17 || Succumbing

Mulai dari awal
                                    

Adera dengan menahan rasa sakit di pergelangan kakinya yang terkilir berusaha menuruni undakan tangga. Ia bisa melihat Christian masih berdiri dibawah sana, memunggunginya dan berkacak pinggang, tampak sedang memerintahkan sesuatu kepada salah satu pelayan yang hanya bisa merunduk takut takut.

"Christ..." Adera memanggil pria itu, tidak keras juga tidak pelan.

Christian berbalik, terkejut dengan keberadaan Adera yang sangat berantakan. Adera berhenti di tengah tangga, untuk pertama kalinya menatap ke iris mata Christian tanpa rasa takut. Melainkan tekad yang telah bulat untuk berdamai.

"Aku mau turun karena haus, tapi pergelangan kakiku sakit" kata Adera menyiratkan sesuatu secara halus disana.

"Lalu?" Christian membalas dengan dingin. mungkin beracah-acah tidak mengerti dengan makna tersirat dari kata Adera barusan.

"Ah lupakan.." Adera membalikkan badannya dan dengan susah payah menyeret kakinya yang sakit kembali menaiki undakan tangga. Tapi kemudian kakinya melayang begitu saja, tidak berpijak pada tempat seharusnya. hampir saja ia berfikir dirinya terbang sebelum menyadari ternyata Christian sudah menggedongnya dengan gaya bridal.

"Apa kau salah makan?" Christian bertanya sembari membawa Adera menuruni tangga dan menuju ke dapur.

"Maksudmu?"

"Atau kau takut tidak aku beri makan?" Christian kembali melontarkan pertanyaan kendati pertanyaannya yang pertama belum dijawab.

"Tidak keduanya" Adera menyandarkan kepalanya di dada Christian. Meski mungkin akan ditepis dengan kasar, Adera tidak peduli. Ia akan memenangkan hati pria itu dari sekarang. Mengejutkan karena Christian terlihat baik baik saja saat Adera bersandar di dadanya.

Adera melanjutkan "hanya saja aku lelah berdebat denganmu. Aku tahu aku salah dan pantas mendapat hukuman, tapi sekecil apapun hukuman darimu itu tetap berdampak besar untuk hatiku" Adera mendongak, melihat ke wajah yang menatap lurus kedepan itu.

Mereka akhirnya sampai di dapur yang terlihat leggang. Tak ada satu pelayanpun disana. Christian mendudukkan Adera diatas countertop, lalu melesat mengambil mug cone dan mengisinya dengan air putih dari teko.

"Kau tidak berfikir kalau aku jadi menyukaimu kan?" Christian mencibir sambil menyodorkan mug cone yang setengahnya terisi dengan air kedepan Adera yang langsung gadis itu terima.

"Thanks... aku tidak mungkin berfikir begitu. Aku cukup sadar kalau kau hanya menyukai kak Dena"

Christian termenung dalam beberapa detik..

"Bagus kalau kau sadar. Mau ke kamarmu lagi?"

Adera meletakkan mug cone di atas meja setelah selesai meneguk isinya. "Tidak ada tempat lain" kata Adera mengisyaratkan kata 'iya'

Christian berfikir sambil melihat kondisi Adera. Pergelangan tangannya memang sudah lebih baik, begitupun luka di lengannya, sudah mengering. Tapi kakinya semakin bengkak dan terlihat menyedihkan. Christian menggeleng kepala "tidak.. sampai kakimu sembuh kau akan tidur denganku di kamarku. Aku tidak ingin papamu membunuhku jika terjadi sesuatu, sebenarnya aku lebih khawatir dengan reaksi mamamu" Christian berkata dengan raut wajah yang datar, tapi justru mengundang kekehan kecil dari Adera. Christian terpaku, senyum Adera yang dikhiasi deretan gigi putihnya yang rata, sesaat mengalihkan dunia Christian karena terpesona. Adera hanya merasa lucu saja karena menangkap lelucon di kalimat Christian itu dan ia terus saja tersenyum tanpa peduli bagaimana telitinya Christian menatapnya sekarang. Dan tanpa di duga duga..

Cup-

Adera terperangah. Matanya membulat sempurna, senyumanya hilang seketika. semburat merah di pipinya kian meluas. Christian mengecup bibirnya? Apa ia sedang bermimpi?

UNTOUCHABLE || Sudah Tamat √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang