorang diseberang sana melalui sambungan telepon.

"..."

"Baiklah. Pastikan setelah itu dia benar benar menerimanya"

"..."

Klik - percakapan berakhir.

Martin membuka pintu mobilnya, ia akan menghampiri Adera dengan alasan kebetulan lewat dan melihatnya.

Adera yang tengah melamun tidak menyadari jikalau Martin dengan langkah biasanya sudah semakin mendekat, Adera sibuk dengan isi kepalanya yang penuh dengan Christian.

"Lagi mikirin apa?"

Adera tersentak kaget karena seseorang berbisik padanya. Hampir saja menyentuh cuping telinganya.

"Kak Martin?" Adera membulatkan matanya terkejut.

"Jangan terkejut begitu. Aku kebetulan lewat jalan ini, aku melihatmu melamun jadi aku fikir untuk mampir sejenak. Apa kau ada masalah?"

Adera menggeleng. Tentu dia berbohong.

"Aku selalu menelfonmu. Tapi sekarang nomormu tidak aktif" lanjut Martin masih melihat wajah Adera yang melihat orang lalu lalang di trotoar.

"Oh itu. Ponselku rusak, jadi aku tidak menggunakannya lagi"

"Oh. Kenapa diluar sendiri? Hubunganmu dengan Christian bagaimana?" Ya, Martin penasaran dengan hal itu, mengingat bagaimana perkataan Christian saat makan malam itu, mereka terdengar terlalu manis sampai sampai Christian mengatakan 'istriku' dan itu menggelikan bagi Martin.

"Kami sempat berbaikan"

"Jadi sekarang kalian bertengkar lagi? Adenaya bagaimana?"

"Tidak. Kami tidak bertengkar, kami baik baik saja" Adera nyatanya tidak ingin orang lain mengatakan hubungan mereka kembali retak. Keadaan rumit antara dirinya dan Christian biarlah hanya dia dan pria itu yang tahu "kak Adenaya dia seperti biasanya, tidak ingin bangun" Adera menatap hampa kedepan, sebenarnya ia sedang menerawang banyak hal. Tidak terasa ia sampai ketitik ini, itu melenceng dari future planningnya.

Lama terdiam, Adera membiarkan semilir angin menemani dirinya dan Martin yang tampak sama, juga memilih diam.

"Adera?"

Adera memalingkan wajah melihat kearah Martin. Dan tatapan mereka berdua terkunci saat itu juga.

Lama terkunci, Martin lebih mendekatkan tubuhnya, ujung jarinya di bangku hampir menyentuh ujung jemari Adera.

Martin semakin mendekat, ia mencondongkan wajahnya, Adera benar benar terkejut setengah mati. Apa yang akan Martin lakukan?

UNTOUCHABLE || Sudah Tamat √Where stories live. Discover now